Membongkar Cara Warga Afghanistan Atasi Trauma Konflik
loading...
A
A
A
KABUL - Masyarakat Afghanistan harus melewati masa-masa sulit di negaranya sendiri, karena merebaknya konflik terutama dengan Taliban. Sebuah studi yang dilakukan BMC Psychiatry dan dipublikasikan dalam artikel pada Juni 2021 menyebut, jika 64,67 % dari total warga Afghanistan paling tidak sudah pernah merasakan 1 kali kejadian traumatik di hidup mereka.
Sementara itu, 60,77 % warga pernah merasakan tindak kekerasan, terutama yang berhubungan dengan perang. Kemudian, 48,96 % warga dilaporkan sering merasakan trauma akibat banyaknya kekerasan yang diderita atau disaksikan.
Banyak cara dilakukan masyarakat Afghanistan dalam mengatasi trauma akan kejadian-kejadian pahit yang mereka alami. Monash University Australia mengadakan sebuah penelitian yang berjudul ‘Understanding the Mental Health and Wellbeing of Afghan Women in South East Melbourne’ pada 2010. Para peneliti melakukan wawancara dengan warga Afghanistan.
Untuk kaum perempuan, cara mengatasi trauma adalah dengan bercerita dengan suaminya. Lalu, berbagi cerita juga dengan keluarga dekat dan orangtuanya. Dalam keseharian masyarakat Afghanistan, perempuan biasanya tidak bisa menyembunyikan masalah yang dimilikinya. Jadi, bisa dengan mudah bercerita kepada orang-orang terdekatnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh kaum pria. Mereka biasa menceritakan beban dan trauma yang dimilikinya kepada ibu, istri atau kerabat dekat lainnya yang bisa dipercaya. Jika trauma tidak bisa diatasi dengan cara bercerita kepada keluarga dekat, warga Afghanistan umumnya memilih pergi ke praktisi kesehatan mental, konselor atau menjalankan terapi medis.
Fakta membuktikan, banyak pula masyarakat Afghanistan yang membunuh trauma dengan membaca kitab suci Alquran atau beribadah. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kedua cara tersebut banyak dilakukan masyarakat guna mengatasi trauma mental yang ada.
Saat Taliban kembali menduduki Kabul pada 15 Agustus 2021, trauma warga kembali memuncak. Akibatnya, banyak warga yang berupaya pergi dari negara tersebut melalui bandara Kabul. Dikutip dari beragam sumber, masyarakat meminta untuk diungsikan ke negara yang dianggap lebih aman. Melansir the Guardian, sudah ada sekitar 12 ribu warga yang dievakuasi melalui bandara Kabul per hari minggu lalu.
Kurang lebih, ada 7 ribu orang yang diterbangkan ke AS dengan pesawat militer, 1.200 orang diungsikan ke Inggris, 1.200 orang dibawa ke Jerman, 550 orang diungsikan ke Turki, 500 orang ke Prancis dan 500 orang lainnya diungsikan ke Italia. Sisanya dibawa ke negara lain, seperti Australia, Kanada, Denmark dan Republik Ceko. Baca Juga: Taliban Minta Amerika Berhenti Menyuruh Warga Pergi dari Afhanistan
Baca pembahasan seputar Afghanisan selengkapnya di Okezone.com melalui link berikut https://www.okezone.com/tag/afghanistan
Sementara itu, 60,77 % warga pernah merasakan tindak kekerasan, terutama yang berhubungan dengan perang. Kemudian, 48,96 % warga dilaporkan sering merasakan trauma akibat banyaknya kekerasan yang diderita atau disaksikan.
Banyak cara dilakukan masyarakat Afghanistan dalam mengatasi trauma akan kejadian-kejadian pahit yang mereka alami. Monash University Australia mengadakan sebuah penelitian yang berjudul ‘Understanding the Mental Health and Wellbeing of Afghan Women in South East Melbourne’ pada 2010. Para peneliti melakukan wawancara dengan warga Afghanistan.
Untuk kaum perempuan, cara mengatasi trauma adalah dengan bercerita dengan suaminya. Lalu, berbagi cerita juga dengan keluarga dekat dan orangtuanya. Dalam keseharian masyarakat Afghanistan, perempuan biasanya tidak bisa menyembunyikan masalah yang dimilikinya. Jadi, bisa dengan mudah bercerita kepada orang-orang terdekatnya.
Baca Juga
Hal serupa juga dilakukan oleh kaum pria. Mereka biasa menceritakan beban dan trauma yang dimilikinya kepada ibu, istri atau kerabat dekat lainnya yang bisa dipercaya. Jika trauma tidak bisa diatasi dengan cara bercerita kepada keluarga dekat, warga Afghanistan umumnya memilih pergi ke praktisi kesehatan mental, konselor atau menjalankan terapi medis.
Fakta membuktikan, banyak pula masyarakat Afghanistan yang membunuh trauma dengan membaca kitab suci Alquran atau beribadah. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kedua cara tersebut banyak dilakukan masyarakat guna mengatasi trauma mental yang ada.
Saat Taliban kembali menduduki Kabul pada 15 Agustus 2021, trauma warga kembali memuncak. Akibatnya, banyak warga yang berupaya pergi dari negara tersebut melalui bandara Kabul. Dikutip dari beragam sumber, masyarakat meminta untuk diungsikan ke negara yang dianggap lebih aman. Melansir the Guardian, sudah ada sekitar 12 ribu warga yang dievakuasi melalui bandara Kabul per hari minggu lalu.
Kurang lebih, ada 7 ribu orang yang diterbangkan ke AS dengan pesawat militer, 1.200 orang diungsikan ke Inggris, 1.200 orang dibawa ke Jerman, 550 orang diungsikan ke Turki, 500 orang ke Prancis dan 500 orang lainnya diungsikan ke Italia. Sisanya dibawa ke negara lain, seperti Australia, Kanada, Denmark dan Republik Ceko. Baca Juga: Taliban Minta Amerika Berhenti Menyuruh Warga Pergi dari Afhanistan
Baca pembahasan seputar Afghanisan selengkapnya di Okezone.com melalui link berikut https://www.okezone.com/tag/afghanistan
(ian)