Fakta Baru Baku Tembak di Istana Presiden, Tokoh Moderat Taliban Baradar Tersingkir
loading...
A
A
A
KABUL - Tokoh yang diharapkan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat akan menjadi suara moderat dalam pemerintahan Taliban Afghanistan telah disingkirkan setelah baku tembak dramatis di istana presiden di Kabul.
Fakta terbaru itu diungkapkan sejumlah orang yang mengetahui masalah tersebut dalam laporan yang dirilis Sabtu (18/9/2021) oleh Alarabiya dan Bloomberg.
Mullah Abdul Ghani Baradar adalah wajah tokoh Taliban paling dikenal yang memimpin pembicaraan damai dengan AS.
“Baradar diserang secara fisik oleh seorang pemimpin Jaringan Haqqani pada awal September selama pembicaraan di istana mengenai pembentukan kabinet,” papar sumber tersebut yang meminta tidak disebut namanya terkait insiden itu.
“Baradar telah mendorong kabinet inklusif yang mencakup para pemimpin non-Taliban dan etnis minoritas, yang akan lebih dapat diterima seluruh dunia,” ujar sejumlah sumber.
“Pada satu titik selama pertemuan, Khalil ul Rahman Haqqani bangkit dari kursinya dan mulai meninju pemimpin Taliban,” ungkap sumber tersebut.
“Pengawal kedua tokoh itu kemudian langsung terlibat keributan dan saling menembak satu sama lain, membunuh dan melukai beberapa orang dari mereka,” tutur orang-orang yang mengetahui kejadian itu.
Meski Baradar tidak terluka, dia telah meninggalkan ibu kota Kabul dan menuju ke Kandahar, basis Taliban, untuk berbicara dengan Pemimpin Tertinggi Haibatullah Akhundzada yang secara efektif menjadi pemimpin spiritual Taliban.
Susunan kabinet yang dirilis pada 7 September tidak memasukkan siapa pun dari luar Taliban, dengan sekitar 90% tempat dipegang etnis Pashtun dari kelompok Taliban.
Anggota keluarga Haqqani menerima empat posisi, dengan Sirajuddin Haqqani, pemimpin Jaringan Haqqani yang ada dalam daftar paling diburu FBI untuk terorisme, menjadi penjabat menteri dalam negeri.
Baradar ditunjuk sebagai salah satu dari dua wakil perdana menteri Imarah Islam Afghanistan.
Perlu diketahui, kelompok Taliban dan Haqqani bergabung sekitar tahun 2016.
Orang-orang mengatakan kepala badan intelijen Pakistan, yang berada di Kabul selama diskusi, lebih mendukung Haqqani dibandingkan Baradar.
Baradar menghabiskan sekitar delapan tahun di penjara Pakistan sebelum pemerintahan Donald Trump memfasilitasi pembebasannya untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai.
Mullah Mohammad Hassan yang kurang dikenal publik justru dipilih sebagai perdana menteri (PM), bukannya Baradar.
“Hassan memiliki hubungan yang lebih baik dengan Islamabad dan bukan merupakan ancaman bagi faksi Haqqani,” ungkap sejumlah sumber.
Kantor media militer Pakistan tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait fakta terbaru dari pertikaian di istana tersebut.
Selama sepekan terakhir, anggota Taliban menolak laporan tentang bentrokan di istana.
Baradar muncul di televisi yang dikelola pemerintah pada Kamis untuk menyangkal desas-desus bahwa dia telah terluka atau bahkan terbunuh.
Yang pasti, Baradar tidak hadir pada 12 September untuk menyambut Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
Baradar juga melewatkan rapat kabinet pertama Taliban pekan ini.
“Alhamdulillah, saya aman dan sehat. Pernyataan lain yang dibuat oleh media bahwa kami memiliki perselisihan internal juga sama sekali tidak benar,” ujar Baradar.
Dia menepis spekulasi atas ketidakhadirannya selama kunjungan delegasi Qatar, di mana anggota kabinet lainnya termasuk beberapa tokoh Haqqani hadir.
Qatar telah menjadi tuan rumah Baradar selama beberapa tahun dan memfasilitasi negosiasi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo di era Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika.
“Saya tidak mengetahui kunjungan menteri luar negeri Qatar. Saya bepergian selama kunjungan menteri luar negeri Qatar ke Kabul, dan saya tidak dapat mempersingkat perjalanan saya dan kembali ke Kabul,” tutur Baradar.
Dihubungi melalui telepon, juru bicara Taliban Bilal Karimi mengatakan, “Baradar tidak absen dan kami berharap dia akan segera kembali.”
“Tidak ada perbedaan di antara para pemimpin Imarah Islam. Mereka tidak bertengkar karena jabatan atau posisi pemerintah,” ujar Karimi.
Perpecahan di dalam Taliban adalah tanda yang mengkhawatirkan bagi negara-negara barat yang telah mendesak kelompok itu menerapkan kebijakan yang lebih moderat, termasuk menghormati hak-hak perempuan.
China dan Pakistan menekan AS untuk mencairkan dana cadangan Afghanistan karena negara itu menghadapi inflasi yang melonjak dan ancaman krisis ekonomi.
Hubungan antara faksi Haqqani dan Taliban telah lama tidak nyaman. Namun, Anas Haqqani, pemimpin kunci Haqqani juga menggunakan Twitter untuk menyangkal adanya keretakan dalam pemerintahan baru.
Fakta terbaru itu diungkapkan sejumlah orang yang mengetahui masalah tersebut dalam laporan yang dirilis Sabtu (18/9/2021) oleh Alarabiya dan Bloomberg.
Mullah Abdul Ghani Baradar adalah wajah tokoh Taliban paling dikenal yang memimpin pembicaraan damai dengan AS.
“Baradar diserang secara fisik oleh seorang pemimpin Jaringan Haqqani pada awal September selama pembicaraan di istana mengenai pembentukan kabinet,” papar sumber tersebut yang meminta tidak disebut namanya terkait insiden itu.
“Baradar telah mendorong kabinet inklusif yang mencakup para pemimpin non-Taliban dan etnis minoritas, yang akan lebih dapat diterima seluruh dunia,” ujar sejumlah sumber.
“Pada satu titik selama pertemuan, Khalil ul Rahman Haqqani bangkit dari kursinya dan mulai meninju pemimpin Taliban,” ungkap sumber tersebut.
“Pengawal kedua tokoh itu kemudian langsung terlibat keributan dan saling menembak satu sama lain, membunuh dan melukai beberapa orang dari mereka,” tutur orang-orang yang mengetahui kejadian itu.
Meski Baradar tidak terluka, dia telah meninggalkan ibu kota Kabul dan menuju ke Kandahar, basis Taliban, untuk berbicara dengan Pemimpin Tertinggi Haibatullah Akhundzada yang secara efektif menjadi pemimpin spiritual Taliban.
Susunan kabinet yang dirilis pada 7 September tidak memasukkan siapa pun dari luar Taliban, dengan sekitar 90% tempat dipegang etnis Pashtun dari kelompok Taliban.
Anggota keluarga Haqqani menerima empat posisi, dengan Sirajuddin Haqqani, pemimpin Jaringan Haqqani yang ada dalam daftar paling diburu FBI untuk terorisme, menjadi penjabat menteri dalam negeri.
Baradar ditunjuk sebagai salah satu dari dua wakil perdana menteri Imarah Islam Afghanistan.
Perlu diketahui, kelompok Taliban dan Haqqani bergabung sekitar tahun 2016.
Orang-orang mengatakan kepala badan intelijen Pakistan, yang berada di Kabul selama diskusi, lebih mendukung Haqqani dibandingkan Baradar.
Baradar menghabiskan sekitar delapan tahun di penjara Pakistan sebelum pemerintahan Donald Trump memfasilitasi pembebasannya untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai.
Mullah Mohammad Hassan yang kurang dikenal publik justru dipilih sebagai perdana menteri (PM), bukannya Baradar.
“Hassan memiliki hubungan yang lebih baik dengan Islamabad dan bukan merupakan ancaman bagi faksi Haqqani,” ungkap sejumlah sumber.
Kantor media militer Pakistan tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait fakta terbaru dari pertikaian di istana tersebut.
Selama sepekan terakhir, anggota Taliban menolak laporan tentang bentrokan di istana.
Baradar muncul di televisi yang dikelola pemerintah pada Kamis untuk menyangkal desas-desus bahwa dia telah terluka atau bahkan terbunuh.
Yang pasti, Baradar tidak hadir pada 12 September untuk menyambut Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
Baradar juga melewatkan rapat kabinet pertama Taliban pekan ini.
“Alhamdulillah, saya aman dan sehat. Pernyataan lain yang dibuat oleh media bahwa kami memiliki perselisihan internal juga sama sekali tidak benar,” ujar Baradar.
Dia menepis spekulasi atas ketidakhadirannya selama kunjungan delegasi Qatar, di mana anggota kabinet lainnya termasuk beberapa tokoh Haqqani hadir.
Qatar telah menjadi tuan rumah Baradar selama beberapa tahun dan memfasilitasi negosiasi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo di era Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika.
“Saya tidak mengetahui kunjungan menteri luar negeri Qatar. Saya bepergian selama kunjungan menteri luar negeri Qatar ke Kabul, dan saya tidak dapat mempersingkat perjalanan saya dan kembali ke Kabul,” tutur Baradar.
Dihubungi melalui telepon, juru bicara Taliban Bilal Karimi mengatakan, “Baradar tidak absen dan kami berharap dia akan segera kembali.”
“Tidak ada perbedaan di antara para pemimpin Imarah Islam. Mereka tidak bertengkar karena jabatan atau posisi pemerintah,” ujar Karimi.
Perpecahan di dalam Taliban adalah tanda yang mengkhawatirkan bagi negara-negara barat yang telah mendesak kelompok itu menerapkan kebijakan yang lebih moderat, termasuk menghormati hak-hak perempuan.
China dan Pakistan menekan AS untuk mencairkan dana cadangan Afghanistan karena negara itu menghadapi inflasi yang melonjak dan ancaman krisis ekonomi.
Hubungan antara faksi Haqqani dan Taliban telah lama tidak nyaman. Namun, Anas Haqqani, pemimpin kunci Haqqani juga menggunakan Twitter untuk menyangkal adanya keretakan dalam pemerintahan baru.
(sya)