Hacker Malaysia Pro-Palestina Bocorkan Data 280.000 Mahasiswa Israel
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Sekelompok peretas pro- Palestina , yang menyebut diri mereka DragonForce Malaysia, telah membobol dan membocorkan data sekitar 280.000 mahasiswa Israel . Data yang dibocorkan oleh kelompok hacker itu termasuk nama, nomor telepon, alamat email, dan alamat rumah.
Menurut pakar keamanan siber May Brooks-Kempler, pembobolan data tersebut menargetkan mereka yang terdaftar di AcadeMe—situs web Israel yang membantu mahasiswa dan para lulusan menemukan pekerjaan.
Para peretas menggembar-gemborkan serangan siber itu sebagai balas dendam setelah eskalasi baru-baru ini di Gaza antara Hamas dan pasukan Israel.
Secara keseluruhan, jumlah korban tewas di antara warga Palestina di Jalur Gaza, Yerusalem, dan Tepi Barat mencapai 270 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Sedangkan di Israel ada 12 orang yang tewas.
Pertempuran 11 hari itu pecah Mei lalu setelah bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel di Yerusalem Timur atas keputusan pengadilan Israel yang akan mengusir beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah.
Kelompok hacker itu pertama kali mengumumkan pembocoran data melalui aplikasi Telegram awal pekan ini. Mereka bersumpah akan melanjutkan serangan siber mereka.
Dilihat dari postingan di media sosial, ini bukan peretasan pertama yang dilakukan oleh kelompok tersebut, yang menyerukan organisasi internasional dan aktivis hak asasi manusia untuk berkampanye menentang kebijakan Israel. Lebih banyak serangan siber diklaim segera menyusul.
"Ini adalah seruan mendesak bagi semua peretas, organisasi hak asasi manusia dan aktivis di seluruh dunia untuk bersatu kembali dan memulai kampanye melawan Israel, berbagi apa yang sebenarnya terjadi di sana, mengekspos aktivitas teroris mereka kepada dunia. Kami tidak akan pernah tinggal diam terhadap aktivitas perang Israel," tulis kelompok hacker DragonForce Malaysia di Telegram.
Menurut pakar keamanan siber May Brooks-Kempler, pembobolan data tersebut menargetkan mereka yang terdaftar di AcadeMe—situs web Israel yang membantu mahasiswa dan para lulusan menemukan pekerjaan.
Para peretas menggembar-gemborkan serangan siber itu sebagai balas dendam setelah eskalasi baru-baru ini di Gaza antara Hamas dan pasukan Israel.
Secara keseluruhan, jumlah korban tewas di antara warga Palestina di Jalur Gaza, Yerusalem, dan Tepi Barat mencapai 270 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Sedangkan di Israel ada 12 orang yang tewas.
Pertempuran 11 hari itu pecah Mei lalu setelah bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel di Yerusalem Timur atas keputusan pengadilan Israel yang akan mengusir beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah.
Kelompok hacker itu pertama kali mengumumkan pembocoran data melalui aplikasi Telegram awal pekan ini. Mereka bersumpah akan melanjutkan serangan siber mereka.
Dilihat dari postingan di media sosial, ini bukan peretasan pertama yang dilakukan oleh kelompok tersebut, yang menyerukan organisasi internasional dan aktivis hak asasi manusia untuk berkampanye menentang kebijakan Israel. Lebih banyak serangan siber diklaim segera menyusul.
"Ini adalah seruan mendesak bagi semua peretas, organisasi hak asasi manusia dan aktivis di seluruh dunia untuk bersatu kembali dan memulai kampanye melawan Israel, berbagi apa yang sebenarnya terjadi di sana, mengekspos aktivitas teroris mereka kepada dunia. Kami tidak akan pernah tinggal diam terhadap aktivitas perang Israel," tulis kelompok hacker DragonForce Malaysia di Telegram.
(min)