Menlu Palestina Berharap Rusia Jadi Mediator Perdamaian

Kamis, 04 Juni 2020 - 13:49 WIB
loading...
Menlu Palestina Berharap...
Tentara Israel bersenjata lengkap menyeberangi jalan raya di dekat Ramallah untuk mengendalikan keamanan di wilayah jajahan Israel di West Bank. Foto/REUTERS/Mohammad Torokman
A A A
GAZA - Palestina berharap Rusia kembali menjadi mediator perdamaian antara Palestina dan Israel. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Palestina Riyad al-Maliki, kemarin. Sebelumnya, Rusia pernah berupaya menengahi konflik Palestina-Israel di Moskow. Namun, rencana itu dua kali ditolak Israel.

"Kami mempercayai Presiden Vladimir Putin dan yakin bahwa pertemuan seperti itu akan membuahkan hasil. Kami juga berharap perundingan seperti itu akan dapat menghentikan upaya Israel dalam mencaplok wilayah di Tepi Barat," kata al-Maliki, dikutip Arab News. “Kami selalu bersedia untuk berunding.”

Pengamat Timur Tengah, Ofer Zalzberg dari International Crisis Group, mengatakan Rusia sempat berusaha mendamaikan konflik Palestina-Israel, termasuk agresi pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel. Namun, Israel yang didukung secara penuh Amerika Serikat (AS) tidak pernah menerima usulan tersebut.

"Konflik ini memang rumit dan melibatkan lebih dari dua pihak. Menilik sejarah, tidak cukup jika hanya menyetujui perundingan, tapi harus diikuti dengan persetujuan yang harus menyenangkan kedua pihak,” ujarnya. Palestina juga meminta bantuan dari negara Arab untuk menghentikan pencaplokan oleh Israel. (Baca: Pamer Kekuatan, Israel dan Lebanon Bersitegang di Perbatasan)

Situasi di Palestina masih belum kondusif sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada awal Desember 2019. Kerusuhan dan bentrok telah kembali terjadi. Belakangan ini, seorang anak remaja meninggal tertembak tentara Israel selama mengikuti unjuk rasa.

Stabilitas keamanan di Palestina dan Israel diharapkan kembali normal. Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sempat berulang kali membahas rancangan resolusi status hukum Yerusalem. Meski didukung mayoritas anggota DK PBB, resolusi tersebut telah dimentahkan AS dengan hak veto.

“Setiap keputusan atau tindakan yang mengubah komposisi karakter, status, atau demografi Yerusalem tidak akan memiliki pengaruh hukum dan harus dicabut. Semua negara harus menahan diri membentuk misi diplomatik di kota suci tersebut sesuai dengan resolusi 478 (1980) DK PBB,” ungkap PBB, dikutip Reuters.

DK PBB terdiri dari 15 negara anggota yang meliputi lima anggota tetap dan 10 anggota tidak tetap. Lima anggota tetap ialah AS, Prancis, Inggris, Rusia, dan China, sedangkan anggota tidak tetap ialah Nigeria, Tunisia, Afrika Selatan, Vietnam, Indonesia, Estonia, Saint Vincent and the Grenadines, Dominika, Belgia, dan Jerman.

Meski setiap benua memiliki perwakilan, keputusan akhir tetap berada di tangan anggota tetap. Satu veto negatif dapat membatalkan sebuah resolusi, rancangan peraturan, ketetapan, dan keputusan. AS dan Rusia menjadi dua negara yang paling sering menggunakan hak veto untuk memblokade rancangan baru. (Baca juga: Palestina Khawatir Israel Gunakan Kekerasan untuk Caplok Tepi Barat)

Sejak 1946 sampai tahun ini, AS telah menggunakan hak veto sebanyak 79 kali, sebagian besar mengenai isu Palestina dan Timur Tengah. Pada 18 Februari 2011, rancangan resolusi pencegahan pembangunan pemukiman ilegal Israel di Yerusalem Timur juga dimentahkan AS, kendati mendapat dukungan positif dari 80 negara lainnya. (Muh Shamil)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Jurnalis Cantik Rusia...
Jurnalis Cantik Rusia Tewas di Medan Perang usai Meledek Ukraina sebagai Negara 404
Hamas: Sandera Akan...
Hamas: Sandera Akan Pulang dalam Peti Mati Jika Israel Coba Membebaskan dengan Paksa
Polandia Akui Amunisinya...
Polandia Akui Amunisinya Hanya Cukup Bertahan 2 Minggu Jika Perang Melawan Rusia
4 Tentara AS Tewas saat...
4 Tentara AS Tewas saat Latihan Tempur Unjuk Kekuatan di Dekat Sekutu Rusia
Sekutu Ukraina Minta...
Sekutu Ukraina Minta Indonesia Ikut Kerahkan Pasukan, Ini Respons RI
Awas Perang Dunia III,...
Awas Perang Dunia III, Bos NATO Warning Keras Putin: Jika Rusia Serang Sekutu, Maka...
4 Alasan Neokolonialisme...
4 Alasan Neokolonialisme Barat di Afrika Hancur, Salah Satunya Membeli Uranium dengan Harga Murah
Kumpulkan Kekuatan Militer...
Kumpulkan Kekuatan Militer dan Pesawat Pembom di Diego Garcia, AS Diduga Bersiap Serang Iran
Karnaval Maut di Nigeria:...
Karnaval Maut di Nigeria: Jumlah Anak yang Tewas Jadi 35, 8 Lainnya Luka Parah
Rekomendasi
Jaksa KPK Jawab Tudingan...
Jaksa KPK Jawab Tudingan Ada Unsur Politik di Kasus Hasto Kristiyanto
Jasamarga Berlakukan...
Jasamarga Berlakukan One Way dari Gerbang Tol Cikampek hingga KM 188 Tol Cipali
Pemudik Padati Tol Cipali,...
Pemudik Padati Tol Cipali, Polisi Siapkan One Way dari KM 72-188
Berita Terkini
Ganasnya Kebakaran Terbesar...
Ganasnya Kebakaran Terbesar Korsel: 26 Orang Tewas, Helikopter Pemadam Malah Jatuh
58 menit yang lalu
Wanita Ini Manjakan...
Wanita Ini Manjakan Selingkuhannya dengan Barang Mewah, Sementara Suaminya Hidup Hemat
2 jam yang lalu
Sekutu NATO Menyesal...
Sekutu NATO Menyesal Beli Jet Tempur Siluman F-35 AS, Ini Alasan Sebenarnya
2 jam yang lalu
Jurnalis Cantik Rusia...
Jurnalis Cantik Rusia Tewas di Medan Perang usai Meledek Ukraina sebagai Negara 404
4 jam yang lalu
Hamas: Sandera Akan...
Hamas: Sandera Akan Pulang dalam Peti Mati Jika Israel Coba Membebaskan dengan Paksa
5 jam yang lalu
Polandia Akui Amunisinya...
Polandia Akui Amunisinya Hanya Cukup Bertahan 2 Minggu Jika Perang Melawan Rusia
5 jam yang lalu
Infografis
Trump Bela Putin, Tepis...
Trump Bela Putin, Tepis Klaim Rusia Tolak Gencatan Senjata
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved