Taliban Terus Serang Afghanistan Utara, Puluhan Ribu Warga Melarikan Diri
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban menguasai enam ibu kota provinsi Afghanistan pada Selasa (10/8) setelah serangan di utara yang memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka menuju Kabul dan pusat-pusat kota lainnya yang masih aman.
Para pemberontak sekarang mengincar Mazar-i-Sharif, kota terbesar di utara. Kejatuhan kota itu akan menandakan keruntuhan total kendali pemerintah Kabul di wilayah yang secara tradisional anti-Taliban tersebut..
Pasukan pemerintah juga memerangi kelompok Taliban di Kandahar dan Helmand, provinsi berbahasa Pashtun di selatan, tempat Taliban memiliki basis kekuatan.
Amerika Serikat yang akan menyelesaikan penarikan pasukan pada akhir bulan dan mengakhiri perang terpanjangnya, telah meninggalkan medan perang.
Namun, Utusan Khusus AS Zalmay Khalilzad telah dikirim ke Qatar untuk mencoba meyakinkan Taliban untuk menerima gencatan senjata.
“Khalilzad akan menekan Taliban untuk menghentikan serangan militer mereka dan membantu merumuskan tanggapan internasional bersama terhadap situasi yang memburuk dengan cepat," ungkap Departemen Luar Negeri AS.
Pejabat dari negara tetangga paling dekat di Afghanistan yakni Pakistan, China, dan Iran juga akan menghadiri pertemuan di sana.
Namun juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan situasi itu tergantung pada pemerintah Afghanistan dan pasukannya untuk membalikkan keadaan. Dia mengatakan "tidak banyak" yang bisa dilakukan Amerika Serikat untuk membantu.
Michael Kugelman di Pusat Cendekiawan Internasional Woodrow Wilson, meragukan Washington memiliki sarana untuk apa pun.
“Saya khawatir Taliban (yang) begitu kuat dan militer Afghanistan sangat terkepung sekarang, akan sulit menemukan semacam pengubah momentum dari AS,” ujar dia.
Taliban sebagian besar tampak acuh tak acuh terhadap tawaran perdamaian, dan tampaknya berniat meraih kemenangan militer untuk memahkotai kembalinya kekuasaan setelah penggulingan mereka 20 tahun lalu setelah serangan 11 September di AS.
Saat pertempuran terus berkecamuk, puluhan ribu orang bergerak di dalam negeri, dengan keluarga-keluarga yang melarikan diri dari kota-kota yang baru direbut Taliban, dengan kisah-kisah perlakuan brutal oleh pemberontak.
“Taliban memukuli dan menjarah,” ujar Rahima, yang sekarang berkemah bersama ratusan keluarga di taman di ibu kota Kabul setelah melarikan diri dari provinsi Sheberghan.
“Jika ada seorang gadis muda atau janda dalam satu keluarga, mereka mengambilnya secara paksa. Kami melarikan diri untuk melindungi kehormatan kami,” papar dia.
“Kami sangat lelah,” tambah Farid, pengungsi dari Kunduz yang tidak mau disebutkan nama aslinya.
Di kota utara Kunduz yang direbut Taliban selama akhir pekan, penduduk mengatakan toko-toko mulai dibuka kembali di pusat kota itu ketika gerilyawan memusatkan perhatian mereka pada pasukan pemerintah yang telah mundur ke bandara.
“Orang-orang membuka toko dan bisnis mereka, tetapi Anda masih bisa melihat ketakutan di mata mereka,” papar penjaga toko Habibullah.
Warga lain, yang tinggal dekat dengan bandara, mengatakan telah terjadi pertempuran sengit selama berhari-hari.
“Taliban bersembunyi di rumah-rumah penduduk di daerah itu dan pasukan pemerintah mengebom mereka,” ungkap Haseeb yang hanya menyebutkan nama depannya.
“Dari jendela rumah saya, saya bisa melihat wanita, anak-anak dan pria semua pergi. Beberapa dari mereka bertelanjang kaki, beberapa orang menarik anak-anak yang menangis bersama mereka,” papar dia.
Taliban mendapatkan ketenaran selama masa kekuasaan pertama mereka dari 1996-2001 karena memperkenalkan interpretasi keras dari aturan Islam yang melarang anak perempuan mendapat pendidikan dan perempuan bekerja.
Kejahatan dihukum dengan cambuk atau eksekusi publik, sementara sejumlah kegiatan, mulai dari memutar musik hingga televisi non-agama juga dilarang.
Taliban telah memberikan sedikit indikasi tentang bagaimana mereka akan memerintah jika mereka mengambil alih kekuasaan lagi, selain mengatakan itu akan sesuai dengan Al Qur'an.
Menyusul perebutan Aibak pada Senin, Taliban kini telah menguasai lima ibu kota provinsi di utara, memicu kekhawatiran pemerintah telah kehilangan cengkeramannya di wilayah tersebut.
Mereka juga telah merebut Zaranj, ibu kota provinsi Nimroz, di barat daya.
Pada Senin, Taliban mengatakan mereka bergerak di Mazar-i-Sharif, kota terbesar di utara dan kunci untuk kontrol pemerintah di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Taliban merebut Sheberghan di baratnya, dan Kunduz serta Taloqan di timurnya.
Namun juru bicara Kementerian Pertahanan Fawad Aman mengatakan pasukan Afghanistan berada di atas angin di sana. "Sukses besar," tweet dia.
Para pemberontak sekarang mengincar Mazar-i-Sharif, kota terbesar di utara. Kejatuhan kota itu akan menandakan keruntuhan total kendali pemerintah Kabul di wilayah yang secara tradisional anti-Taliban tersebut..
Pasukan pemerintah juga memerangi kelompok Taliban di Kandahar dan Helmand, provinsi berbahasa Pashtun di selatan, tempat Taliban memiliki basis kekuatan.
Amerika Serikat yang akan menyelesaikan penarikan pasukan pada akhir bulan dan mengakhiri perang terpanjangnya, telah meninggalkan medan perang.
Namun, Utusan Khusus AS Zalmay Khalilzad telah dikirim ke Qatar untuk mencoba meyakinkan Taliban untuk menerima gencatan senjata.
“Khalilzad akan menekan Taliban untuk menghentikan serangan militer mereka dan membantu merumuskan tanggapan internasional bersama terhadap situasi yang memburuk dengan cepat," ungkap Departemen Luar Negeri AS.
Pejabat dari negara tetangga paling dekat di Afghanistan yakni Pakistan, China, dan Iran juga akan menghadiri pertemuan di sana.
Namun juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan situasi itu tergantung pada pemerintah Afghanistan dan pasukannya untuk membalikkan keadaan. Dia mengatakan "tidak banyak" yang bisa dilakukan Amerika Serikat untuk membantu.
Michael Kugelman di Pusat Cendekiawan Internasional Woodrow Wilson, meragukan Washington memiliki sarana untuk apa pun.
“Saya khawatir Taliban (yang) begitu kuat dan militer Afghanistan sangat terkepung sekarang, akan sulit menemukan semacam pengubah momentum dari AS,” ujar dia.
Taliban sebagian besar tampak acuh tak acuh terhadap tawaran perdamaian, dan tampaknya berniat meraih kemenangan militer untuk memahkotai kembalinya kekuasaan setelah penggulingan mereka 20 tahun lalu setelah serangan 11 September di AS.
Saat pertempuran terus berkecamuk, puluhan ribu orang bergerak di dalam negeri, dengan keluarga-keluarga yang melarikan diri dari kota-kota yang baru direbut Taliban, dengan kisah-kisah perlakuan brutal oleh pemberontak.
“Taliban memukuli dan menjarah,” ujar Rahima, yang sekarang berkemah bersama ratusan keluarga di taman di ibu kota Kabul setelah melarikan diri dari provinsi Sheberghan.
“Jika ada seorang gadis muda atau janda dalam satu keluarga, mereka mengambilnya secara paksa. Kami melarikan diri untuk melindungi kehormatan kami,” papar dia.
“Kami sangat lelah,” tambah Farid, pengungsi dari Kunduz yang tidak mau disebutkan nama aslinya.
Di kota utara Kunduz yang direbut Taliban selama akhir pekan, penduduk mengatakan toko-toko mulai dibuka kembali di pusat kota itu ketika gerilyawan memusatkan perhatian mereka pada pasukan pemerintah yang telah mundur ke bandara.
“Orang-orang membuka toko dan bisnis mereka, tetapi Anda masih bisa melihat ketakutan di mata mereka,” papar penjaga toko Habibullah.
Warga lain, yang tinggal dekat dengan bandara, mengatakan telah terjadi pertempuran sengit selama berhari-hari.
“Taliban bersembunyi di rumah-rumah penduduk di daerah itu dan pasukan pemerintah mengebom mereka,” ungkap Haseeb yang hanya menyebutkan nama depannya.
“Dari jendela rumah saya, saya bisa melihat wanita, anak-anak dan pria semua pergi. Beberapa dari mereka bertelanjang kaki, beberapa orang menarik anak-anak yang menangis bersama mereka,” papar dia.
Taliban mendapatkan ketenaran selama masa kekuasaan pertama mereka dari 1996-2001 karena memperkenalkan interpretasi keras dari aturan Islam yang melarang anak perempuan mendapat pendidikan dan perempuan bekerja.
Kejahatan dihukum dengan cambuk atau eksekusi publik, sementara sejumlah kegiatan, mulai dari memutar musik hingga televisi non-agama juga dilarang.
Taliban telah memberikan sedikit indikasi tentang bagaimana mereka akan memerintah jika mereka mengambil alih kekuasaan lagi, selain mengatakan itu akan sesuai dengan Al Qur'an.
Menyusul perebutan Aibak pada Senin, Taliban kini telah menguasai lima ibu kota provinsi di utara, memicu kekhawatiran pemerintah telah kehilangan cengkeramannya di wilayah tersebut.
Mereka juga telah merebut Zaranj, ibu kota provinsi Nimroz, di barat daya.
Pada Senin, Taliban mengatakan mereka bergerak di Mazar-i-Sharif, kota terbesar di utara dan kunci untuk kontrol pemerintah di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Taliban merebut Sheberghan di baratnya, dan Kunduz serta Taloqan di timurnya.
Namun juru bicara Kementerian Pertahanan Fawad Aman mengatakan pasukan Afghanistan berada di atas angin di sana. "Sukses besar," tweet dia.
(sya)