Junta: Barat dan AS Ingin Myanmar Dipimpin oleh Boneka Mereka
loading...
A
A
A
YANGON - Barat ingin mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab atas Myanmar. Hal itu diungkapkan pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris sebelumnya memberlakukan sanksi terhadap negara itu, sementara Majelis Umum PBB mengadopsi rancangan resolusi yang menyerukan semua negara untuk berhenti menjual senjata ke Myanmar.
Menurut pemimpin militer tersebut, persepsi ambivalen atas peristiwa baru-baru ini di Myanmar dapat dikaitkan dengan niat Barat untuk menghancurkan negaranya.
"Alasan kedua adalah mereka ingin memiliki orang-orang yang berkuasa yang berada di bawah kendali mereka," kata Min Aung Hlaing, seperti dilansir Sputnik pada Senin (28/6/2021).
"Awalnya ada protes. Anda tahu alasan di baliknya, pemilu yang curang. Setelah itu, protes memasuki tahap terorisme dan alasan lain berperan di sini," sambungnya.
Dia menuturkan bahwa tujuan utama dari aksi demonstrasi yang ada bukanlah mengembalikan demokrasi di Myanmar. Tetapi, untuk memberikan negara lain alasan untuk campur tangan secara langsung dalam urusan dalam negeri Myanmar.
"Tujuan akhir (para pengunjuk rasa) mereka adalah agar negara lain secara resmi ikut campur dalam urusan internal negara kita. Agar negara lain campur tangan, mereka membutuhkan situasi yang tidak stabil di negara ini," tukasnya.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris sebelumnya memberlakukan sanksi terhadap negara itu, sementara Majelis Umum PBB mengadopsi rancangan resolusi yang menyerukan semua negara untuk berhenti menjual senjata ke Myanmar.
Menurut pemimpin militer tersebut, persepsi ambivalen atas peristiwa baru-baru ini di Myanmar dapat dikaitkan dengan niat Barat untuk menghancurkan negaranya.
"Alasan kedua adalah mereka ingin memiliki orang-orang yang berkuasa yang berada di bawah kendali mereka," kata Min Aung Hlaing, seperti dilansir Sputnik pada Senin (28/6/2021).
"Awalnya ada protes. Anda tahu alasan di baliknya, pemilu yang curang. Setelah itu, protes memasuki tahap terorisme dan alasan lain berperan di sini," sambungnya.
Dia menuturkan bahwa tujuan utama dari aksi demonstrasi yang ada bukanlah mengembalikan demokrasi di Myanmar. Tetapi, untuk memberikan negara lain alasan untuk campur tangan secara langsung dalam urusan dalam negeri Myanmar.
"Tujuan akhir (para pengunjuk rasa) mereka adalah agar negara lain secara resmi ikut campur dalam urusan internal negara kita. Agar negara lain campur tangan, mereka membutuhkan situasi yang tidak stabil di negara ini," tukasnya.
(ian)