Taliban Rebut Ibu Kota Provinsi ke-10 Afghanistan, Kini Incar Kabul
loading...
A
A
A
Di Ghazni, seorang anggota dewan provinsi mengatakan kepada BBC bahwa Taliban telah menguasai sebagian besar kota, dengan hanya satu pangkalan polisi di pinggiran yang dikendalikan pasukan keamanan Afghanistan.
Pertempuran hebat juga dilaporkan terjadi di kota Kandahar pada Rabu (11/8). Taliban mengklaim telah mengambil alih penjara kota, meskipun hal ini belum dikonfirmasi.
Di kota selatan Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand, Taliban telah mengambil alih markas polisi.
Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Kabul mengatakan pihaknya mendengar laporan Taliban mengeksekusi pasukan Afghanistan yang menyerah, dengan mengatakan itu "sangat mengganggu dan bisa merupakan kejahatan perang."
Lebih dari 1.000 warga sipil telah tewas di Afghanistan dalam sebulan terakhir, menurut PBB.
Baru pekan ini ribuan orang dari provinsi utara menjadi pengungsi dalam negeri. Mereka melakukan perjalanan ke Kabul untuk mencari keselamatan.
Kamp darurat telah didirikan di semak belukar di pinggiran ibu kota, sementara banyak pengungsi lainnya dilaporkan tidur di jalanan atau di gudang yang ditinggalkan.
"Kami tidak punya uang untuk membeli roti, atau membeli obat untuk anak saya," ujar seorang pedagang kaki lima berusia 35 tahun yang melarikan diri dari provinsi Kunduz setelah Taliban membakar rumahnya.
Menanggapi pemberontakan, pemerintah Jerman telah mengancam akan mengakhiri dukungan keuangan tahunan sebesar USD500 juta ke Afghanistan jika Taliban mendapatkan kendali penuh atas negara itu.
Jerman juga telah menangguhkan pemulangan paksa warga Afghanistan yang permohonan suakanya gagal. Pemerintah Prancis mengatakan pihaknya juga mengikuti kebijakan yang sama.
Pertempuran hebat juga dilaporkan terjadi di kota Kandahar pada Rabu (11/8). Taliban mengklaim telah mengambil alih penjara kota, meskipun hal ini belum dikonfirmasi.
Di kota selatan Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand, Taliban telah mengambil alih markas polisi.
Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Kabul mengatakan pihaknya mendengar laporan Taliban mengeksekusi pasukan Afghanistan yang menyerah, dengan mengatakan itu "sangat mengganggu dan bisa merupakan kejahatan perang."
Lebih dari 1.000 warga sipil telah tewas di Afghanistan dalam sebulan terakhir, menurut PBB.
Baru pekan ini ribuan orang dari provinsi utara menjadi pengungsi dalam negeri. Mereka melakukan perjalanan ke Kabul untuk mencari keselamatan.
Kamp darurat telah didirikan di semak belukar di pinggiran ibu kota, sementara banyak pengungsi lainnya dilaporkan tidur di jalanan atau di gudang yang ditinggalkan.
"Kami tidak punya uang untuk membeli roti, atau membeli obat untuk anak saya," ujar seorang pedagang kaki lima berusia 35 tahun yang melarikan diri dari provinsi Kunduz setelah Taliban membakar rumahnya.
Menanggapi pemberontakan, pemerintah Jerman telah mengancam akan mengakhiri dukungan keuangan tahunan sebesar USD500 juta ke Afghanistan jika Taliban mendapatkan kendali penuh atas negara itu.
Jerman juga telah menangguhkan pemulangan paksa warga Afghanistan yang permohonan suakanya gagal. Pemerintah Prancis mengatakan pihaknya juga mengikuti kebijakan yang sama.