Selandia Baru Sekutu Five Eyes AS, tapi Mesra dengan China
loading...
A
A
A
WELLINGTON - Selandia Baru merupakan anggota aliansi intelijen Five Eyes [Lima Mata] bersama Amerika Serikat (AS), Australia, Kanada, dan Inggris. Tak seperti sekutu Amerika lainnya, negara ini cenderung menjalin hubungan yang "mesra" dengan China .
Lengketnya hubungan itu membuat Selandia Baru dijuluki para pengkritiknya sebagai "mata rantai lemah" dalam aliansi Five Eyes yang dipimpin Amerika.
Namun, Perdana Menteri Jacinda Ardern menjawab kritik tersebut. Menurutnya, Selandia Baru tidak akan menghindar dari mengkritik catatan hak asasi manusia (HAM) China untuk melindungi hubungan perdagangannya yang menguntungkan dengan Beijing.
Tetapi dia menolak anggapan bahwa hubungan ekonomi dengan mitra dagang terbesar negaranya itu telah membungkam kemampuannya untuk menyuarakan keprihatinan yang lebih luas.
"Sangat penting bagi kami untuk menjaga integritas dalam cara kami melakukan hubungan diplomatik kami," katanya dalam wawancara bersama dengan AFP, New Zealand Herald, NBC News dan Covering Climate Now, Sabtu (6/11/2021).
Ardern mencatat ketegangan yang meningkat antara China dan Australia, yang telah terkena sanksi hukuman oleh Beijing atas sikapnya yang blakblakan tentang masalah-masalah seperti perlakuan terhadap Uighur dan erosi demokrasi di Hong Kong.
Selandia Baru juga telah menyuarakan keprihatinan tentang masalah yang sama, tetapi lebih menahan diri dalam pernyataannya dan tidak menghadapi pembalasan ekonomi apa pun.
Pemerintah Ardern menolak untuk mendukung mosi parlemen pada Mei yang menyebut perlakuan terhadap China terhadap Uighur sebagai genosida, dengan mengatakan kasus hukum untuk menggunakan istilah itu belum dibuat.
Lengketnya hubungan itu membuat Selandia Baru dijuluki para pengkritiknya sebagai "mata rantai lemah" dalam aliansi Five Eyes yang dipimpin Amerika.
Namun, Perdana Menteri Jacinda Ardern menjawab kritik tersebut. Menurutnya, Selandia Baru tidak akan menghindar dari mengkritik catatan hak asasi manusia (HAM) China untuk melindungi hubungan perdagangannya yang menguntungkan dengan Beijing.
Tetapi dia menolak anggapan bahwa hubungan ekonomi dengan mitra dagang terbesar negaranya itu telah membungkam kemampuannya untuk menyuarakan keprihatinan yang lebih luas.
"Sangat penting bagi kami untuk menjaga integritas dalam cara kami melakukan hubungan diplomatik kami," katanya dalam wawancara bersama dengan AFP, New Zealand Herald, NBC News dan Covering Climate Now, Sabtu (6/11/2021).
Ardern mencatat ketegangan yang meningkat antara China dan Australia, yang telah terkena sanksi hukuman oleh Beijing atas sikapnya yang blakblakan tentang masalah-masalah seperti perlakuan terhadap Uighur dan erosi demokrasi di Hong Kong.
Selandia Baru juga telah menyuarakan keprihatinan tentang masalah yang sama, tetapi lebih menahan diri dalam pernyataannya dan tidak menghadapi pembalasan ekonomi apa pun.
Pemerintah Ardern menolak untuk mendukung mosi parlemen pada Mei yang menyebut perlakuan terhadap China terhadap Uighur sebagai genosida, dengan mengatakan kasus hukum untuk menggunakan istilah itu belum dibuat.