Taliban Dilaporkan Sudah Bantai 900 Orang di Kandahar
loading...
A
A
A
KABUL - Kelompok Taliban telah membantai hingga sekitar 900 orang di provinsi selatan Kandahar, Afghanistan, dalam enam minggu terakhir.
Media setempat, TOLO News, melaporkan pembantaian besar-besaran tersebut dengan mengutip mantan kepala polisi provinsi itu; Tadin Khan.
Menurut Khan, yang juga anggota Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional, kelompok Taliban tidak percaya pada hak asasi manusia (HAM).
Menurutnya, target mereka adalah tentara yang ditahan, petugas polisi, pemimpin suku, dan warga sipil, termasuk seorang komedian populer, yang semuanya mereka duga memiliki hubungan dengan pemerintah Afghanistan.
Khan mengatakan para milisi Taliban dengan paksa membawa para korban keluar dari rumah mereka dan kemudian melakukan eksekusi.
"Mereka mungkin membunuh 800 hingga 900 orang dalam satu setengah bulan terakhir. Orang-orang sangat menderita. Kebrutalan yang terjadi di [Spin] Boldak," kata Khan yang dilansir Jumat (6/8/2021).
Kelompok Taliban telah merebut kembali kendali atas sebagian besar provinsi Kandahar, termasuk ibu kotanya, saat kelompok itu melanjutkan perebutan kekuasaan dengan kekerasan di tengah penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS). Ini bertentangan dengan pernyataan mereka sebelumnya bahwa kelompok tersebut berkomitmen untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Pada hari Selasa, seorang saksi mata dan sumber di kepolisian Kabul mengatakan kepada Sputnik bahwa sebuah mobil diledakkan di dekat rumah Menteri Pertahanan Bismillah Khan Mohammadi, setelah itu beberapa orang bersenjata memasuki tempat itu. Kemudian pada hari itu, menteri mengonfirmasi bahwa baik dia maupun keluarganya tidak terluka. Namun demikian, serangan itu memang merenggut nyawa delapan orang dan menyebabkan 20 lainnya luka-luka.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan bom itu.
Media setempat, TOLO News, melaporkan pembantaian besar-besaran tersebut dengan mengutip mantan kepala polisi provinsi itu; Tadin Khan.
Menurut Khan, yang juga anggota Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional, kelompok Taliban tidak percaya pada hak asasi manusia (HAM).
Menurutnya, target mereka adalah tentara yang ditahan, petugas polisi, pemimpin suku, dan warga sipil, termasuk seorang komedian populer, yang semuanya mereka duga memiliki hubungan dengan pemerintah Afghanistan.
Khan mengatakan para milisi Taliban dengan paksa membawa para korban keluar dari rumah mereka dan kemudian melakukan eksekusi.
"Mereka mungkin membunuh 800 hingga 900 orang dalam satu setengah bulan terakhir. Orang-orang sangat menderita. Kebrutalan yang terjadi di [Spin] Boldak," kata Khan yang dilansir Jumat (6/8/2021).
Kelompok Taliban telah merebut kembali kendali atas sebagian besar provinsi Kandahar, termasuk ibu kotanya, saat kelompok itu melanjutkan perebutan kekuasaan dengan kekerasan di tengah penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS). Ini bertentangan dengan pernyataan mereka sebelumnya bahwa kelompok tersebut berkomitmen untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Pada hari Selasa, seorang saksi mata dan sumber di kepolisian Kabul mengatakan kepada Sputnik bahwa sebuah mobil diledakkan di dekat rumah Menteri Pertahanan Bismillah Khan Mohammadi, setelah itu beberapa orang bersenjata memasuki tempat itu. Kemudian pada hari itu, menteri mengonfirmasi bahwa baik dia maupun keluarganya tidak terluka. Namun demikian, serangan itu memang merenggut nyawa delapan orang dan menyebabkan 20 lainnya luka-luka.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan bom itu.