3 Rudal Canggih Ini Membuat Rusia Unggul dalam Perlombaan Senjata Hipersonik

Jum'at, 23 Juli 2021 - 15:42 WIB
loading...
3 Rudal Canggih Ini Membuat Rusia Unggul dalam Perlombaan Senjata Hipersonik
Kapal perang Admiral Gorshkov Angkatan Laut Rusia menembakkan rudal jelajah hipersonik Zircon di Laut Putih, 19 Juli 2021. Foto/REUTERS/Kementerian Pertahanan Rusia
A A A
MOSKOW - Avangard, Kinzhal, dan sekarang rudal Zircon telah membuat Rusia memimpin dalam perlombaan untuk mengembangkan berbagai senjata hipersonik baru. Presiden Vladimir Putin telah menjuluki rudal-rudal hipersonik mutakhir itu sebagai senjata tak terkalahkan di dunia.

Langkah terbaru Moskow datang minggu ini dengan uji tembak Zircon yang sukses, rudal jelajah hipersonik yang diluncurkan dari kapal perang.



Ditembakkan dari salah satu kapal perang paling kuat Rusia, fregat Admiral Gorshkov, di Laut Putih sebuah Zircon yang melaju tujuh kali kecepatan suara terbang lebih dari 350 kilometer untuk menghantam target di pantai Laut Barents.

Jika lebih banyak tes berhasil, Zircon tampaknya akan bergabung dengan kendaraan luncur hipersonik Avangard dan rudal Kinzhal (Dagger)—yang diluncurkan dari udara—di gudang senjata hipersonik Rusia.

Senjata-senjata hipersonik mampu melakukan perjalanan dengan kecepatan setidaknya lima kali kecepatan suara dan bermanuver di tengah penerbangan, membuat mereka jauh lebih sulit untuk dilacak dan dicegat sistem pertahanan daripada proyektil tradisional.

Para ahli sepakat bahwa—setidaknya untuk saat ini—Rusia memiliki keunggulan dalam perkembangan mereka.

“Tidak seorang pun kecuali Rusia yang memiliki senjata hipersonik, tetapi semua orang menginginkannya,” kata analis pertahanan independen, Alexander Golts, kepada AFP, Jumat (23/7/2021).

Putin menggunakan pidato kenegaraannya pada tahun 2018 untuk pertama kali menghadirkan serangkaian senjata hipersonik, dengan mengeklaim bahwa senjata-senjata tersebut dapat menghindari semua sistem pertahanan rudal yang ada di dunia.

Prestasi Luar Biasa

Amerika Serikat, China, Prancis, dan negara-negara besar lainnya telah mengumumkan rencana untuk mengembangkan senjata hipersonik mereka sendiri dan diperkirakan akan segera menyusul Rusia.

“Rusia sepenuhnya menyadari bahwa permulaan mereka hanya sementara,” kata Igor Delanoe, wakil direktur Observatorium Prancis-Rusia di Moskow.

“Amerika akan mengejar dalam hitungan bulan, satu setengah tahun atau paling lama dua tahun,” katanya.



Tes tembak rudal jelajah hipersonik Zircon minggu ini tidak luput dari perhatian Amerika dan sekutunya.

Setelah uji tembak Zircon yang sukses, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan; "Rudal hipersonik baru Rusia berpotensi membuat tidak stabil dan menimbulkan risiko yang signifikan”.

Sementara seorang pejabat NATO mengatakan senjata itu menciptakan risiko eskalasi dan salah perhitungan yang lebih besar.

Tetapi para analis mengatakan bahwa meskipun senjata semacam itu mengesankan, rudal hipersonik bukanlah teknologi yang game-changing [mengubah permainan].

Golts mengatakan Avangard—yang menurut pejabat Rusia telah mencapai kecepatan 33.000 kilometer per jam selama tes—adalah pencapaian ilmiah yang luar biasa.

“Tetapi dari sudut pandang militer, sama sekali tidak ada perbedaan antara itu dan hulu ledak biasa yang hanya akan mengikuti lintasan balistik di luar angkasa dan kemudian menghantam wilayah AS tanpa manuver apa pun,” katanya.

Dengan gudang senjata nuklir terbesar kedua di dunia dan sejumlah besar rudal balistik, Rusia telah memiliki lebih dari cukup kapasitas militer untuk menghalau musuh-musuhnya.

Chip Tawar-menawar

Jadi apa gunanya menghabiskan miliaran untuk senjata baru supercepat?

“Idenya tidak harus menggunakan senjata ini untuk apa pun...itu untuk menunjukkan bahwa senjata apa pun yang dapat dikembangkan orang lain, Anda akan memilikinya terlebih dahulu. Anda akan selalu menjadi yang terdepan,” kata Cameron Tracy, seorang peneliti di Pusat Keamanan dan Kerjasama Internasional Universitas Stanford.

Mereka juga memberi Putin chip lain untuk dimainkan di meja negosiasi mana pun dengan Washington mengenai kontrol senjata.

“Ini adalah strategi umum untuk mengembangkan sistem senjata baru dengan gagasan bahwa Anda tidak akan benar-benar menyebarkannya, tetapi Anda akan menukarnya dalam negosiasi,” kata Tracy.

Putin dan Presiden AS Joe Biden telah berbicara tentang pembaruan negosiasi tentang “stabilitas strategis” setelah Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari beberapa perjanjian pengendalian senjata dengan Rusia.

"Ini jelas merupakan fase pembukaan perlombaan senjata...Hanya masalah waktu sebelum kita melihat kekuatan yang lebih kecil berkembang (hipersonik) juga," kata Hans Kristensen, pakar senjata nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika.

"Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana ini akan terjadi," katanya.

“Untuk saat ini, ini adalah perlombaan yang berbahaya...jika dan ketika mereka menambahkan kemampuan nuklir ke rudal, itu akan menciptakan tantangan keamanan yang lebih berbahaya.”
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1759 seconds (0.1#10.140)