150 Jet Tempur PLA Serbu Taiwan, Presiden Tsai: China Rusak Perdamaian

Kamis, 07 Oktober 2021 - 02:13 WIB
loading...
150 Jet Tempur PLA Serbu Taiwan, Presiden Tsai: China Rusak Perdamaian
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Foto/The Business Times
A A A
TAIPEI - Presiden Taiwan memperingatkan China untuk berlatih menahan diri dalam pidato pertamanya sejak 150 pesawat tempur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan latihan di dekat pulau itu selama lima hari.

Dalam pidato singkat kepada para pemimpin partai di Taipei, Tsai Ing-wen mengatakan gelombang serangan mendadak pesawat PLA ke sudut barat daya zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan telah menjadi topik yang menjadi perhatian bersama masyarakat internasional.

"Tindakan China telah secara serius merusak perdamaian dan stabilitas regional," katanya kepada Komite Tetap Sentral Partai Progresif Demokratik.

"Saya harus dengan sungguh-sungguh memperingatkan pihak berwenang di Beijing untuk menahan diri untuk menghindari salah perhitungan," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (6/10/2021).



Tsai juga menggunakan sambutannya untuk memberi selamat kepada Perdana Menteri Jepang yang baru Fumio Kishida dan berterima kasih kepada mantan pemimpin Jepang Yoshihide Suga karena mendukung Taiwan.

Penerbangan militer China ke wilayah udara internasional antara Taiwan dan Pulau Pratas yang dikuasai Taiwan telah terus meningkat sejak September 2020, ketika pejabat pertahanan di Taipei pertama kali mulai mencatat aktivitas tersebut, yang terkadang melihat jet tempur atau pembom PLA mengepung Taiwan selatan.

Dalam 13 bulan sejak itu, 842 pesawat PLA telah memasuki ADIZ Taiwan - termasuk 672 tahun ini - dalam apa yang digambarkan Kementerian Pertahanan Taiwan sebagai provokasi militer yang terarah. Dalam empat hari sejak 1 Oktober, gelombang pesawat tempur China berjumlah 38, 39, 16 dan 56. Pada hari Selasa, PLA mengirim satu pesawat pengintai di dekat Taiwan.



Sebelumnya lewat sebuah esai, Tsai Ing-wen mengungkapkan harapannya untuk hidup berdampingan yang saling menguntungkan dengan China.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1179 seconds (0.1#10.140)