Intelijen Inggris Tak Menduga Kabul Direbut Taliban Tahun Ini
loading...
A
A
A
LONDON - Penilaian intelijen Inggris menyatakan kecil kemungkinan Kabul akan jatuh ke Taliban tahun ini. Namun perkiraan itu meleset jauh.
Pengakuan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Dominic Raab saat dia membela penarikan Inggris dari Afghanistan setelah Taliban merebut negara itu jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Inggris, seperti Amerika Serikat (AS), gagal memprediksi seberapa cepat pemerintah Afghanistan akan jatuh.
Karena itulah Inggris tidak membuat persiapan yang cukup untuk kekacauan yang akan terjadi ketika Taliban merebut ibu kota pada 15 Agustus.
Dalam sidang darurat komite urusan luar negeri parlemen untuk membahas krisis di Afghanistan, Raab mengatakan dinas intelijen Inggris telah menilai Taliban hanya akan mengkonsolidasikan kendalinya atas Afghanistan dalam beberapa bulan setelah negara-negara barat mengevakuasi pasukan mereka.
“Proposisi utamanya adalah, mengingat penarikan pasukan pada akhir Agustus, Anda akan melihat kemunduran yang stabil sejak saat itu, dan kecil kemungkinan Kabul akan jatuh tahun ini,” papar Raab kepada komite anggota parlemen.
“Itu tidak berarti kami tidak melakukan perencanaan kontinjensi atau game-out atau menguji proposisi lainnya. Dan untuk memperjelas, itu adalah sesuatu yang dibagikan secara luas, pandangan itu, di antara sekutu NATO,” ungkap dia.
Dia menambahkan, “Meskipun niat Taliban untuk merebut kendali sudah jelas, Barat salah menilai kapasitasnya untuk melakukannya secepat itu. Jelas ada pelajaran yang bisa dipetik dari apa yang terjadi.”
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson telah menghadapi seruan untuk memecat Raab setelah Raab pergi berlibur di Kreta ketika Taliban maju ke Kabul.
Apalagi muncul klaim ribuan email dari orang-orang yang mencari bantuan untuk meninggalkan Afghanistan belum dibaca.
Membela penanganannya atas krisis, Raab mengatakan dia telah mengadakan lebih dari 40 pertemuan atau panggilan di mana Afghanistan menjadi agenda antara Maret dan akhir Agustus.
Dia berulang kali menolak mengatakan tanggal berapa dia pergi berlibur, dan mengatakan dia tidak mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.
Raab mengatakan dia akan melakukan perjalanan ke wilayah itu, termasuk mengunjungi Pakistan untuk pertama kalinya sebagai menteri luar negeri, untuk membahas krisis tersebut.
“Ini adalah hari-hari awal untuk terlibat dengan Taliban. Mereka perlu menunjukkan mereka dapat lulus ujian seperti menyediakan lingkungan yang aman bagi pekerja bantuan jika mereka ingin menerima bantuan internasional,” ujar Raab.
Pengakuan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Dominic Raab saat dia membela penarikan Inggris dari Afghanistan setelah Taliban merebut negara itu jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Inggris, seperti Amerika Serikat (AS), gagal memprediksi seberapa cepat pemerintah Afghanistan akan jatuh.
Karena itulah Inggris tidak membuat persiapan yang cukup untuk kekacauan yang akan terjadi ketika Taliban merebut ibu kota pada 15 Agustus.
Dalam sidang darurat komite urusan luar negeri parlemen untuk membahas krisis di Afghanistan, Raab mengatakan dinas intelijen Inggris telah menilai Taliban hanya akan mengkonsolidasikan kendalinya atas Afghanistan dalam beberapa bulan setelah negara-negara barat mengevakuasi pasukan mereka.
“Proposisi utamanya adalah, mengingat penarikan pasukan pada akhir Agustus, Anda akan melihat kemunduran yang stabil sejak saat itu, dan kecil kemungkinan Kabul akan jatuh tahun ini,” papar Raab kepada komite anggota parlemen.
“Itu tidak berarti kami tidak melakukan perencanaan kontinjensi atau game-out atau menguji proposisi lainnya. Dan untuk memperjelas, itu adalah sesuatu yang dibagikan secara luas, pandangan itu, di antara sekutu NATO,” ungkap dia.
Dia menambahkan, “Meskipun niat Taliban untuk merebut kendali sudah jelas, Barat salah menilai kapasitasnya untuk melakukannya secepat itu. Jelas ada pelajaran yang bisa dipetik dari apa yang terjadi.”
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson telah menghadapi seruan untuk memecat Raab setelah Raab pergi berlibur di Kreta ketika Taliban maju ke Kabul.
Apalagi muncul klaim ribuan email dari orang-orang yang mencari bantuan untuk meninggalkan Afghanistan belum dibaca.
Membela penanganannya atas krisis, Raab mengatakan dia telah mengadakan lebih dari 40 pertemuan atau panggilan di mana Afghanistan menjadi agenda antara Maret dan akhir Agustus.
Dia berulang kali menolak mengatakan tanggal berapa dia pergi berlibur, dan mengatakan dia tidak mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.
Raab mengatakan dia akan melakukan perjalanan ke wilayah itu, termasuk mengunjungi Pakistan untuk pertama kalinya sebagai menteri luar negeri, untuk membahas krisis tersebut.
“Ini adalah hari-hari awal untuk terlibat dengan Taliban. Mereka perlu menunjukkan mereka dapat lulus ujian seperti menyediakan lingkungan yang aman bagi pekerja bantuan jika mereka ingin menerima bantuan internasional,” ujar Raab.
(sya)