Studi Ungkap Adanya Peningkatan Pandangan Ekstrimisme dan Islamofobia di Sekolah-sekolah Inggris
loading...
A
A
A
LONDON - Guru-guru di Inggris telah melaporkan peningkatan pandangan ekstremis dan teori konspirasi di antara siswa mereka. Para guru memperingatkan, bahwa tanpa dana dan dukungan yang memadai, ide-ide seperti itu akan semakin beracun, dan menyebar.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Institute of Education, pendekatan pemerintah dalam menangani ekstremisme di sekolah difokuskan pada mengidentifikasi tanda-tanda radikalisasi, alih-alih membimbing anak-anak tentang cara menolak pemikiran dan gagasan ekstremis.
“Ini adalah peringatan bagi kita semua. Kita tahu bahwa saat ini para ekstremis sedang mencoba untuk memikat kaum muda ke dalam dunia yang penuh kebencian dan kekerasan, baik secara online maupun secara langsung,” kata Kamal Hanif, anggota tim peneliti studi tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (14/10/2021).
“Kita harus menggunakan kekuatan pendidikan untuk melawan dan membantu kaum muda berdiri dan menolak ekstremisme dan kekerasan. Kami membutuhkan lebih banyak kejelasan dari pemerintah tentang perlunya memiliki waktu dalam kurikulum untuk diskusi yang jujur dan terbuka tentang ekstremisme,” sambungnya.
Sekitar 96 guru diwawancarai di seluruh sekolah di Inggris dan penelitian tersebut menemukan bahwa lebih dari separuh pejabat sekolah telah menemukan atau mendengar anak-anak mengekspresikan pandangan untuk mendukung ideologi sayap kanan dengan hingga tiga perempatnya menampilkan opini Islamofobia dan misoginis.
Selain itu, hampir semua siswa menggunakan bahasa rasis dengan 90 persen percaya pada konspirasi tak berdasar yang dilakukan oleh sayap kanan. Mengenai masalah mendekati subjek, guru mengungkapkan kekhawatiran mereka untuk membahas topik sensitif seperti itu karena takut siswa akan bereaksi dengan cara yang kasar secara verbal.
Menurut penelitian, seperlima dari guru yang diwawancarai tidak merasa cukup percaya diri untuk mengadakan diskusi dan debat dengan siswa tersebut yang menyatakan dukungan untuk pandangan sayap kanan, dan teori konspirasi.
Sebagai bagian dari saran yang diberikan kepada pemerintah, Institut Pendidikan, yang dijalankan oleh University College London, merekomendasikan agar sekolah memperkuat kebijakan anti-diskriminasi mereka, mempromosikan kesempatan bagi semua anak untuk mengadakan diskusi terbuka dan meningkatkan pengajaran literasi kritis untuk membantu anak memahami perbedaan antara fakta dan opini.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Institute of Education, pendekatan pemerintah dalam menangani ekstremisme di sekolah difokuskan pada mengidentifikasi tanda-tanda radikalisasi, alih-alih membimbing anak-anak tentang cara menolak pemikiran dan gagasan ekstremis.
“Ini adalah peringatan bagi kita semua. Kita tahu bahwa saat ini para ekstremis sedang mencoba untuk memikat kaum muda ke dalam dunia yang penuh kebencian dan kekerasan, baik secara online maupun secara langsung,” kata Kamal Hanif, anggota tim peneliti studi tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (14/10/2021).
“Kita harus menggunakan kekuatan pendidikan untuk melawan dan membantu kaum muda berdiri dan menolak ekstremisme dan kekerasan. Kami membutuhkan lebih banyak kejelasan dari pemerintah tentang perlunya memiliki waktu dalam kurikulum untuk diskusi yang jujur dan terbuka tentang ekstremisme,” sambungnya.
Sekitar 96 guru diwawancarai di seluruh sekolah di Inggris dan penelitian tersebut menemukan bahwa lebih dari separuh pejabat sekolah telah menemukan atau mendengar anak-anak mengekspresikan pandangan untuk mendukung ideologi sayap kanan dengan hingga tiga perempatnya menampilkan opini Islamofobia dan misoginis.
Selain itu, hampir semua siswa menggunakan bahasa rasis dengan 90 persen percaya pada konspirasi tak berdasar yang dilakukan oleh sayap kanan. Mengenai masalah mendekati subjek, guru mengungkapkan kekhawatiran mereka untuk membahas topik sensitif seperti itu karena takut siswa akan bereaksi dengan cara yang kasar secara verbal.
Menurut penelitian, seperlima dari guru yang diwawancarai tidak merasa cukup percaya diri untuk mengadakan diskusi dan debat dengan siswa tersebut yang menyatakan dukungan untuk pandangan sayap kanan, dan teori konspirasi.
Sebagai bagian dari saran yang diberikan kepada pemerintah, Institut Pendidikan, yang dijalankan oleh University College London, merekomendasikan agar sekolah memperkuat kebijakan anti-diskriminasi mereka, mempromosikan kesempatan bagi semua anak untuk mengadakan diskusi terbuka dan meningkatkan pengajaran literasi kritis untuk membantu anak memahami perbedaan antara fakta dan opini.
(esn)