Israel Kecam Presiden Belarusia yang Sebut Seluruh Dunia Berlutut pada Yahudi
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Kementerian Luar Negeri Israel mengecam pernyataan yang dibuat baru-baru ini oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko , di mana dia mengatakan seluruh dunia sekarang berlutut kepada orang-orang Yahudi.
Kementerian mengatakan komentar itu tidak dapat diterima. Wakil Direktur Jenderal untuk Eurasia dan Balkan Barat Kementerian tersebut, Gary Koren, telah memanggil kuasa usaha Kedutaan Belarusia di Israel untuk bertemua membahas masalah tersebut.
Dalam pidatonya hari Sabtu tentang meningkatkan kesadaran akan kejahatan perang Nazi terhadap warga Belarusia, Lukashenko—yang oleh media dan pemimpin Barat disebut diktator—mengatakan rakyat negaranya harus mengikuti contoh orang Yahudi, yang membuat dunia berlutut di hadapan mereka.
“Saya sudah mengatakan bahwa kami mulai melakukan ini, menyelidiki kejahatan Nazisme di tanah Belarusia. Ini mirip dengan Holocaust Belarusia, atau Holocaust rakyat Belarusia. Orang-orang Yahudi mampu membuktikannya. Seluruh dunia saat ini berlutut di hadapan mereka, mereka (dunia) bahkan takut untuk menuding mereka, dan kami sangat toleran, sangat baik, kami tidak ingin menyinggung siapa pun,” katanya.
Lukashenko, seorang pemimpin otoriter yang tahun lalu menghadapi protes luas oleh demonstran pro-demokrasi, membuat pernyataan itu dalam pidato di kompleks peringatan Mound of Glory di luar Minsk, yang memperingati tentara Soviet bertempur selama Perang Dunia II.
Dalam pidatonya, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Belarusia, Lukashenko memperingatkan terhadap revisionisme sejarah Perang Dunia II tetapi tidak mengatakan siapa yang berada di balik upaya ini.
Sementara itu, Kedutaan Besar Belarusia di Israel menanggapi liputan media Israel tentang komentar Lukashenko. Menurut kedutaan, laporan tentang komentar presiden itu terdistorsi dan tidak ada hubungannya dengan kenyataan.
Dalam sebuah pernyataan, kedutaan mengatakan bahwa Lukashenko membandingkan—tetapi tidak menyamakan—penderitaan Belarusia selama perang dengan orang-orang Yahudi selama Holocaust, dan mencatat bahwa ratusan ribu orang Yahudi juga terbunuh di negara itu.
Kedutaan lebih lanjut menjelaskan bahwa Lukashenko sedang menetapkan upaya Israel dalam memperingati Holocaust. "Sebagai contoh bagi Belarusia [dari] pekerjaan kolosal dan sukses negara Yahudi dalam melestarikan kebenaran dan ingatan sejarah, termasuk di arena internasional," kata kedutaan tersebut.
"Tujuan mulia dari pekerjaan ini—untuk mengabadikan ingatan para korban Holocaust dan untuk mencegah segala upaya untuk menyangkalnya—tidak diragukan lagi," imbuh kedutaan itu dalam pernyataan seperti dikutip Times of Israel, Rabu (7/7/2021).
Nazi membunuh sekitar 3 juta warga sipil di Belarusia, termasuk sekitar 800.000 orang Yahudi.
Ekspresi publik antisemitisme jarang terjadi di Belarusia, tetapi negara itu melihat peningkatan dalam retorika antisemitisme online pada tahun 2018, setelah seorang pengusaha Yahudi membuka sebuah restoran di tepi kuburan massal korban non-Yahudi dari polisi rahasia Soviet.
Kementerian mengatakan komentar itu tidak dapat diterima. Wakil Direktur Jenderal untuk Eurasia dan Balkan Barat Kementerian tersebut, Gary Koren, telah memanggil kuasa usaha Kedutaan Belarusia di Israel untuk bertemua membahas masalah tersebut.
Dalam pidatonya hari Sabtu tentang meningkatkan kesadaran akan kejahatan perang Nazi terhadap warga Belarusia, Lukashenko—yang oleh media dan pemimpin Barat disebut diktator—mengatakan rakyat negaranya harus mengikuti contoh orang Yahudi, yang membuat dunia berlutut di hadapan mereka.
“Saya sudah mengatakan bahwa kami mulai melakukan ini, menyelidiki kejahatan Nazisme di tanah Belarusia. Ini mirip dengan Holocaust Belarusia, atau Holocaust rakyat Belarusia. Orang-orang Yahudi mampu membuktikannya. Seluruh dunia saat ini berlutut di hadapan mereka, mereka (dunia) bahkan takut untuk menuding mereka, dan kami sangat toleran, sangat baik, kami tidak ingin menyinggung siapa pun,” katanya.
Lukashenko, seorang pemimpin otoriter yang tahun lalu menghadapi protes luas oleh demonstran pro-demokrasi, membuat pernyataan itu dalam pidato di kompleks peringatan Mound of Glory di luar Minsk, yang memperingati tentara Soviet bertempur selama Perang Dunia II.
Dalam pidatonya, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Belarusia, Lukashenko memperingatkan terhadap revisionisme sejarah Perang Dunia II tetapi tidak mengatakan siapa yang berada di balik upaya ini.
Sementara itu, Kedutaan Besar Belarusia di Israel menanggapi liputan media Israel tentang komentar Lukashenko. Menurut kedutaan, laporan tentang komentar presiden itu terdistorsi dan tidak ada hubungannya dengan kenyataan.
Dalam sebuah pernyataan, kedutaan mengatakan bahwa Lukashenko membandingkan—tetapi tidak menyamakan—penderitaan Belarusia selama perang dengan orang-orang Yahudi selama Holocaust, dan mencatat bahwa ratusan ribu orang Yahudi juga terbunuh di negara itu.
Kedutaan lebih lanjut menjelaskan bahwa Lukashenko sedang menetapkan upaya Israel dalam memperingati Holocaust. "Sebagai contoh bagi Belarusia [dari] pekerjaan kolosal dan sukses negara Yahudi dalam melestarikan kebenaran dan ingatan sejarah, termasuk di arena internasional," kata kedutaan tersebut.
"Tujuan mulia dari pekerjaan ini—untuk mengabadikan ingatan para korban Holocaust dan untuk mencegah segala upaya untuk menyangkalnya—tidak diragukan lagi," imbuh kedutaan itu dalam pernyataan seperti dikutip Times of Israel, Rabu (7/7/2021).
Nazi membunuh sekitar 3 juta warga sipil di Belarusia, termasuk sekitar 800.000 orang Yahudi.
Ekspresi publik antisemitisme jarang terjadi di Belarusia, tetapi negara itu melihat peningkatan dalam retorika antisemitisme online pada tahun 2018, setelah seorang pengusaha Yahudi membuka sebuah restoran di tepi kuburan massal korban non-Yahudi dari polisi rahasia Soviet.
(min)