Produsen Senjata AS Cemas, Ribuan Karyawan Tak Bisa Kerja karena Ogah Divaksin

Rabu, 03 November 2021 - 16:00 WIB
loading...
Produsen Senjata AS...
Pabrik perakitan jet tempur F-35. FOTO/en.topwar.ru
A A A
WASHINGTON - Pejabat pertahanan dan industri senjata di Amerika Serikat (AS) membunyikan lonceng peringatan bahwa program senjata yang penting bagi pertahanan negara itu bisa menghadapi penundaan. Hal ini bisa terjadi jika cukup banyak pekerja terampil keluar dari pekerjaan mereka karena terbentur kebijakan wajb vaksin Covid-19 yang ditetapkan Presiden AS, Joe Biden. Kewajiban ini akan mulai diterapkan pada 8 Desember mendatang.

Para produsen kapal perang, tank, helikopter, pejabat militer, serta eksekutif industri pertahanan mengaku tak tahu harus berbuat apa terhadap para karyawan di industri militer yang tak mau menjalani vaksinasi Covid-19. Kekhawatiran terbesar yang muncul saat ini, para karyawan yang tidak mau divaksin itu akan mengundurkan diri. Padahal, mereka tengah mengerjakan program rahasia, teknologi mutakhir, atau memiliki keterampilan yang tidak tergantikan.

Baca: Hampir 70% Warga AS yang Belum Vaksin Pilih Keluar Kerja daripada Divaksin

“Ketika datang untuk mematuhi mandat, satu ukuran tidak cocok untuk semua,” kata Arnold Punaro, mantan Direktur Staf Angkatan Bersenjata Senat AS. “Untuk beberapa pekerja yang sangat terampil — mereka bekerja dengan siluman, atau aktivitas yang sangat rahasia — tidak ada pengganti, baik di industri, atau di pemerintahan. Jadi ya, itu bisa berdampak negatif pada program besar dan kecil tergantung pada jumlahnya,” kata Punaro, seperti dikutip dari Politico, Selasa (2/11/2021).

Sudah ada indikasi bahwa program-program besar bisa merasakan dampak hilangnya pekerja terampil. CEO Raytheon memperkirakan, pekan ini dia bisa kehilangan ribuan pekerja yang akan memilih pergi dibanding harus menjalani vaksinasi.

“Bahkan, beberapa tukang las atau insinyur yang meninggalkan pekerjaan mereka pada program yang sangat rahasia dapat mendatangkan malapetaka pada keamanan nasional kita,” kata William Greenwalt, mantan Wakil Menteri untuk Kebijakan Industri di pemerintahan George W. Bush. "Mungkin diperlukan satu dekade atau lebih untuk melatih seseorang yang baru," lanjutnya.

Baca: Polisi San Francisco Ancam Pensiun Dini Jika Dipaksa Jalani Vaksinasi Covid-19

Di galangan kapal Bath Iron Works di Maine, yang dimiliki oleh General Dynamics, hingga 1.000 pekerja, atau 30 persen dari angkatan kerja, kemungkinan akan keluar dari pekerjaan mereka karena menolak kewajiban untuk divaksin. Para pejabat di Machinists Union Local S6 memperkirakan, 6 kapal perusak kelas Arleigh Burke, tulang punggung armada permukaan Angkatan Laut AS, sedang dalam berbagai tahap konstruksi di galangan.

Beberapa karyawan Bell, yang tengah membangun helikopter generasi berikutnya untuk Angkatan Darat AS, telah memprotes kewajiban vaksinasi Covid-19 di depan markas perusahaan. Demonstrasi juga bermunculan di pabrik General Dynamics di Lima, Ohio. Pabrik ini membuat tank Abrams, dan di Ingalls Shipbuilding di Pascagoula, Miss., yang dimiliki oleh pembuat kapal terbesar di negara itu, Huntington Ingalls Industries.

Dalam pernyataan video yang blak-blakan kepada tenaga kerjanya pada hari Senin, Presiden Newport News Shipbuilding, Jennifer Boykin memperingatkan, "Saya tidak ingin Anda berharap bahwa kami akan membalikkan kebijakan ini atau memperpanjang tenggat waktu. Kami tidak bisa."
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Dipantau Kim Jong-un,...
Dipantau Kim Jong-un, Korea Utara Gelar Latihan Serangan Balik Nuklir
AS Akan Bikin Bom Nuklir...
AS Akan Bikin Bom Nuklir Baru Bernama B61-13, Kekuatannya 24 Kali Lipat Bom Hiroshima
Aktivitas Sektor Jasa...
Aktivitas Sektor Jasa China Menurun di Tengah Tekanan Tarif AS
9 Fakta Unik Paus Leo...
9 Fakta Unik Paus Leo XIV yang Bikin Dunia Terbelalak
Xi Jinping Tegaskan...
Xi Jinping Tegaskan Rusia dan China akan Lawan Paksaan di Panggung Dunia
Film Baru Ungkap Identitas...
Film Baru Ungkap Identitas Penembak Jitu Israel Pembunuh Jurnalis Shireen Abu Akleh
Robert Prevost, Paus...
Robert Prevost, Paus Pertama dari Amerika Serikat
Robert Francis Prevost...
Robert Francis Prevost Jadi Paus Pertama Kelahiran Amerika
Pakistan Bombardir India,...
Pakistan Bombardir India, New Delhi Siaga Tinggi
Rekomendasi
Harga Emas Antam Anjlok...
Harga Emas Antam Anjlok Rp27.000, Kini Rp1.926.000 per Gram
Perang India-Pakistan...
Perang India-Pakistan Memanas, S&P Global Peringatkan Soal Risiko Utang
Manchester United vs...
Manchester United vs Tottenham Hotspur di Final Liga Europa: Penyelamat Wajah Inggris
Berita Terkini
Dipantau Kim Jong-un,...
Dipantau Kim Jong-un, Korea Utara Gelar Latihan Serangan Balik Nuklir
Bill Gates dan Bisnis...
Bill Gates dan Bisnis Vaksin: Sumbang Rp2,6 Triliun tapi Minta Uji Vaksin TBC pada Rakyat Indonesia
India Gunakan S-400...
India Gunakan S-400 Rusia, Tembak Jatuh 3 Jet Tempur Pakistan Termasuk F-16
AS Akan Bikin Bom Nuklir...
AS Akan Bikin Bom Nuklir Baru Bernama B61-13, Kekuatannya 24 Kali Lipat Bom Hiroshima
Pertama Kali, India...
Pertama Kali, India Gunakan S-400 Rusia dan Drone Israel dalam Perang Melawan Pakistan
Aktivitas Sektor Jasa...
Aktivitas Sektor Jasa China Menurun di Tengah Tekanan Tarif AS
Infografis
Ukraina Akui Jet tempur...
Ukraina Akui Jet tempur F-16 AS Tak Bisa Tandingi Su-35 Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved