Tukang Daging Berubah Jadi Pelukis, Serukan pada Dunia Pentingnya Sapi
loading...
A
A
A
Dia mungkin pernah menjual daging sapi, tetapi kanvasnya yang terinspirasi dari sapi sekarang dijual tiga kali lipat dari harga yang diminta.
Karya Marfo sekarang menghiasi berbagai syal desainer oleh Aspinal dari London.
Topik lain yang dekat dengan hati seniman itu adalah kekuatan wanita, nilai orangtua tunggal dan keindahan vitiligo.
Karyanya pada pandangan pertama terasa jelas sebagai Afrika, tempat dia dibesarkan di kota pegunungan Kwahu, sekitar empat jam dari Accra.
Tetapi setiap bagian dari lukisannya adalah tambal sulam hati-hati dari berbagai benua yang berbeda.
Kerah ruff Renaissance dari Inggris, sapi suci dari India dan boneka kesuburan dari Ghana semuanya ditampilkan dalam lukisannya.
"Kita hidup dalam panci peleburan yang hebat, banyak retakan di dalamnya. Tapi saya ingin menyatukan orang dan agar semua orang melihat budaya mereka tercermin," ujar dia.
Marfo ingat menghabiskan tahun-tahun pembentukannya di perpustakaan setempat melihat gambar Picasso dan menyaksikan pengrajin Accra menjual barang dagangan mereka kepada wisatawan.
Meski demikian, dia mengatakan ambisi artistiknya sendiri awalnya tidak lebih dari tepi sungai.
"Saya merasa saya harus menjadi dokter atau akuntan, tetapi saya akan pergi ke tepi sungai dan mengumpulkan tanah liat yang keras atau mengambil buah beri dan menghancurkannya menjadi pewarna,” ungkap dia.
Karya Marfo sekarang menghiasi berbagai syal desainer oleh Aspinal dari London.
Topik lain yang dekat dengan hati seniman itu adalah kekuatan wanita, nilai orangtua tunggal dan keindahan vitiligo.
Karyanya pada pandangan pertama terasa jelas sebagai Afrika, tempat dia dibesarkan di kota pegunungan Kwahu, sekitar empat jam dari Accra.
Tetapi setiap bagian dari lukisannya adalah tambal sulam hati-hati dari berbagai benua yang berbeda.
Kerah ruff Renaissance dari Inggris, sapi suci dari India dan boneka kesuburan dari Ghana semuanya ditampilkan dalam lukisannya.
"Kita hidup dalam panci peleburan yang hebat, banyak retakan di dalamnya. Tapi saya ingin menyatukan orang dan agar semua orang melihat budaya mereka tercermin," ujar dia.
Marfo ingat menghabiskan tahun-tahun pembentukannya di perpustakaan setempat melihat gambar Picasso dan menyaksikan pengrajin Accra menjual barang dagangan mereka kepada wisatawan.
Meski demikian, dia mengatakan ambisi artistiknya sendiri awalnya tidak lebih dari tepi sungai.
"Saya merasa saya harus menjadi dokter atau akuntan, tetapi saya akan pergi ke tepi sungai dan mengumpulkan tanah liat yang keras atau mengambil buah beri dan menghancurkannya menjadi pewarna,” ungkap dia.