Taliban dan Gagalnya Amerika Serikat Membangun Negara Boneka di Afghanistan

Selasa, 17 Agustus 2021 - 07:23 WIB
loading...
A A A
Ghani jelas tidak memperhatikan. Daftar diktator dan pemimpin yang telah dilantik Barat selama bertahun-tahun sangat panjang, begitu pula daftar mereka yang telah dikhianati teman-teman mereka yang berubah-ubah di Washington dan Eropa.

Presiden Saddam Hussein (Irak, 1979-2003), Kolonel Muammar Gaddafi (Libya, 1969-2011) dan Zine El Abidine Ben Ali (Tunisia, 1987-2011) adalah tiga nama yang muncul di benak. “Semua orang itu pada satu waktu didukung oleh Barat. Mereka akan mengkonfirmasi apa yang saya katakan jika mereka hidup untuk menceritakan kisah itu,” papar Ridley.

Ghani akan bijaksana membuat kesepakatan dengan Taliban dalam beberapa hari ke depan sebelum terlambat. Dia tidak bisa lagi mengandalkan pasukan keamanan Afghanistannya sendiri yang dia harapkan untuk melawan tanpa bayaran, seperti tingkat korupsi di pemerintahannya.

AS menyisihkan miliaran dolar untuk menopang militer Afghanistan tetapi uang itu tidak pernah sampai ke tentara di lapangan. Tidak heran, kemudian, bahwa pasukan Afghanistan telah kehilangan momentum selama melawan Taliban, dengan beberap tentaraa melarikan diri untuk nyawa mereka dan yang lainnya bergabung dengan Taliban.

“Berjuang untuk negara Anda adalah satu hal, tetapi mempertaruhkan hidup Anda untuk membuat orang-orang yang mengantongi gaji Anda dengan susah payah tetap berkuasa adalah hal lain,” ujar Ridley.

Afghanistan adalah contoh klasik dari apa yang terjadi ketika intervensi Barat salah. Namun demikian, alih-alih duduk diam dan setuju, sudah saatnya pemain asing lainnya masuk demi rakyat Afghanistan. Qatar telah memainkan peran penting dan positif.

Pada Februari tahun lalu, AS dan Taliban berada di ibu kota Doha ketika mereka menandatangani Perjanjian untuk Membawa Perdamaian ke Afghanistan.

Kekuatan regional Muslim lainnya yang sama-sama dipercaya adalah Turki, yang telah mencegah pembantaian warga sipil di Libya dan Suriah yang dilanda perang.

Turki mengambil alih keamanan di Bandara Internasional Kabul setelah penarikan pasukan AS. Pengamat mengatakan bahwa ini adalah kunci untuk menjaga stabilitas.

Yang penting bagi Taliban, bantuan positif dari negara-negara Muslim menuju solusi politik untuk mengakhiri perang akan disambut baik. Istanbul mungkin menjadi tuan rumah konferensi perdamaian Afghanistan dalam beberapa bulan mendatang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1351 seconds (0.1#10.140)