Proyek dengan Australia Batal, Prancis Jual Kapal Perang ke Yunani

Selasa, 28 September 2021 - 18:18 WIB
loading...
Proyek dengan Australia Batal, Prancis Jual Kapal Perang ke Yunani
Prancis jual kapal perang ke Yunani setelah sebelumnya kontrak penjualan kapal selam ke Australia batal. Foto/Ilustrasi
A A A
PARIS - Prancis dan Yunani menandatangani kesepakatan bernilai miliaran euro bagi Athena untuk membeli tiga kapal perang Prancis. Kesepakatan ini dipuji oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai dorongan besar bagi ambisi pertahanan Uni Eropa (UE).

Nota kesepahaman untuk pembelian fregat Belharra ditandatangani kurang dari dua minggu setelah Prancis terguncang oleh pembatalan kontrak oleh Australia untuk membeli kapal selam sebagai bagian dari pakta pertahanan baru dengan Inggris dan Amerika Serikat (AS).



Setelah bertemu Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Istana Elysee, Macron mengatakan bahwa Yunani akan membeli tiga fregat dari Prancis sebagai bagian dari "kemitraan strategis" yang lebih dalam antara kedua negara untuk mempertahankan kepentingan bersama mereka di Mediterania.

"Kesepakatan itu menandai langkah pertama yang berani menuju otonomi strategis Eropa," kata Macron seperti dikutip dari France24, Selasa (28/9/2021).

Menurut laporan pers Macron menyebut keputusan Athena untuk membeli kapal Belharra sebagai tanda kepercayaan dalam industri pertahanan Prancis, melawan persaingan terutama dari kelompok Amerika Lockheed Martin.

Kesepakatan itu juga mengirimkan sinyal yang jelas dari Paris setelah kerugian besar bulan ini dari kontrak miliaran euro untuk kapal selam dengan Australia, yang mengumumkan akan membeli kapal selam bertenaga nuklir dari AS.

"Ini berkontribusi pada keamanan Eropa dan penguatan otonomi serta kedaulatan strategis Eropa, dan karenanya bagi perdamaian dan keamanan internasional," ujar Macron.

Pemimpin Prancis telah lama bersikeras bahwa Eropa perlu mengembangkan kemampuan pertahanannya sendiri dan tidak lagi terlalu bergantung pada Amerika Serikat, bahkan memperingatkan bahwa NATO sedang mengalami "kematian otak".

"Hari ini adalah hari bersejarah bagi Yunani dan Prancis. Kami telah memutuskan untuk meningkatkan kerja sama pertahanan bilateral kami," kata Mitsotakis.

Dia mengatakan perjanjian itu melibatkan saling mendukung dan tindakan bersama di semua tingkatan, serta opsi untuk membeli fregat keempat.

Mitsotakis menambahkan bahwa kesepakatan Prancis tidak akan mempengaruhi pembicaraan tentang perpanjangan perjanjian kerja sama pertahanan yang sudah berlangsung lama antara Yunani dan Washington, meskipun muncul ketegangan antara UE dan Washington setelah perselisihan kapal selam Australia.



"Perjanjian itu tidak bertentangan dengan hubungan Yunani-AS," katanya, mengutip bagaimana Prancis mendukung Yunani selama masa-masa sulit di musim panas 2020, merujuk pada tantangan Turki atas hak teritorial Athena di Laut Aegea.

Macron menambahkan bahwa penjualan fregat tidak dimaksudkan untuk dilihat sebagai ancaman terhadap Ankara, tetapi sarana untuk bersama-sama memastikan keamanan di Mediterania serta di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Balkan.

Yunani dan Prancis telah membangkitkan kemarahan Ankara pada Januari, ketika mereka menandatangani kesepakatan USD3 miliar untuk 18 jet Rafale - 12 bekas dan enam baru - sebagai bagian dari program senjata yang berkembang untuk melawan ambisi Turki.

Awal bulan ini, Mitsotakis mengejutkan banyak pengamat dengan rencana untuk membeli enam jet Rafale tambahan, sehingga total pesanan menjadi 24.

"Itu tidak ditujukan kepada siapa pun," kata Macron.

"Ini memungkinkan tindakan yang lebih efisien dan terkoordinasi untuk perdamaian, kerja sama dan stabilitas, dalam tatanan internasional yang didirikan di atas supremasi hukum dan penghormatan penuh terhadap komitmen," jelasnya.

Macron juga bersumpah bahwa pakta AS-Australia tidak akan memengaruhi strategi Prancis untuk kawasan Indo-Pasifik, di mana China tidak merahasiakan keinginannya untuk melakukan pengaruh militer yang signifikan.

"Kami memiliki satu juta warga yang tinggal di wilayah ini, dan lebih dari 8.000 tentara dikerahkan di sana," kata Macron, merujuk pada kehadiran Prancis melalui beberapa wilayah luar negeri di wilayah tersebut.

Dia menambahkan, bagaimanapun, Eropa harus berhenti bersikap naif mengenai persaingan geopolitik, sambil mengkonfirmasi bahwa duta besar Prancis untuk Washington, yang dipanggil pulang setelah krisis kapal selam, akan kembali pada hari Rabu.



Tidak ada rincian biaya yang diberikan tentang nilai kesepakatan, tetapi kapal-kapal tersebut akan dikirim mulai tahun 2024.

Kesepakatan itu tidak termasuk penjualan korvet Gowind Prancis, kemungkinan yang muncul dalam laporan media Yunani.

“Pembangunan oleh Prancis dari peralatan canggih ini berkontribusi pada pertahanan Eropa yang ambisius,” kata Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1981 seconds (0.1#10.140)