Gembong Narkoba Terbesar dan Paling Dicari di Kolombia Ditangkap di Hutan
loading...
A
A
A
BOGOTA - Angkatan bersenjata Kolombia telah menangkap gembong narkoba yang paling dicari di negara itu. Dairo Antonio Usuga, yang dikenal sebagai Otoniel, adalah pemimpin klan del Golfo telah diburu selama satu dekade.
Presiden Kolombia Ivan Duque menyebut tertangkapnya Usuga adalah pukulan terbesar bagi perdagangan narkoba di negara Andes itu sejak kematian Pablo Escobar .
"Ini adalah pukulan terbesar terhadap perdagangan narkoba di negara kita abad ini," kata Duque.
"Pukulan ini hanya sebanding dengan jatuhnya Pablo Escobar pada 1990-an," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/10/2021).
Otoniel (50) ditangkap selama operasi Osiris di daerah pedesaan di wilayah Uraba Kolombia, yang terletak di provinsi Antioquia. Dia dituduh mengirim lusinan pengiriman kokain ke Amerika Serikat (AS). Duque juga mengatakan dia dituduh membunuh petugas polisi, merekrut anak di bawah umur, dan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di antara kejahatan lainnya.
"Seorang petugas polisi tewas dalam operasi tersebut," ungkap Duque.
Operasi Osiris melibatkan lebih dari 500 anggota pasukan khusus Kolombia dan 22 helikopter.
Otoniel naik menjadi pemimpin kelompok perdagangan narkoba klan del Golfo, atau Klan Teluk, setelah menjalankan tugas sebagai gerilyawan sayap kiri dan kemudian sebagai paramiliter.
Klan del Golfo memiliki sekitar 1.200 pria bersenjata - mayoritas mantan anggota kelompok paramiliter sayap kanan - dan hadir di 10 dari 32 provinsi Kolombia.
Selain perdagangan narkoba, kata pihak berwenang, klan ini juga terlibat dalam penambangan ilegal. Pemerintah juga menuduh kelompok itu mengancam dan membunuh tokoh masyarakat di seluruh negeri.
Kolombia telah menawarkan hadiah hingga sekitar USD800.000 atau Rp11 miliar untuk informasi mengenai keberadaan Otoniel, sementara pemerintah AS telah memberikan hadiah sebesar USD5 juta atau sekitar Rp70 miliar untuk membantu menemukannya.
Sebelumnya pihak berwenang Kolombia meluncurkan Operasi Agamemnon pada tahun 2016 ketika mereka bekerja untuk mendekati Otoniel, membunuh dan menangkap lusinan kaki tangannya, mengejar keuangannya dan memaksanya untuk terus bergerak, menurut polisi.
Pada tahun 2017 sebuah video di mana Otoniel mengumumkan niatnya untuk tunduk pada keadilan muncul, tetapi rencana itu tidak pernah membuahkan hasil.
Pada bulan Maret, polisi Kolombia dan badan anti narkoba AS DEA menangakap adik Otoniel, Nini Johana Usuga, yang diekstradisi ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan terkait dengan perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Meskipun Duque mengatakan penangkapan Otoniel mewakili akhir dari klan del Golfo, direktur Analisis Risiko Kolombia Sergio Guzman mengatakan seorang pemimpin baru pasti akan menunggu untuk mengambil alih.
"Ini masalah besar karena dia gembong narkoba terbesar di Kolombia," kata Guzman, menambahkan bahwa penangkapan itu tidak akan mengubah dasar-dasar perdagangan narkoba.
"Otoniel pasti akan diganti," cetusnya.
Presiden Kolombia Ivan Duque menyebut tertangkapnya Usuga adalah pukulan terbesar bagi perdagangan narkoba di negara Andes itu sejak kematian Pablo Escobar .
"Ini adalah pukulan terbesar terhadap perdagangan narkoba di negara kita abad ini," kata Duque.
"Pukulan ini hanya sebanding dengan jatuhnya Pablo Escobar pada 1990-an," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/10/2021).
Otoniel (50) ditangkap selama operasi Osiris di daerah pedesaan di wilayah Uraba Kolombia, yang terletak di provinsi Antioquia. Dia dituduh mengirim lusinan pengiriman kokain ke Amerika Serikat (AS). Duque juga mengatakan dia dituduh membunuh petugas polisi, merekrut anak di bawah umur, dan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di antara kejahatan lainnya.
"Seorang petugas polisi tewas dalam operasi tersebut," ungkap Duque.
Operasi Osiris melibatkan lebih dari 500 anggota pasukan khusus Kolombia dan 22 helikopter.
Otoniel naik menjadi pemimpin kelompok perdagangan narkoba klan del Golfo, atau Klan Teluk, setelah menjalankan tugas sebagai gerilyawan sayap kiri dan kemudian sebagai paramiliter.
Klan del Golfo memiliki sekitar 1.200 pria bersenjata - mayoritas mantan anggota kelompok paramiliter sayap kanan - dan hadir di 10 dari 32 provinsi Kolombia.
Selain perdagangan narkoba, kata pihak berwenang, klan ini juga terlibat dalam penambangan ilegal. Pemerintah juga menuduh kelompok itu mengancam dan membunuh tokoh masyarakat di seluruh negeri.
Kolombia telah menawarkan hadiah hingga sekitar USD800.000 atau Rp11 miliar untuk informasi mengenai keberadaan Otoniel, sementara pemerintah AS telah memberikan hadiah sebesar USD5 juta atau sekitar Rp70 miliar untuk membantu menemukannya.
Sebelumnya pihak berwenang Kolombia meluncurkan Operasi Agamemnon pada tahun 2016 ketika mereka bekerja untuk mendekati Otoniel, membunuh dan menangkap lusinan kaki tangannya, mengejar keuangannya dan memaksanya untuk terus bergerak, menurut polisi.
Pada tahun 2017 sebuah video di mana Otoniel mengumumkan niatnya untuk tunduk pada keadilan muncul, tetapi rencana itu tidak pernah membuahkan hasil.
Pada bulan Maret, polisi Kolombia dan badan anti narkoba AS DEA menangakap adik Otoniel, Nini Johana Usuga, yang diekstradisi ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan terkait dengan perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Meskipun Duque mengatakan penangkapan Otoniel mewakili akhir dari klan del Golfo, direktur Analisis Risiko Kolombia Sergio Guzman mengatakan seorang pemimpin baru pasti akan menunggu untuk mengambil alih.
"Ini masalah besar karena dia gembong narkoba terbesar di Kolombia," kata Guzman, menambahkan bahwa penangkapan itu tidak akan mengubah dasar-dasar perdagangan narkoba.
"Otoniel pasti akan diganti," cetusnya.
(ian)