Menlu Retno: Alih-alih Bersatu, Banyak Negara Bangun 'Tembok' Pemisah

Selasa, 29 Juni 2021 - 22:49 WIB
loading...
Menlu Retno: Alih-alih Bersatu, Banyak Negara Bangun Tembok Pemisah
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengatakan, saat ini alih-alih memperkuat persatuan, banyak negara justru membangun tembok pemisah. Foto/REUTERS
A A A
ROMA - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengatakan, saat ini alih-alih memperkuat persatuan, banyak negara justru membangun tembok pemisah. Hal itu diungkapkan Retno saat menghadiri pertemuan G20 di Italia.

Dalam pertemuan tersebut, Retno menuturkan, dunia menghadapi banyak tantangan, mulai dari Covid-19, pemulihan ekonomi, sampai ketahanan pangan.

"Untuk hadapi hal tersebut, tidak terdapat pilihan kecuali membuat multilateralisme dan global governance bekerja dengan baik," ucap Retno saat menggelar konferensi pers virtual pada Selasa (29/6/2021).

"Namun disayangkan masih banyak negara yang justru membangun tembok-tembok pemisah di saat justru dunia memerlukan “jembatan-jembatan” untuk mengatasi perbedaan. Saya dorong seluruh negara G20 untuk atasi perbedaan, bangun kesatuan," sambungnya.

Retno mengatakan, dalam pertemuan itu dia menyampaikan tiga hal. Pertama, ungkapnya, G20 harus dapat berfungsi sebagai katalis untuk memperkuat multilateralisme dan mengirim pesan tunggal bahwa dunia harus maju bersama.

"Saya berikan contoh mengenai vaksin. Banyak negara mengatakan bahwa vaksin merupakan barang publik global, maka yang diperlukan adalah meningkatkan komitmen multilateral," ucapnya.

Menurutnya, komitmen multilateral yang perlu ditingkatkan antara lain adalah untuk tiga hal, yaitu melakukan dosis sharing lebih banyak lagi melalui COVAX, mendukung TRIPS waiver melalui WTO dan menyediakan pendanaan untuk menutup kekurangan dana ACT-A.

"Hal kedua yang saya sampaikan adalah pentingnya menjadikan kemitraan global sebagai kenyataan. Caranya? Yaitu dengan menghormati komitmen yang membuahkan hasil konkrit. G20 diharapkan dapat menjadi pemersatu dalam memajukan masa depan yang inklusif, hijau dan lestari," tuturnya.

Dia menyebut, satu hal yang harus dihindari adalah pendekatan “one size fits all”, tetap memberikan “policy space” untuk menyesuaikan dengan kondisi domestik tiap negara dan menyediakan bantuan bagi yang memerlukannya.

"Hal ketiga yang saya sampaikan adalah bahwa G20 harus dapat melakukan revitalisasi institusi multilateral sehingga lebih responsif dan adaptif terhadap perubahan, lebih memperhatikan proses pengambilan keputusan yang adil sehingga menjadi lebih relevan dengan perkembangan dunia yang sangat cepat," tukasnya.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2395 seconds (0.1#10.140)