Kibarkan Bendera Putih, Cara Warga Malaysia Minta Bantuan akibat Lockdown
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Saat Mohamad Nor Abdullah mengibarkan bendera putih di luar jendelanya pada larut malam, dia tidak menyangka akan derasnya dukungan. Pada pagi hari, lusinan orang asing mengetuk pintunya, menawarkan makanan, uang tunai, dan dorongan semangat.
Lockdown nasional Malaysia untuk mengekang lonjakan kasus virus corona (COVID-19) diperketat lebih lanjut pada hari Sabtu lalu, melarang orang-orang di daerah tertentu meninggalkan rumah mereka kecuali untuk membeli makanan dan kebutuhan.
Hal itu membuat Mohamad Nor putus asa. Dia mencari nafkah dengan menjual nasi lemak kemasan—hidangan populer nasi santan dengan bumbu—di warung pinggir jalan setiap pagi, tetapi pendapatan itu hilang dan bantuan pemerintah tidak mencukupi.
Kampanye bendera putih yang muncul di media sosial pekan lalu bertujuan untuk membantu orang-orang seperti Mohamad Nor, yang berusia 29 tahun dan lahir tanpa lengan. Secara kebetulan, dia melihat kampanye di Facebook dan memutuskan untuk mencoba mencari bantuan.
“Itu sangat tidak terduga. Begitu banyak orang yang mengulurkan tangan untuk membantu, mendukung, dan juga menyemangati saya,” kata Mohamad Nor, duduk di kamarnya yang suram di tengah kotak-kotak biskuit, beras, minyak goreng, dan air yang dengan cepat disumbangkan kepadanya seperti dikutip AP, Selasa (6/7/2021).
Dia mengatakan orang-orang yang baik hati menawarkan untuk membantu membayar sewa kamarnya dan bahwa bantuan itu seharusnya cukup untuk membantunya melewati beberapa bulan ke depan.
Kampanye #benderaputih dimulai sebagai respons masyarakat Malaysia terhadap meningkatnya kasus bunuh diri yang diyakini terkait dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
Polisi melaporkan 468 kasus bunuh diri dalam lima bulan pertama tahun ini, rata-rata empat kasus per hari dan naik tajam dari 631 kasus sepanjang tahun 2020.
Unggahan media sosial mendesak orang-orang untuk mengibarkan bendera putih atau kain untuk memberi isyarat bahwa mereka membutuhkan bantuan segera “tanpa harus mengemis atau merasa malu".
Lockdown nasional Malaysia untuk mengekang lonjakan kasus virus corona (COVID-19) diperketat lebih lanjut pada hari Sabtu lalu, melarang orang-orang di daerah tertentu meninggalkan rumah mereka kecuali untuk membeli makanan dan kebutuhan.
Hal itu membuat Mohamad Nor putus asa. Dia mencari nafkah dengan menjual nasi lemak kemasan—hidangan populer nasi santan dengan bumbu—di warung pinggir jalan setiap pagi, tetapi pendapatan itu hilang dan bantuan pemerintah tidak mencukupi.
Kampanye bendera putih yang muncul di media sosial pekan lalu bertujuan untuk membantu orang-orang seperti Mohamad Nor, yang berusia 29 tahun dan lahir tanpa lengan. Secara kebetulan, dia melihat kampanye di Facebook dan memutuskan untuk mencoba mencari bantuan.
“Itu sangat tidak terduga. Begitu banyak orang yang mengulurkan tangan untuk membantu, mendukung, dan juga menyemangati saya,” kata Mohamad Nor, duduk di kamarnya yang suram di tengah kotak-kotak biskuit, beras, minyak goreng, dan air yang dengan cepat disumbangkan kepadanya seperti dikutip AP, Selasa (6/7/2021).
Dia mengatakan orang-orang yang baik hati menawarkan untuk membantu membayar sewa kamarnya dan bahwa bantuan itu seharusnya cukup untuk membantunya melewati beberapa bulan ke depan.
Kampanye #benderaputih dimulai sebagai respons masyarakat Malaysia terhadap meningkatnya kasus bunuh diri yang diyakini terkait dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
Polisi melaporkan 468 kasus bunuh diri dalam lima bulan pertama tahun ini, rata-rata empat kasus per hari dan naik tajam dari 631 kasus sepanjang tahun 2020.
Unggahan media sosial mendesak orang-orang untuk mengibarkan bendera putih atau kain untuk memberi isyarat bahwa mereka membutuhkan bantuan segera “tanpa harus mengemis atau merasa malu".