Belum Sepekan Pertemuan Biden-Putin, AS Kembali Jatuhkan Sanksi pada Rusia

Senin, 21 Juni 2021 - 17:52 WIB
loading...
Belum Sepekan Pertemuan Biden-Putin, AS Kembali Jatuhkan Sanksi pada Rusia
Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang mempersiapkan sanksi baru terhadap Rusia atas kasus peracunan terhadap kritikus Kremlin, Alexei Navalny. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang mempersiapkan sanksi baru terhadap Rusia atas kasus peracunan terhadap kritikus Kremlin, Alexei Navalny. Rencana penjatuhan sanksi ini datang kurang dari sepekan setelah pertemuan Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang diharapkan dapat memperbaiki hubungan kedua negara.

Penasihat Keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan menuturkan, AS dan Eropa saat ini sedang mempersiapkan sanksi tambahan kepada Rusia, karena menggunakan bahan kimia berbahaya meracuni salah satu warganya.

"Kami telah memberikan sanksi kepada Rusia karena meracuni Navalny. Kami mengumpulkan sekutu Eropa dalam upaya bersama untuk mengenakan biaya pada Rusia untuk penggunaan bahan kimia terhadap salah satu warga mereka di tanah Rusia," ucap Sullivan.

AS pada Maret menjatuhkan sanksi kepada Direktur Badan Keamanan Rusia atau FSB setelah menemukan bahwa pihaknya melakukan peracunan terhadap Navalny.

“Kami juga sedang menyiapkan paket sanksi lain untuk diterapkan dalam kasus ini. Kami telah menunjukkan sepanjang jalan kami tidak akan menarik pukulan kami," ujarnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Senin (21/6/2021).

Isu mengenai Navalny sejatinya sudah diangkat Biden dalam pertemuan dengan Putin, di Jenewa pada pertengahan pekan lalu. Di mana, Biden memperingatkan Putinkonsekuensi jikaNavalnymati di penjara.

Berbicara pasca pertemuan itu, tanpa menyebut nama Navalny, Putin mengatakan bahwa dia berhak dipenjara karena sengaja melanggar pembebasan bersyarat, dengan Yayasan Anti-Korupsinya diakui sebagai organisasi ekstremis karena menyerukan kerusuhan massal dan menyerang polisi.

Putin, kemudian berpendapat bahwa AS tidak dalam posisi untuk menjadi contoh penghormatan terhadap HAM. Dia mengutip keberadaan kamp penahanan AS di Teluk Guantanamo, Kuba, serta perlakuan terhadap orang-orang yang menentang pemilihan Biden, mengacu pada penggerebekan US Capitol Januari lalu.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1804 seconds (0.1#10.140)