Pakar: Afghanistan Jatuh, Teroris Memandang AS dan Israel Lemah

Senin, 23 Agustus 2021 - 15:57 WIB
loading...
Pakar: Afghanistan Jatuh, Teroris Memandang AS dan Israel Lemah
Para milisi Taliban yang kini mengusai Afghanistan setelah tentara AS dan sekutu NATO-nya hengkang. Foto/Fox News
A A A
WASHINGTON - Para pakar kontraterorisme memperingatkan bahwa jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban akan memberi keberanian para teroris yang menargetkan Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Apa yang terjadi di Afghanistan, lanjut para pakar, akan membuat para teroris memandang AS dan sekutu utamanya, Israel, lemah.



Pengumpulan kekuatan yang cepat oleh Taliban di Afghanistan— sebagai akibat dari penarikan pasukan NATO yang dipimpin AS yang gagal—memicu kekhawatiran para ahli atas kemungkinan proliferasi terorisme di kawasan yang akan menimbulkan ancaman langsung bagi Amerika dan Israel.

Amerika Serikat menginvasi Afghanistan 20 tahun lalu setelah serangan 9/11 untuk membasmi al-Qaeda, kelompok teroris yang dinaungi oleh kelompok militan Islam, Taliban, di seluruh negeri Afghanistan.

Taliban, yang memainkan permainan panjang selama 20 tahun terakhir, kini telah menguasai Afghanistan karena penarikan pasukan Barat, meningkatkan kekhawatiran masyarakat internasional bahwa negara itu bisa menjadi tempat yang aman bagi kelompok teroris radikal lainnya, termasuk ISIS, mendorong kebangkitan kembali al-Qaeda di kawasan itu dan memberanikan aktor-aktor lain, seperti Hizbullah dan Hamas.

Pakar kebijakan luar negeri memperingatkan bahwa risiko terorisme terhadap Israel dan AS akan meningkat karena Taliban di Afghanistan sekarang kemungkinan akan mendorong kelompok teroris yang akan merencanakan serangan terhadap negara-negara Barat dan sekutu mereka, seperti yang telah dilakukan secara historis.

Mantan Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Asia Timur Heino Klinck mengatakan kepada Fox News dalam sebuah wawancara bahwa penarikan "memalukan" tentara Amerika Serikat akan menginspirasi kelompok teroris dan musuh yang sekarang memandang AS dan Israel sebagai pihak yang lemah.

“Ketika kekuatan, kredibilitas, dan keandalan Amerika dianggap berkurang atau melemah, ancaman terhadap semua teman, sekutu, dan mitra kita meningkat. Dan itu tentu saja terjadi sehubungan dengan Israel juga karena apa yang tampaknya merupakan kekalahan Israel," katanya, yang dilansir Senin (23/8/2021).

"Amerika Serikat di Afghanistan dan salah satu yang digambarkan secara internasional sebagai—pada dasarnya—penarikan yang benar-benar memalukan, hanya akan berfungsi untuk memberanikan serta menginspirasi musuh-musuh Israel yang juga musuh AS. Organisasi teroris seperti Hamas dan Hizbullah," katanya.

"Karena pengambilalihan cepat Afghanistan oleh Taliban, kemungkinan akan ada peningkatan aktivitas teroris yang berfokus pada Israel oleh para jihadis yang berani dalam jangka panjang. Sekutu kami tidak begitu yakin bahwa 'Amerika telah kembali'," kata Klinck kepada Fox News, merujuk pada slogan yang sebelumnya digembar-gemborkan Presiden Biden kepada kepada mitra internasional.

Klinck juga mengatakan bahwa dia mengantisipasi bahwa tanpa kehadiran AS di kawasan itu, kemungkinan Taliban akan kembali ke "cara lama", termasuk mempertahankan hubungan dengan al-Qaeda dan bahkan membina ISIS, meskipun permusuhan bersejarah antara kedua kelompok itu.



Mantan Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Eropa dan NATO Michael C. Ryan mengatakan bahwa keputusan Amerika Serikat yang "tidak tepat" untuk menarik diri dari Afghanistan tidak mempertimbangkan dengan hati-hati konsekuensi geo-strategis, dan malah membuat hidup lebih sulit bagi AS dan sekutunya.

"Pemenang terbesar dalam semua ini adalah teroris yang berkembang relatif tidak teramati di ruang tak terkendali yang terus membesar," kata Ryan dalam sebuah pernyataan kepada Fox News.

"Pertama, kesediaan mereka untuk bermain lama dibalas dengan kemenangan, yang akan mendorong perekrutan, mengisi pundi-pundi mereka, dan meningkatkan postur mereka," ujarnya.

"Kedua, di negara berkembang, kolaborasi antara teroris, pedagang gelap, dan pejabat korup akan terlihat banyak menjadi formula yang lebih sukses daripada demokrasi Barat yang didanai dengan baik ala Afghanistan yang mendorong para peniru sambil menghancurkan harapan ribuan orang," paparnya.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dijadwalkan bertemu dengan Biden di Gedung Putih minggu depan, di tengah meningkatnya krisis di Afghanistan.

Israel belum secara terbuka mengkritik penarikan pasukan AS oleh Biden, tetapi memiliki kekhawatiran yang sah mengenai Taliban yang bekerja dengan kelompok-kelompok teroris di dalam dan di sekitar negara itu, termasuk Hamas dan Hizbullah.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Lloyd Austin pada 6 Agustus tentang peningkatan agresi Iran dan kelompok yang didukung negara itu, Hizbullah.

Gantz mengatakan kepada Austin bahwa Israel akan terus beroperasi melawan Hizbullah dan proksi Iran lainnya untuk membela warga Israel.

Boris Zilberman, direktur kebijakan dan strategi publik Christian United for Israel (CUFI), mengatakan kepada Fox News dalam sebuah wawancara bahwa jatuhnya Afghanistan akan secara langsung meningkatkan ancaman terhadap Israel, terutama karena itu bisa menjadi tempat yang aman bagi kamp pelatihan jihad.

Dia menjelaskan bahwa para pemimpin Hamas telah bertemu dengan Taliban baru-baru ini, memicu pertanyaan apakah akan ada kamp-kamp Hamas di Afghanistan dan apakah mereka dapat mengisi kembali para milisi, dan pasukan keamanan organisasi di Kabul juga memiliki hubungan dekat dengan al-Qaeda.

"Selain itu, [Afghanistan] telah menyembunyikan para pemimpin al-Qaeda dan Taliban di masa lalu, yang telah pragmatis merusak AS," katanya.

Zilberman juga mengatakan bahwa pertemuan Biden yang akan datang dengan Bennett akan menjadi kesempatan penting bagi para pemimpin untuk menyusun strategi tentang bagaimana menghadapi ancaman yang muncul ini."Karena apa yang terjadi di Afghanistan tidak tetap di Afghanistan," ujarnya.

Pentagon pada hari Jumat mengonfirmasi bahwa al-Qaeda masih memiliki "kehadiran" di Afghanistan, meskipun ada klaim kontradiktif yang dibuat oleh Presiden Biden selama pidato sebelumnya.

"Kami tahu bahwa al-Qaeda serta ISIS memiliki kehadiran di Afghanistan," kata juru bicara Pentagon John Kirby saat konferensi pers.

"Dan kami sudah membicarakannya cukup lama. Kami tidak percaya itu terlalu tinggi, tapi kami tidak memiliki angka pasti untuk Anda, karena saya pikir Anda mungkin mengerti."

Pernyataan Pentagon itu muncul hanya beberapa saat setelah Biden mengatakan kepada wartawan bahwa al-Qaeda "pergi" dari Afghanistan, sehingga memicu kebingungan.

Departemen Luar Negeri AS baru-baru ini membela komitmennya kepada Israel ketika ditanya dalam konferensi pers minggu ini apakah AS khawatir bahwa musuh dapat menggunakan penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan untuk menjadi lebih agresif.

"Anda telah melihat kami berdiri di samping mitra kami, apakah itu Taiwan, apakah itu Israel, apakah itu negara lain, entitas lain yang dengannya kami memiliki kemitraan dan komitmen yang kuat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1636 seconds (0.1#10.140)