Rusia dan China Kerja Sama Militer, AS Hadapi 2 Kekuatan Nuklir untuk Pertama Kalinya
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kerja sama militer yang erat antara Rusia dan China telah menimbulkan keprihatinan besar bagi Amerika Serikat (AS). Sebab, Washington harus menghadapi dua lawan sebaya bersenjata nuklir untuk pertama kalinya.
Keprihatinan itu disampaikan komandan Komando Strategis (STRATCOM) AS, Laksamana Charles Richard, dalam diskusi forum online dengan Hudson Institute.
Menurut Richard, AS belum pernah menghadapi dua lawan sebaya yang bersenjata nuklir dan sistem teknologinya tinggi. Dia mencatat bahwa kemajuan pesat China dalam teknologi nuklir, luar angkasa, dan dunia maya berarti bahwa Washington harus memikirkan dengan hati-hati tentang langkah selanjutnya.
Secara khusus, Richard menyatakan bahwa China, tidak seperti AS dan Rusia, tidak dibatasi oleh perjanjian mengenai kekuatan nuklirnya.
"Rusia masih tetap menjadi ancaman dalam waktu dekat," kata Richard, yang dilansir Russia Today, Jumat (27/8/2021).
Dia menunjukkan bahwa Beijing akan segera menyusul Moskow sebagai musuh Washington yang paling cakap.
Menurutnya, baik Rusia maupun China dapat melakukan ke level kekerasan apa pun dalam suatu krisis, termasuk menggunakan senjata nuklir dengan kemampuan destruktif unik mereka.
Richard juga berbicara tentang kerja sama antara kedua negara, yang baru-baru ini bekerja sama secara erat untuk peningkatan bersama kedua militer.
Awal bulan ini, personel militer Rusia melakukan perjalanan untuk berlatih dengan rekan-rekan China mereka dan melakukan latihan militer bersama di tempat pelatihan Qingtongxia, yang melibatkan lebih dari 10.000 tentara. Menurut Menteri Pertahanan China Wei Fenghe, latihan tersebut "sukses penuh" dan menunjukkan kerja sama "tingkat tinggi".
"Latihan ini sangat penting," kata Wei. “Ini adalah latihan bersama pertama yang diselenggarakan di China sejak pecahnya epidemi. Dan ini adalah manuver operasional dan strategis China pertama dengan partisipasi pasukan Rusia.”
Keprihatinan itu disampaikan komandan Komando Strategis (STRATCOM) AS, Laksamana Charles Richard, dalam diskusi forum online dengan Hudson Institute.
Menurut Richard, AS belum pernah menghadapi dua lawan sebaya yang bersenjata nuklir dan sistem teknologinya tinggi. Dia mencatat bahwa kemajuan pesat China dalam teknologi nuklir, luar angkasa, dan dunia maya berarti bahwa Washington harus memikirkan dengan hati-hati tentang langkah selanjutnya.
Secara khusus, Richard menyatakan bahwa China, tidak seperti AS dan Rusia, tidak dibatasi oleh perjanjian mengenai kekuatan nuklirnya.
"Rusia masih tetap menjadi ancaman dalam waktu dekat," kata Richard, yang dilansir Russia Today, Jumat (27/8/2021).
Dia menunjukkan bahwa Beijing akan segera menyusul Moskow sebagai musuh Washington yang paling cakap.
Menurutnya, baik Rusia maupun China dapat melakukan ke level kekerasan apa pun dalam suatu krisis, termasuk menggunakan senjata nuklir dengan kemampuan destruktif unik mereka.
Richard juga berbicara tentang kerja sama antara kedua negara, yang baru-baru ini bekerja sama secara erat untuk peningkatan bersama kedua militer.
Awal bulan ini, personel militer Rusia melakukan perjalanan untuk berlatih dengan rekan-rekan China mereka dan melakukan latihan militer bersama di tempat pelatihan Qingtongxia, yang melibatkan lebih dari 10.000 tentara. Menurut Menteri Pertahanan China Wei Fenghe, latihan tersebut "sukses penuh" dan menunjukkan kerja sama "tingkat tinggi".
"Latihan ini sangat penting," kata Wei. “Ini adalah latihan bersama pertama yang diselenggarakan di China sejak pecahnya epidemi. Dan ini adalah manuver operasional dan strategis China pertama dengan partisipasi pasukan Rusia.”
(min)