'Dokumen Kremlin': Putin Izinkan Operasi Menangkan Trump dalam Pilpres AS 2016

Jum'at, 16 Juli 2021 - 09:16 WIB
loading...
Dokumen Kremlin: Putin...
KTT Hamburg di Jerman 7 Juli 2017 saat itu mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump. Foto/REUTERS/Carlos Barria/File Photo
A A A
MOSKOW - Setumpuk kertas yang diklaim sebagai bocoran dokumen Kremlin mengungkap bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi mengizinkan operasi untuk membantu Donald Trump memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2016.

Trump langsung menyebut laporan tentang bocoran dokumen itu sebagai "berita palsu yang menjijikkan".



Setumpuk kertas tersebut, diperoleh The Guardian dan dianggap sebagai "fiksi hebat" oleh Rusia, diduga berasal dari pertemuan tertutup dewan keamanan nasional negara itu pada 22 Januari 2016.

Pada titik tersebut, Trump adalah calon presiden terunggul dari Partai Republik, yang kemudian benar-benar resmi diusung partai tersebut. Dia kemudian mengalahkan calon presiden dari Demokrat Hillary Clinton dalam pilpres AS bulan November.

Setumpuk "dokumen Kremlin" yang paling signifikan, yang berlabel No 32-04/vd, menggambarkan Trump sebagai "kandidat paling menjanjikan" dari sudut pandang Rusia.

Disebutkan bahwa Trump adalah "individu yang impulsif, tidak stabil secara mental dan tidak seimbang yang menderita kompleks inferioritas" dan kenaikannya ke kursi kepresidenan pasti akan mengarah pada destabilisasi sistem sosial politik AS.

"Sangat penting untuk menggunakan semua kekuatan yang mungkin untuk memfasilitasi pemilihannya ke jabatan presiden AS," bunyi salah satu deri lembaran dokumen tersebut.

Itu juga menyinggung kompromat (materi kompromi) yang diduga dimiliki Rusia pada Trump, merujuk pada “peristiwa tertentu” yang terjadi selama kunjungannya sebelumnya ke Moskow sebagai seorang pengusaha.

Anggota dewan keamanan diberitahu bahwa mereka dapat menemukan rincian dalam lampiran lima, paragraf lima. Khususnya, bagaimanapun, The Guardian belum melihat lampiran dan tidak tahu apa, jika ada, isinya.



Surat kabar yang berbasis di Inggris itu, dalam laporannya, mengeklaim telah menunjukkan materi itu kepada para ahli independen, yang mengatakan itu "tampaknya asli".

“Detail insidental dianggap akurat. Nada dan dorongan keseluruhan dikatakan konsisten dengan pemikiran keamanan Kremlin," tulis The Guardian.

Lebih lenjut, menurut surat kabar itu, badan-badan intelijen Barat telah menyadari dokumen-dokumen itu selama beberapa bulan dan telah memeriksanya dengan cermat.

Telah dikonfirmasi bahwa pertemuan dewan keamanan nasional Rusia memang terjadi di Kremlin pada 22 Januari. Ada foto resmi dari acara tersebut.

Di antara yang hadir adalah Putin, perdana menteri Dmitry Medvedev, menteri luar negeri Sergei Lavrov, kepala GRU (badan intelijen militer) Sergei Shoigu, SVR (dinas intelijen asing) Mikhail Fradkov dan kepala FSB (badan mata-mata) Alexander Bortnikov.

Pada saat itu, Kremlin mengatakan pertemuan itu diadakan untuk membahas kebijakan ekonomi.

Dalam sebuah pernyataan, Trump menyebut laporan The Guardian "menjijikkan".

“Ini menjijikkan. Ini berita palsu, sama seperti Rusia, Rusia, Rusia adalah berita palsu," kata mantan presiden Amerika itu.

“Hanya orang-orang gila Kiri radikal yang melakukan apa pun yang mereka bisa untuk merendahkan semua orang di sebelah kanan. Ini fiksi, dan tidak ada yang lebih keras di Rusia daripada saya, termasuk di jalur pipa (gas Nord Stream), dan sanksi," klaim Trump.

“Pada saat yang sama kami bergaul dengan Rusia. Rusia menghormati kami, China menghormati kami, Iran menghormati kami, Korea Utara menghormati kami. Dan dunia adalah tempat yang jauh lebih aman daripada sekarang dengan kepemimpinan yang tidak stabil secara mental," imbuh dia menyindir pemerintah Joe Biden.

Dilihat dari kalimat terakhir itu, Trump tampaknya telah mencatat dugaan karakterisasi Kremlin tentang dirinya sebagai "tidak stabil secara mental".

Namun, dokumen yang bocor tidak hanya fokus pada Trump. Itu juga mencakup penilaian yang lebih umum tentang Amerika dan kelemahannya, menyoroti suasana anti-kemapanan dan jurang politik yang semakin dalam antara kubu kiri dan kanan.

Setelah pertemuan dewan keamanan, Putin mengeluarkan dekrit baru untuk membentuk komisi rahasia, yang bertugas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam No 32-04/vd. SVR, badan intelijen asing Rusia, diberitahu untuk mengumpulkan lebih banyak informasi untuk mendukung komisi tersebut.

Beberapa minggu kemudian, peretas Rusia membobol server Komite Nasional Demokrat. Bahan yang mereka temukan, termasuk ribuan email pribadi, dirilis sebelum pemilu dalam upaya untuk merugikan kampanye Hillary Clinton.

Badan-badan intelijen AS sejak lama menyimpulkan "dengan keyakinan tinggi" bahwa Putin mengizinkan kampanye serangan siber dan berita palsu yang dirancang untuk menyakiti Clinton.

Dalam sebuah pernyataan menjelang KTT bilateral Presiden Joe Biden dengan Putin bulan lalu, Trump menjelaskan bahwa dia masih percaya bantahan Putin atas kesimpulan itu dari para ahli intelijen negaranya sendiri.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Keluarga Donald Trump...
Keluarga Donald Trump Fokus Tambang Kripto dengan Keuntungan Rp16,7 Triliun, Berikut 6 Faktanya
Jepang Harus Bayar Mahal...
Jepang Harus Bayar Mahal untuk Aliansi dengan AS! Bukan Ancaman dari Musuh, tapi Terlalu Banyak Kasus Pemerkosaan
Perundingan AS dan Iran...
Perundingan AS dan Iran Berlansung Konstruktif dan Positif, Akankah Konflik Timur Tengah Mereda?
Rusia Lacak Kapal Selam...
Rusia Lacak Kapal Selam Nuklir Inggris yang Teknologinya Dinilai Sangat Tua dan Ketinggalan Zaman
The Times: Inggris Terlibat...
The Times: Inggris Terlibat Perang Rusia-Ukraina, Termasuk Kerahkan Pasukan Rahasia
Trump Copot Potret Obama...
Trump Copot Potret Obama di Gedung Putih, Diganti dengan Potretnya yang Lolos dari upaya Pembunuhan
YouTuber Ini Usik Suku...
YouTuber Ini Usik Suku Paling Terasing di Dunia, Ulahnya Dicap Ceroboh dan Bodoh
Krisis Air di Gaza Semakin...
Krisis Air di Gaza Semakin Parah, Warga Harus Antre Berjam-jam
Miris! Dokter Spesialis...
Miris! Dokter Spesialis Jantung Gadungan Buka Praktik, 7 Pasien Tewas Pasca-Operasi
Rekomendasi
Jadi Tersangka Suap...
Jadi Tersangka Suap Migor, Ketua PN Jaksel Arif Nuryanta Punya Kekayaan Rp3,1 Miliar
Momen Prabowo dan El-Sisi...
Momen Prabowo dan El-Sisi Mendadak Sambangi Akmil Mesir, Tinjau Arena Pacuan Kuda
Hasil UFC 314: Alexander...
Hasil UFC 314: Alexander Volkanovski Kembali Jadi Raja Kelas Bulu usai Tumbangkan Diego Lopes
Berita Terkini
Beda dengan Gaza, Trump...
Beda dengan Gaza, Trump Sebut Negosiasi Nuklir Iran Berjalan Baik
33 menit yang lalu
Keluarga Donald Trump...
Keluarga Donald Trump Fokus Tambang Kripto dengan Keuntungan Rp16,7 Triliun, Berikut 6 Faktanya
1 jam yang lalu
Eksekusi Mati hingga...
Eksekusi Mati hingga Sengketa Dagang: Titik Kritis Hubungan China-Kanada
2 jam yang lalu
Filsuf Oxford Ini Ungkap...
Filsuf Oxford Ini Ungkap Kematian Bukanlah Akhir, tapi Ada Akhirat setelah Kematian
2 jam yang lalu
Siapa Haj Hasan Ibrahim...
Siapa Haj Hasan Ibrahim Al Fardan? Pengusaha Mutiara yang Jadi Inspirasi Arah Kemajuan Uni Emirat Arab
3 jam yang lalu
Jepang Harus Bayar Mahal...
Jepang Harus Bayar Mahal untuk Aliansi dengan AS! Bukan Ancaman dari Musuh, tapi Terlalu Banyak Kasus Pemerkosaan
4 jam yang lalu
Infografis
Donald Trump Marah Besar...
Donald Trump Marah Besar kepada Vladimir Putin, Ada Apa?
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved