AS Perlu Pikir Ulang Strategi Kesepakatan Nuklir dengan Iran
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mungkin perlu memikirkan kembali strateginya tentang cara terbaik mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran jika tidak ada kesepakatan yang dicapai dalam "masa depan yang dapat diperkirakan".
Pernyataan itu diungkapkan seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri (Deplu) AS saat menanggapi pertanyaan Al Arabiya.
“Kami masih merundingkan setiap masalah, ruang lingkup pencabutan sanksi, ruang lingkup langkah-langkah yang akan diambil Iran untuk kembali mematuhi kewajiban nuklir. Semua itu masih dibahas, jadi kami tidak memiliki kesepakatan sementara tentang apa pun,” ujar pejabat AS itu.
Pejabat itu berbicara kepada wartawan selama briefing telepon dengan syarat anonim. Dia mengatakan, "Proses ini tidak akan terbuka selamanya. Kita memang memiliki perbedaan, dan jika kita tidak dapat menjembatani mereka di masa mendatang, saya pikir kita harus berkumpul kembali dan mencari tahu bagaimana kita bergerak maju.”
AS dan Iran telah terlibat dalam enam putaran pembicaraan tidak langsung di Wina, yang ditengahi Eropa, China dan Rusia untuk menghidupkan lagi kesepakatan nuklir 2015.
Pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memprioritaskan mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran setelah mantan Presiden Donald Trump menarik AS pada 2018.
Perhatian telah kembali ke diskusi yang sedang berlangsung saat Iran memilih Ebrahim Raisi, tokoh garis keras, sebagai presiden baru negara itu.
Pernyataan itu diungkapkan seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri (Deplu) AS saat menanggapi pertanyaan Al Arabiya.
“Kami masih merundingkan setiap masalah, ruang lingkup pencabutan sanksi, ruang lingkup langkah-langkah yang akan diambil Iran untuk kembali mematuhi kewajiban nuklir. Semua itu masih dibahas, jadi kami tidak memiliki kesepakatan sementara tentang apa pun,” ujar pejabat AS itu.
Pejabat itu berbicara kepada wartawan selama briefing telepon dengan syarat anonim. Dia mengatakan, "Proses ini tidak akan terbuka selamanya. Kita memang memiliki perbedaan, dan jika kita tidak dapat menjembatani mereka di masa mendatang, saya pikir kita harus berkumpul kembali dan mencari tahu bagaimana kita bergerak maju.”
AS dan Iran telah terlibat dalam enam putaran pembicaraan tidak langsung di Wina, yang ditengahi Eropa, China dan Rusia untuk menghidupkan lagi kesepakatan nuklir 2015.
Pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memprioritaskan mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran setelah mantan Presiden Donald Trump menarik AS pada 2018.
Perhatian telah kembali ke diskusi yang sedang berlangsung saat Iran memilih Ebrahim Raisi, tokoh garis keras, sebagai presiden baru negara itu.