Serangan Udara Koalisi Arab Saudi Tewaskan 115 Pemberontak Houthi dalam 24 Jam

Minggu, 07 November 2021 - 02:00 WIB
loading...
Serangan Udara Koalisi...
Ilustrasi
A A A
RIYADH - Serangan udara yang dilancarkan koalisi pimpinan Arab Saudi ke wilayah dekat Marib, Yaman , berhasil menewaskan setidaknya 115 pemberontak Houthi. Serangan udara itu dilancarkan ke benteng terakhir pasukan pro-pemerintah di wilayah utara negara itu.

Koalisi pimpinan Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, telah melaporkan serangan hampir setiap hari selama tiga pekan terakhir. Serangan-serangan itu mereka klaim telah mengakibatkan sekitar 2.600 kematian di pihak pemberontak Houthi yang didukung Iran.



Sementara itu, pertahanan udara Arab Saudi dilaporkan berhasil mencegat sebuah pesawat tak berawak (drone) milik Houthi yang terbang menuju bandara Internasional Abha pada Sabtu (6/11/2021), sebut laporan kantor berita Saudi Press Agency (SPA).

“Pasukan pertahanan udara menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak yang diterbangkan oleh "milisi teroris Houthi" dari Yaman menuju kota Khamis Mushait, di wilayah selatan Arab Saudi,” sebut pernyataan koalisi Saudi.

"Kami menangani sumber ancaman untuk melindungi warga sipil dari serangan musuh," lanjut pernyataan Koalisi Arab dalam sebuah cuitan di Twitter.



Sementara pemberontak Houthi, yang telah berbulan-bulan melancarkan serangan terhadap kubu pemerintah, jarang mengomentari kerugian yang diklaim koalisi pimpinan Saudi. Akibatnya, sulit untuk secara independen memverifikasi jumlah korban.

Pada hari Rabu, Houthi dilaporkan menyerang menara telekomunikasi di Marib dengan rudal balistik. “Serangan itu menyebabkan gangguan layanan komunikasi di banyak daerah,” kata seorang pejabat militer pemerintah.

Perang saudara Yaman dimulai pada tahun 2014 ketika Houthi merebut ibu kota Sanaa. Kondisi ini mendorong pasukan koalisi Arab untuk campur tangan untuk menopang pemerintah pada tahun berikutnya. Puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2311 seconds (0.1#10.140)