Taliban Rebut Ibu Kota Provinsi ke-10 Afghanistan, Kini Incar Kabul

Jum'at, 13 Agustus 2021 - 00:01 WIB
loading...
Taliban Rebut Ibu Kota Provinsi ke-10 Afghanistan, Kini Incar Kabul
Pejuang Taliban berjaga di persimpangan jalan utama di kota Ghazni, Afghanistan, 12 Agustus 2021. Foto/REUTERS
A A A
KABUL - Taliban telah merebut kota penting Ghazni yang sangat strategis di Afghanistan . Ghazni jadi ibukota provinsi ke-10 yang direbut gerilyawan dalam waktu kurang dari sepekan.

Pasukan keamanan Afghanistan menahan gubernur Ghazni dan wakil gubernur setelah mereka melarikan diri meninggalkan kota penting tersebut.

Ghazni berada di jalan raya utama Kabul-Kandahar, menghubungkan kubu militan di selatan dengan ibu kota Afghanistan, Kabul.



Menguasai Ghazni dianggap meningkatkan kemungkinan Taliban pada akhirnya dapat kembali menguasai Kabul.



Jelas bahwa Kabul menjadi target terbesar Taliban setelah kelompok itu digulingkan dari pemerintahan oleh pasukan koalisi Amerika Serikat (AS) 20 tahun silam.



Hampir sepertiga dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan sekarang berada di bawah kendali Taliban.

Para pemberontak telah bergerak dengan cepat, merebut wilayah baru hampir setiap hari, ketika AS dan pasukan asing lainnya mundur setelah 20 tahun operasi militer.

Di Ghazni, seorang anggota dewan provinsi mengatakan kepada BBC bahwa Taliban telah menguasai sebagian besar kota, dengan hanya satu pangkalan polisi di pinggiran yang dikendalikan pasukan keamanan Afghanistan.

Pertempuran hebat juga dilaporkan terjadi di kota Kandahar pada Rabu (11/8). Taliban mengklaim telah mengambil alih penjara kota, meskipun hal ini belum dikonfirmasi.

Di kota selatan Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand, Taliban telah mengambil alih markas polisi.

Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Kabul mengatakan pihaknya mendengar laporan Taliban mengeksekusi pasukan Afghanistan yang menyerah, dengan mengatakan itu "sangat mengganggu dan bisa merupakan kejahatan perang."

Lebih dari 1.000 warga sipil telah tewas di Afghanistan dalam sebulan terakhir, menurut PBB.

Baru pekan ini ribuan orang dari provinsi utara menjadi pengungsi dalam negeri. Mereka melakukan perjalanan ke Kabul untuk mencari keselamatan.

Kamp darurat telah didirikan di semak belukar di pinggiran ibu kota, sementara banyak pengungsi lainnya dilaporkan tidur di jalanan atau di gudang yang ditinggalkan.

"Kami tidak punya uang untuk membeli roti, atau membeli obat untuk anak saya," ujar seorang pedagang kaki lima berusia 35 tahun yang melarikan diri dari provinsi Kunduz setelah Taliban membakar rumahnya.

Menanggapi pemberontakan, pemerintah Jerman telah mengancam akan mengakhiri dukungan keuangan tahunan sebesar USD500 juta ke Afghanistan jika Taliban mendapatkan kendali penuh atas negara itu.

Jerman juga telah menangguhkan pemulangan paksa warga Afghanistan yang permohonan suakanya gagal. Pemerintah Prancis mengatakan pihaknya juga mengikuti kebijakan yang sama.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1689 seconds (0.1#10.140)