Janji 'Ceraikan' Al-Qaeda, Taliban Ternyata Masih Berhubungan Mesra

Selasa, 02 Juni 2020 - 14:51 WIB
loading...
Janji Ceraikan Al-Qaeda,...
Kelompok Taliban dilaporkan masih berhubungan dengan al-Qaeda meski telah berjanji akan memutuskan hubungan. Foto/Ilustrasi
A A A
NEW YORK - PBB melaporkan kelopok gerilyawan Taliban tetap mempertahankan hubungan dekat denga al-Qaeda , bahkan meminta nasihatnya selam bernegosiasi dengan para pejabat Amerika Serikat (AS). Padahal, kelompok militan itu berjanji untuk memutuskan hubungan dengan kelompok teror itu berdasarkan perjanjian yang di teken dengan AS akhir Februari lalu.

Menurut laporan PBB, al-Qaeda terus beroperasi di 12 provinsi di Afghanistan dengan 400-600 operasi. Kelompok yang menjadi dalang serangan 11 September 2001 ini juga memiliki sebuah kamp pelatihan di bagian timur negara itu.

Laporan PBB mengatakan hubungan antara Taliban, termasuk mitra-mitranya dalam jaringan Haqqani, dan al-Qaeda tetap dekat berdasarkan persahabatan, sejarah perjuangan bersama, simpati ideologis dan perkawinan campuran.

"Taliban secara teratur berkonsultasi dengan al-Qaeda selama negosiasi dengan Amerika Serikat dan menawarkan jaminan bahwa (kelompok) itu akan menghormati ikatan sejarah mereka," bunyi laporan oleh Tim Analitik Dukungan dan Pemantau Sanksi PBB seperti dikutip dari NBC News, Selasa (2/6/2020).

Laporan PBB menyatakan Taliban telah gagal menepati janji mereka tentang ketentuan yang dipandang sebagai inti dari perjanjian AS-Taliban yang ditandatangani pada 29 Februari di Doha, Qatar. Presiden AS Donald Trump menggambarkan kesepakatan itu sebagai kisah sukses.

Di bawah kesepakatan antara AS dan Taliban, para pemberontak berjanji untuk tidak membiarkan Afghanistan menjadi basis bagi serangan teroris di AS dan akan mengadakan pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Sebagai imbalannya, Washington setuju untuk menarik pasukan pimpinan AS dalam waktu 14 bulan.

Sementara AS mengadakan pembicaraan dengan perwakilan Taliban di Doha pada tahun 2019 dan 2020, al-Qaeda dan Taliban juga mengadakan pertemuan untuk membahas kerja sama terkait dengan perencanaan operasional, pelatihan dan penyediaan tempat perlindungan yang aman bagi anggota Al Qaeda di Afghanistan oleh Taliban.

Dikatakan oleh laporan PPB, ketika AS-Taliban bernegosiasi pada akhir tahun lalu, al-Qaeda khawatir sekutunya itu sedang bersiap meninggalkan mereka.

Laporan PBB ini didasarkan pada informasi yang diberikan oleh negara-negara anggota PBB, termasuk dari badan intelijen, dan pejabat regional.

Laporan PBB mengatakan informasi itu mengindikasikan bahwa operasi al-Qaeda melakukan serangan terhadap lapangan udara Bagram pada bulan Desember karena mereka khawatir bahwa perjanjian itu berprospektif menyerukan Taliban untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaeda dan kelompok pejuang lainnya.

Laporan itu mengatakan ada indikasi bahwa kepemimpinan Taliban belum sepenuhnya mengungkapkan rincian perjanjian, termasuk komitmen untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaeda dan pejuang teroris asing, kepada para anggotanya. Mereka takut akan serangan balasan dan masalah itu telah muncul berulang kali sebagai topik perdebatan internal yang sengit.

"Jika Taliban mematuhi kewajiban mereka dalam perjanjian dengan AS dan menjauh dari al-Qaeda, hal itu dapat menghasilkan perpecahan yang mendalam dalam kelompok itu dengan satu faksi menolak untuk meninggalkan al-Qaeda," menurut laporan PBB.

Meski begitu, laporan PBB mengatakan al-Qaeda telah bereaksi positif terhadap perjanjian tersebut. Kelompok itu melihat perjanjian tersebut sebagai kemenangan perjuangan Taliban dan merayakannya. Kelompok militan global juga demikian.

Ditanya tentang temuan PBB, perwakilan khusus AS yang memimpin negosiasi dengan Taliban, Zalmay Khalilzad, mengatakan bahwa Taliban telah mengambil beberapa langkah untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaeda dan kelompok-kelompok teroris lainnya, tetapi diperlukan lebih banyak tindakan.

"Kami percaya bahwa ada kemajuan, tetapi kami akan terus memantau kegiatan-kegiatan itu dengan sangat cermat," kata Khalilzad.

Ia tidak memberikan rincian langkah-langkah yang telah diambil Taliban, dengan mengatakan itu adalah masalah sensitif. Utusan AS itu juga tidak menjawab pertanyaan apakah Taliban berkonsultasi dengan al-Qaeda selama pembicaraan di Doha.

Diplomat AS kelahiran Afghanistan, yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar untuk Afghanistan di bawah Presiden George W. Bush setelah serangan 9/11, menambahkan bahwa laporan PBB mencakup periode yang berakhir pada 15 Maret, dan perjanjian AS-Taliban ditandatangani pada 29 Februari.

Khalilzad juga menyatakan optimisme bahwa prospek perdamaian telah membaik setelah gencatan senjata baru-baru saat liburan Idul Fitri pada bulan Mei, tingkat kekerasan yang lebih rendah dan lebih banyak pembebasan tahanan oleh pemerintah Afghanistan dan Taliban. (Baca: Idul Fitri, Taliban dan Pemerintah Afghanistan Umumkan Gencatan Senjata )

"Saya percaya kita berada dalam momen yang lebih penuh harapan yang memvalidasi pendekatan kami," katanya. (Baca: Pasca Gencatan Senjata, Afghanistan Bebaskan 100 Anggota Taliban )

Khalilzad mengatakan dia tidak dapat menjamin anggota individu Taliban atau faksi di dalam kelompok itu, tetapi dia mengatakan Taliban secara keseluruhan telah membuat komitmen untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaeda.

"Kami menyadari pentingnya masalah ini. Ini sangat penting, masalah terorisme," ia menekankan.

"AS akan menekan Taliban atas masalah ini dan ketika perlu melakukan operasi yang diperlukan juga," tegasnya.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1158 seconds (0.1#10.140)