Bukan Senjata Rahasia, AS Sebut Jangkrik Penyebab Sindrom Havana

Jum'at, 01 Oktober 2021 - 21:27 WIB
loading...
Bukan Senjata Rahasia,...
Jangkrik ekor pendek Hindia. Foto/orthsoc.org
A A A
WASHINGTON - Sejumlah insiden yang terkait "Sindrom Havana" pertama kali terungkap pada 2017. Laporan media mengklaim pada akhir 2016, beberapa diplomat Amerika Serikat (AS) yang berbasis di ibukota Kuba mulai mendengar suara-suara aneh yang memengaruhi pendengaran dan kemampuan kognitif mereka.

“Suara-suara yang terkait dengan penyakit misterius di antara para diplomat AS di Kuba, yang dijuluki Sindrom Havana, kemungkinan disebabkan serangga daripada senjata gelombang mikro,” ungkap laporan terbaru yang tidak dirahasiakan.

Tinjauan ilmiah itu diungkapkan Departemen Luar Negeri AS dan ditulis tim penasihat sains independen JASON.



Menurut laporan yang diperoleh BuzzFeed News, “Para ilmuwan memeriksa delapan rekaman audio dan video dari suara frekuensi tinggi yang diambil personel AS, juga meninjau akun pribadi diplomat dan informasi medis mereka.”



"Tidak ada sumber energi tunggal yang masuk akal (baik radio/microwave maupun sonik) yang dapat menghasilkan sinyal audio/video yang direkam dan efek medis yang dilaporkan. Kami percaya suara yang direkam berasal dari mekanik atau biologis, bukan elektronik. Sumber yang paling mungkin adalah jangkrik ekor pendek Hindia," ungkap laporan tersebut.



Pada saat yang sama, laporan tersebut tidak mengesampingkan "...suara yang dirasakan, meskipun tidak berbahaya, diperkenalkan oleh musuh sebagai penipuan untuk menutupi mode penyebab penyakit yang sama sekali tidak terkait."

Pada Desember 2020, laporan terpisah yang disusun Departemen Luar Negeri dan dirilis National Academy of Sciences menemukan radiasi gelombang mikro "terarah" kemungkinan besar adalah penyebab "Sindrom Havana".

Peninjauan JASON dilakukan setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS mengesahkan Rancangan Undang-undang (RUU) pada akhir September untuk memberikan pembayaran kepada para personel pemerintah AS yang diyakini menderita penyakit misterius itu.

The Helping American Victims by Neurological Attacks Act, atau Havana Act itu disetujui dengan suara 427-0.

Dalam perkembangan terpisah bulan lalu, laporan oleh para ahli yang berafiliasi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Kuba menolak klaim serangan terkait "Sindrom Havana" yang seolah-olah menargetkan diplomat AS dan Kanada di wilayahnya.

"Baik polisi Kuba, maupun FBI (Biro Investigasi Federal), maupun Kepolisian Berkuda Kanada tidak menemukan bukti 'serangan' terhadap diplomat di Havana meskipun ada penyelidikan intensif. Kami menyimpulkan bahwa narasi peristiwa tersebut 'sindrom misterius' tidak dapat diterima secara ilmiah di salah satu komponennya," klaim dokumen itu.

Departemen Luar Negeri AS sebelumnya menggunakan frasa "insiden anomali kesehatan" untuk menggambarkan "Sindrom Havana" yang pertama kali dilaporkan diplomat AS di Kuba pada 2016, dan kemudian menimpa sejumlah diplomat AS dan Kanada serta pejabat intelijen di seluruh dunia.

“Gejala yang dilaporkan termasuk suara terarah yang menusuk, dan tekanan kepala, serta mual, pusing, dan kabut otak. Jumlah kasus yang dicurigai saat ini meningkat, dengan insiden terbaru terjadi di Serbia pada akhir September,” papar laporan Departemen Luar Negeri AS.

Pada saat itu, seorang perwira Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dievakuasi dari Serbia setelah dia menderita sejumlah gejala neurologis yang mirip dengan "Sindrom Havana".
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1522 seconds (0.1#10.140)