Citra Satelit Tangkap 'Ladang' Silo Rudal Balistik Baru China
loading...
A
A
A
"China telah menggunakan peluncur seluler dan membuang silo tetap ini, yang memakan waktu, padat karya, mahal, dan rentan diserang serta dihancurkan," kata Song.
Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di FAS, dikutip oleh Insider mengakui bahwa silo stasioner rentan terhadap serangan. Namun, dia menambahkan bahwa solusi untuk masalah ini bagi China adalah membangun rudal yang dapat bereaksi cukup cepat untuk keluar dari silo sebelum dihancurkan.
“Hari ini, beberapa rudal paling modern benar-benar dikerahkan dalam silo, jadi itu sama sekali tidak dianggap tua,” kata Kristensen.
Beijing tampaknya mengembangkan kemampuan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) canggih dari silo bawah tanah untuk membalas dengan cepat terhadap kemungkinan serangan nuklir, tulis kantor berita AP mengutip Hans Kristensen pada Maret tahun ini.
Laporan itu muncul setelah analisis serupa dari serentetan foto satelit komersial, yang mendorong ahli untuk berasumsi bahwa setidaknya 16 silo bawah tanah di tempat pelatihan rudal besar di dekat Jilantai di wilayah utara-tengah negara itu sedang dibangun.
Menurut Kristensen silo ini menambah 20 silo China lainnya yang sudah beroperasi dengan ICBM yang lebih tua, DF-5.
"Itu hanya akan merupakan sebagian kecil dari jumlah silo ICBM yang dioperasikan oleh Amerika Serikat dan Rusia," ia menambahkan.
Menurut dia, gambar-gambar itu menunjukkan bahwa China sedang mencari untuk melawan apa yang mungkin dianggapnya sebagai ancaman yang meningkat dari AS. Pentagon telah berargumen dalam laporan tahunannya tentang perkembangan militer China musim panas lalu bahwa Beijing bermaksud untuk meningkatkan kemampuan kekuatan nuklirnya dengan menempatkan lebih banyak ICBM di silo bawah tanah.
"Kebijakan senjata nuklir RRC memprioritaskan pemeliharaan kekuatan nuklir yang mampu bertahan dari serangan pertama dan merespons dengan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima musuh," laporan itu menegaskan.
Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di FAS, dikutip oleh Insider mengakui bahwa silo stasioner rentan terhadap serangan. Namun, dia menambahkan bahwa solusi untuk masalah ini bagi China adalah membangun rudal yang dapat bereaksi cukup cepat untuk keluar dari silo sebelum dihancurkan.
“Hari ini, beberapa rudal paling modern benar-benar dikerahkan dalam silo, jadi itu sama sekali tidak dianggap tua,” kata Kristensen.
Beijing tampaknya mengembangkan kemampuan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) canggih dari silo bawah tanah untuk membalas dengan cepat terhadap kemungkinan serangan nuklir, tulis kantor berita AP mengutip Hans Kristensen pada Maret tahun ini.
Laporan itu muncul setelah analisis serupa dari serentetan foto satelit komersial, yang mendorong ahli untuk berasumsi bahwa setidaknya 16 silo bawah tanah di tempat pelatihan rudal besar di dekat Jilantai di wilayah utara-tengah negara itu sedang dibangun.
Menurut Kristensen silo ini menambah 20 silo China lainnya yang sudah beroperasi dengan ICBM yang lebih tua, DF-5.
"Itu hanya akan merupakan sebagian kecil dari jumlah silo ICBM yang dioperasikan oleh Amerika Serikat dan Rusia," ia menambahkan.
Menurut dia, gambar-gambar itu menunjukkan bahwa China sedang mencari untuk melawan apa yang mungkin dianggapnya sebagai ancaman yang meningkat dari AS. Pentagon telah berargumen dalam laporan tahunannya tentang perkembangan militer China musim panas lalu bahwa Beijing bermaksud untuk meningkatkan kemampuan kekuatan nuklirnya dengan menempatkan lebih banyak ICBM di silo bawah tanah.
"Kebijakan senjata nuklir RRC memprioritaskan pemeliharaan kekuatan nuklir yang mampu bertahan dari serangan pertama dan merespons dengan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima musuh," laporan itu menegaskan.