Kecelakaan Nuklir Fukushima Picu Munculnya Spesies Baru Babi 'Radioaktif'
loading...
A
A
A
TOKYO - Peneliti di Jepang mengatakan, sebuah spesies babi baru telah muncul di situs nuklir di Fukushima . Babi "radioaktif" tersebut, jelas peneliti, adalah hasil perkawinan babi ternak dan babi hutan.
Para peneliti mempelajari sampel DNA yang mengungkapkan bahwa babi hutan berkembang biak dengan babi yang melarikan diri dari peternakan dan menciptakan babi hutan yang sekarang menghuni zona yang terkontaminasi.
Studi, yang diterbitkan di jurnal Royal Society, ini difokuskan pada babi hutan di daerah pengungsian Fukushima karena mereka mengalami pertumbuhan populasi mendadak yang diperkirakan meningkat dari 49 ribu menjadi 62 ribu spesies dari tahun 2014 hingga 2018.
Bencana Fukushima memaksa komunitas petani untuk meninggalkan daerah tersebut, yang mengakibatkan pelepasan ternak peliharaan.
Selain itu, berkurangnya gangguan antropogenik karena evakuasi manusia dari sekitar 300 km persegi lahan perkotaan dan pertanian juga telah menyebabkan populasi melonjak, dan hibridisasi intraspesies.
"Dievakuasinya manusia di area yang begitu luas di Fukushima mungkin telah memberikan kondisi yang menguntungkan untuk peningkatan pesat spesies satwa liar yang dapat mengambil manfaat dari lanskap yang secara formal antroposentris," bunyi studi tersebut, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (4/7/2021).
Sebelumnya, para peneliti di Ukraina telah menemukan bahwa bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986 telah menciptakan surga bagi satwa liar di daerah sekitarnya, dengan lynx, bison, rusa dan hewan lain melihat populasi mereka tumbuh dengan pesat berkat zona yang terlarang bagi manusia selama tiga dekade terakhir.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
Para peneliti mempelajari sampel DNA yang mengungkapkan bahwa babi hutan berkembang biak dengan babi yang melarikan diri dari peternakan dan menciptakan babi hutan yang sekarang menghuni zona yang terkontaminasi.
Studi, yang diterbitkan di jurnal Royal Society, ini difokuskan pada babi hutan di daerah pengungsian Fukushima karena mereka mengalami pertumbuhan populasi mendadak yang diperkirakan meningkat dari 49 ribu menjadi 62 ribu spesies dari tahun 2014 hingga 2018.
Bencana Fukushima memaksa komunitas petani untuk meninggalkan daerah tersebut, yang mengakibatkan pelepasan ternak peliharaan.
Selain itu, berkurangnya gangguan antropogenik karena evakuasi manusia dari sekitar 300 km persegi lahan perkotaan dan pertanian juga telah menyebabkan populasi melonjak, dan hibridisasi intraspesies.
"Dievakuasinya manusia di area yang begitu luas di Fukushima mungkin telah memberikan kondisi yang menguntungkan untuk peningkatan pesat spesies satwa liar yang dapat mengambil manfaat dari lanskap yang secara formal antroposentris," bunyi studi tersebut, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (4/7/2021).
Sebelumnya, para peneliti di Ukraina telah menemukan bahwa bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986 telah menciptakan surga bagi satwa liar di daerah sekitarnya, dengan lynx, bison, rusa dan hewan lain melihat populasi mereka tumbuh dengan pesat berkat zona yang terlarang bagi manusia selama tiga dekade terakhir.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
(ian)