Rusia Klaim India Berniat Boyong Sistem Pertahanan S-500
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengatakan kepala pertahanan India menyukai sistem pertahanan rudal canggih S-500 . Sistem pertahanan rudal S-500 adalah sistem pertahanan anti senjata ruang angkasa dengan kemampuan dapat menghancurkan rudal yang masuk dari orbit low space.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Yuri Borisov mengatakan, New Delhi "berpotensi" menjadi ibu kota asing pertama yang memesan S-500. Namun, ia menegaskan, melengkapi pasukan Rusia sendiri dengan teknologi terbaru harus diselesaikan sebelum dipertimbangkan untuk dijual ke luar negeri.
“Ketika kami memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata kami sendiri, kami dapat mengeluarkan paspor ekspor,” katanya.
“Setelah itu, panglima tertinggi (Presiden Rusia Vladimir Putin) dapat memutuskan apakah akan memberikan pengiriman ke India, jika mereka mengajukannya,” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (17/9/2021).
Borisov mengatakan bahwa hubungan persahabatan dengan New Delhi dan kurangnya konflik regional bersama membuat mereka menjadi pelanggan berisiko rendah untuk perangkat keras canggih.
“Dalam beberapa kasus, kami senang menjual ke India apa yang tidak kami jual ke negara lain,” ujarnya.
S-500 adalah sistem roket mutakhir yang mampu menghancurkan jet tempur yang terbang dengan kecepatan tercepat, serta dilaporkan mampu mengenai bahkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi. Panglima Angkatan Udara Rusia Sergei Surovikin telah mengklaim bahwa senjata itu mewakili generasi pertama dari senjata anti-ruang angkasa, dan tidak ada sistem lain yang ada saat ini.
Namun, AS telah berusaha untuk memblokir penjualan internasional pendahulunya, sistem roket S-400, bahkan menjatuhkan sanksi pada anggota NATO Turki karena melakukan pemesanan. Pentagon telah memperingatkan bahwa, bahkan di tangan yang bersahabat, senjata anti-pesawat itu merupakan ancaman bagi salah satu pesawat tempur paling canggihnya F-35.
Jenderal Todd Wolters dari Komando Eropa AS mengatakan bahwa peluncur itu akan berusaha untuk mengeksploitasi kemampuan F-35, terlepas dari sisi medan perang mana ia berada.
“Anda tidak dapat mengoperasikan F-35 di sekitar S-400,” ujarnya.
Terlepas dari ancaman sanksi, lebih dari selusin negara telah memesan S-400, termasuk negara yang sering membeli secara istimewa dari pemasok industri militer AS, termasuk Arab Saudi dan Qatar.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Yuri Borisov mengatakan, New Delhi "berpotensi" menjadi ibu kota asing pertama yang memesan S-500. Namun, ia menegaskan, melengkapi pasukan Rusia sendiri dengan teknologi terbaru harus diselesaikan sebelum dipertimbangkan untuk dijual ke luar negeri.
“Ketika kami memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata kami sendiri, kami dapat mengeluarkan paspor ekspor,” katanya.
“Setelah itu, panglima tertinggi (Presiden Rusia Vladimir Putin) dapat memutuskan apakah akan memberikan pengiriman ke India, jika mereka mengajukannya,” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (17/9/2021).
Borisov mengatakan bahwa hubungan persahabatan dengan New Delhi dan kurangnya konflik regional bersama membuat mereka menjadi pelanggan berisiko rendah untuk perangkat keras canggih.
“Dalam beberapa kasus, kami senang menjual ke India apa yang tidak kami jual ke negara lain,” ujarnya.
S-500 adalah sistem roket mutakhir yang mampu menghancurkan jet tempur yang terbang dengan kecepatan tercepat, serta dilaporkan mampu mengenai bahkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi. Panglima Angkatan Udara Rusia Sergei Surovikin telah mengklaim bahwa senjata itu mewakili generasi pertama dari senjata anti-ruang angkasa, dan tidak ada sistem lain yang ada saat ini.
Namun, AS telah berusaha untuk memblokir penjualan internasional pendahulunya, sistem roket S-400, bahkan menjatuhkan sanksi pada anggota NATO Turki karena melakukan pemesanan. Pentagon telah memperingatkan bahwa, bahkan di tangan yang bersahabat, senjata anti-pesawat itu merupakan ancaman bagi salah satu pesawat tempur paling canggihnya F-35.
Jenderal Todd Wolters dari Komando Eropa AS mengatakan bahwa peluncur itu akan berusaha untuk mengeksploitasi kemampuan F-35, terlepas dari sisi medan perang mana ia berada.
“Anda tidak dapat mengoperasikan F-35 di sekitar S-400,” ujarnya.
Terlepas dari ancaman sanksi, lebih dari selusin negara telah memesan S-400, termasuk negara yang sering membeli secara istimewa dari pemasok industri militer AS, termasuk Arab Saudi dan Qatar.
(ian)