Berdebat Soal Vaksinasi, Petarung MMA Tusuk Dokter Hingga Tewas
loading...
A
A
A
HAGATNA - Perdebatan terkait vaksinasi COVID-19 berujung pada hilangnya nyawa seorang dokter di Guam . Pelakunya adalah seorang petarung MMA asal Rusia yang kini telah ditangkap oleh otoritas keamanan setempat.
Beberapa media di pulau yang menjadi wilayah Amerika Serikat (AS) itu melaporkan petarung MMA bernama Akmal 'AK47' Khozhiev ditangkap minggu lalu oleh polisi setelah terlibat perselisihan di Tamuning. Ia ditangkap setelah diduga menikam dan membunuh seorang dokter setempat.
Pria berusia 27 tahun itu menghadapi dakwaan kejahatan tingkat pertama dengan senjata mematikan dan serangan tingkat dua dengan senjata mematikan. Jaminannya dilaporkan telah ditetapkan sebesar USD1 juta atau sekitar Rp14 miliar.
Menurut salah satu saksi, Khozhiev dan Dr. Miran Ribati, seorang ahli radiologi di Rumah Sakit Memorial Guam, terlibat perselisihan di sebuah kompleks apartemen yang kemudian menjadi masalah fisik.
Khozhiev, seorang petarung MMA profesional dengan catatan bertanding 3-1 sering digambarkan memprotes wajib vaksin di halaman Instagramnya, diduga mencekik Ribati sampai dia pingsan dan kemudian menggunakan tulang hewan dari makanan yang mereka bagikan untuk menikamnya di tenggorokan. Tersangka diduga mengambil pisau dan kembali menikam korbannya.
Polisi Guam konon menemukan Ribati tertelungkup dalam genangan darahnya sendiri dengan Khozhiev mengatakan kepada mereka: "Tuan, ini saya, ini saya, saya membunuhnya."
Dalam sebuah pernyataan, rumah sakit Ribati memujinya atas dedikasi dan keterampilan yang dia tunjukkan sebagai seorang dokter.
Namun bagi mereka yang mengenal Khozhiev, seperti mantan pesaingnya Bellator JJ Ambrose, yang dulu mempekerjakan petarung kelahiran Rusia di sasana Atletik Baja Tamuning tempat Ribati dan Khozhiev berlatih selama bertahun-tahun, berita tentang tragedi itu bukanlah sebuah kejutan.
Beberapa media di pulau yang menjadi wilayah Amerika Serikat (AS) itu melaporkan petarung MMA bernama Akmal 'AK47' Khozhiev ditangkap minggu lalu oleh polisi setelah terlibat perselisihan di Tamuning. Ia ditangkap setelah diduga menikam dan membunuh seorang dokter setempat.
Pria berusia 27 tahun itu menghadapi dakwaan kejahatan tingkat pertama dengan senjata mematikan dan serangan tingkat dua dengan senjata mematikan. Jaminannya dilaporkan telah ditetapkan sebesar USD1 juta atau sekitar Rp14 miliar.
Menurut salah satu saksi, Khozhiev dan Dr. Miran Ribati, seorang ahli radiologi di Rumah Sakit Memorial Guam, terlibat perselisihan di sebuah kompleks apartemen yang kemudian menjadi masalah fisik.
Khozhiev, seorang petarung MMA profesional dengan catatan bertanding 3-1 sering digambarkan memprotes wajib vaksin di halaman Instagramnya, diduga mencekik Ribati sampai dia pingsan dan kemudian menggunakan tulang hewan dari makanan yang mereka bagikan untuk menikamnya di tenggorokan. Tersangka diduga mengambil pisau dan kembali menikam korbannya.
Polisi Guam konon menemukan Ribati tertelungkup dalam genangan darahnya sendiri dengan Khozhiev mengatakan kepada mereka: "Tuan, ini saya, ini saya, saya membunuhnya."
Dalam sebuah pernyataan, rumah sakit Ribati memujinya atas dedikasi dan keterampilan yang dia tunjukkan sebagai seorang dokter.
Namun bagi mereka yang mengenal Khozhiev, seperti mantan pesaingnya Bellator JJ Ambrose, yang dulu mempekerjakan petarung kelahiran Rusia di sasana Atletik Baja Tamuning tempat Ribati dan Khozhiev berlatih selama bertahun-tahun, berita tentang tragedi itu bukanlah sebuah kejutan.