Pentagon Ungkap Fasilitator ISIS-K yang Tewas dalam Serangan Drone di Afghanistan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon telah mengidentifikasi seorang anggota ISIS yang diduga tewas dalam serangan pesawat tak berawak atau drone di Afghanistan bulan lalu. Pentagon mengklaim ia adalah sosok yang berada di balik serangan terhadap pasukan Amerika Serikat (AS).
Juru bicara pusat komando AS, John Rigsbee mengatakan, serangan drone pada 27 Agustus di provinsi timur Nangarhar menewaskan seorang fasilitator ISIS-K dengan profil tinggi bernama Kabir Aidi. Ia juga mencatat bahwa pria itu dikenal dengan nama Mustafa.
"Refleksi pasca-serangan menunjukkan bahwa Kabir Aidi secara langsung terhubung dengan para pemimpin ISIS-K yang mengoordinasikan serangan 26 Agustus di (Bandara Internasional Hamid Karzai)," kata juru bicara itu, merujuk pada bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 169 warga sipil Afghanistan dan 13 tentara Amerika selama upaya evakuasi tergesa-gesa bulan lalu seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (24/9/2021).
Rigsbee mengungkapkan Aidi terlibat dalam perencanaan serangan dan produksi IED magnetik, serta distribusi bahan peledak dan rompi bunuh diri.
"Dia terhubung langsung dengan aliran ancaman di Kabul selama evakuasi non-pejuang di Bandara Internasional Hamid Karzai,” ia menambahkan.
Rigsbee tidak memberikan indikasi bagaimana militer sampai pada kesimpulan itu, tetapi juga menuduh Aidi berada di balik serangan sebelumnya di Ibu Kota Afghanistan, termasuk di Universitas Kabul pada November 2020.
Serangan di Nangarhar, serta pemboman pesawat tak berawak lainnya di Kabul pada 29 Agustus, diluncurkan sebagai pembalasan atas serangan bom di bandara Kabul. Itu terjadi ketika Washington menarik personel milter yang tersisa setelah perang 20 tahun.
Namun, sementara CENTCOM awalnya mengklaim operasi Kabul sukses dengan Ketua Kepala Staf Gabungan Mark Milley bahkan menganggapnya sebagai “serangan yang benar” – militer sejak itu mengakui bahwa seorang pria yang awalnya dianggap sebagai pejuang ISIS, pada kenyataannya seorang non-kombatan. Militer AS juga mengakui jika serangan pesawat tak berawak itu menewaskan sembilan warga sipil lainnya, termasuk tujuh anak-anak.
Selain itu, penyelidikan lanjutan oleh New York Times menemukan bahwa pengemudi mobil yang terkena serangan pesawat tak berawak, yang diidentifikasi sebagai Zemari Ahmadi, telah bekerja untuk organisasi bantuan yang berbasis di AS sejak 2006 sebagai insinyur listrik. Orang lain yang terbunuh, semuanya berasal dari keluarga yang sama, juga dilaporkan bekerja bersama militer AS sebagai kontraktor selama perang.
Sementara tidak mengidentifikasi Ahmadi sebelum membunuhnya, Pentagon mengklaim ia berperilaku mencurigakan pada serangan dilancarkan. Ia juga terlihat memuat barang-barang ke dalam mobilnya yang diyakini sebagai bahan peledak.
Namun The New York Times memperoleh rekaman keamanan yang menunjukkan Ahmadi memuat kendi air ke dalam mobilnya, menunjukkan militer AS mungkin telah salah mengira sebagai bom.
Pentagon sedari awal juga mengakui kemungkinan warga sipil turut menjadi korban dalam serangan itu. Namun mereka menyatakan para korban tewas karena ledakan susulan akibat bahan peledak yang dibawa dalam ke dalam mobil, daripada serangan pesawat tak berawak itu sendiri.
Kepala CENTCOM Frank McKenzie sejak itu mengakui bahwa bukan itu masalahnya, dan tidak ada dari mereka yang tewas dalam serangan itu memiliki hubungan dengan terorisme atau menimbulkan ancaman bagi pasukan AS, menganggap kematian tak berdosa sebagai “kesalahan.”
Sebelum pengakuan itu, militer AS telah menggambarkan Ahmadi dalam istilah yang sama sebagai tersangka pejuang ISIS, menyebutnya sebagai ancaman ISIS-K yang akan segera terjadi dan mengklaim serangan itu “sangat mengganggu” rencana serangan kelompok teroris di masa depan.
Juru bicara pusat komando AS, John Rigsbee mengatakan, serangan drone pada 27 Agustus di provinsi timur Nangarhar menewaskan seorang fasilitator ISIS-K dengan profil tinggi bernama Kabir Aidi. Ia juga mencatat bahwa pria itu dikenal dengan nama Mustafa.
"Refleksi pasca-serangan menunjukkan bahwa Kabir Aidi secara langsung terhubung dengan para pemimpin ISIS-K yang mengoordinasikan serangan 26 Agustus di (Bandara Internasional Hamid Karzai)," kata juru bicara itu, merujuk pada bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 169 warga sipil Afghanistan dan 13 tentara Amerika selama upaya evakuasi tergesa-gesa bulan lalu seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (24/9/2021).
Rigsbee mengungkapkan Aidi terlibat dalam perencanaan serangan dan produksi IED magnetik, serta distribusi bahan peledak dan rompi bunuh diri.
"Dia terhubung langsung dengan aliran ancaman di Kabul selama evakuasi non-pejuang di Bandara Internasional Hamid Karzai,” ia menambahkan.
Rigsbee tidak memberikan indikasi bagaimana militer sampai pada kesimpulan itu, tetapi juga menuduh Aidi berada di balik serangan sebelumnya di Ibu Kota Afghanistan, termasuk di Universitas Kabul pada November 2020.
Serangan di Nangarhar, serta pemboman pesawat tak berawak lainnya di Kabul pada 29 Agustus, diluncurkan sebagai pembalasan atas serangan bom di bandara Kabul. Itu terjadi ketika Washington menarik personel milter yang tersisa setelah perang 20 tahun.
Namun, sementara CENTCOM awalnya mengklaim operasi Kabul sukses dengan Ketua Kepala Staf Gabungan Mark Milley bahkan menganggapnya sebagai “serangan yang benar” – militer sejak itu mengakui bahwa seorang pria yang awalnya dianggap sebagai pejuang ISIS, pada kenyataannya seorang non-kombatan. Militer AS juga mengakui jika serangan pesawat tak berawak itu menewaskan sembilan warga sipil lainnya, termasuk tujuh anak-anak.
Selain itu, penyelidikan lanjutan oleh New York Times menemukan bahwa pengemudi mobil yang terkena serangan pesawat tak berawak, yang diidentifikasi sebagai Zemari Ahmadi, telah bekerja untuk organisasi bantuan yang berbasis di AS sejak 2006 sebagai insinyur listrik. Orang lain yang terbunuh, semuanya berasal dari keluarga yang sama, juga dilaporkan bekerja bersama militer AS sebagai kontraktor selama perang.
Sementara tidak mengidentifikasi Ahmadi sebelum membunuhnya, Pentagon mengklaim ia berperilaku mencurigakan pada serangan dilancarkan. Ia juga terlihat memuat barang-barang ke dalam mobilnya yang diyakini sebagai bahan peledak.
Namun The New York Times memperoleh rekaman keamanan yang menunjukkan Ahmadi memuat kendi air ke dalam mobilnya, menunjukkan militer AS mungkin telah salah mengira sebagai bom.
Pentagon sedari awal juga mengakui kemungkinan warga sipil turut menjadi korban dalam serangan itu. Namun mereka menyatakan para korban tewas karena ledakan susulan akibat bahan peledak yang dibawa dalam ke dalam mobil, daripada serangan pesawat tak berawak itu sendiri.
Kepala CENTCOM Frank McKenzie sejak itu mengakui bahwa bukan itu masalahnya, dan tidak ada dari mereka yang tewas dalam serangan itu memiliki hubungan dengan terorisme atau menimbulkan ancaman bagi pasukan AS, menganggap kematian tak berdosa sebagai “kesalahan.”
Sebelum pengakuan itu, militer AS telah menggambarkan Ahmadi dalam istilah yang sama sebagai tersangka pejuang ISIS, menyebutnya sebagai ancaman ISIS-K yang akan segera terjadi dan mengklaim serangan itu “sangat mengganggu” rencana serangan kelompok teroris di masa depan.
(ian)