Viral, Tentara Sri Lanka Paksa Sejumlah Muslim Berlutut di Jalan

Senin, 21 Juni 2021 - 10:18 WIB
loading...
Viral, Tentara Sri Lanka Paksa Sejumlah Muslim Berlutut di Jalan
Sejumlah pria muslim dipaksa berlutut di jalan oleh tentara bersenjata Sri Lanka sebagai hukuman karena melanggar lockdown COVID-19. Foto/The Hindu
A A A
COLOMBO - Militer Sri Lanka meluncurkan penyelidikan hari ini (21/6/2021) setelah postingan yang viral di media sosial menunjukkan tentara memaksa sejumlah pria muslim berlutut di jalan. Tindakan tentara itu diklaim sebagai hukuman karena melanggar lockdown COVID-19.

Para tentara bersenjata memerintahkan sejumlah warga sipil muslim untuk mengangkat tangan mereka ke udara sambil berlutut di sebuah jalan di kota Eravur, sekitar 300 kilometer sebelah timur Ibu Kota Sri Lanka, Colombo.



Penduduk setempat mengatakan mereka menganggap perintah tentara itu merendahkan dan memalukan. Sementara para pejabat mengakui bahwa pasukan militer tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan hukuman seperti itu.

Para warga sipil yang dipaksa berlutut di jalan itu awalnya sedang dalam perjalanan ke dua restoran untuk membeli makanan.

"Investigasi awal Polisi Militer telah dimulai setelah foto-foto tertentu menjadi viral yang menggambarkan dugaan pelecehan di daerah Eravur," kata militer Sri Lanka dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.

Pejabat yang bertanggung jawab telah dipindahkan dan tentara yang terlibat diperintahkan untuk meninggalkan kota.

“Tentara akan menerapkan tindakan disipliner yang paling ketat terhadap semua personel militer yang bersalah,” imbuh pernyataan militer.



Sri Lanka berada di bawah penguncian atau lockdown selama sebulan untuk menahan gelombang ketiga infeksi virus corona SARS COv-2 penyebab COVID-19. Jumlah kematian akibat virus itu telah meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 2.531 sejak pertengahan April.

Militer, yang menghadapi tuduhan kejahatan perang dalam perang separatis Tamil selama beberapa dekade yang berakhir pada 2009, telah dikerahkan untuk membantu polisi dan otoritas kesehatan menegakkan pembatasan pergerakan untuk mengekang penyebaran virus.

Pemerintah berturut-turut telah membantah bahwa pasukan menewaskan sekitar 40.000 warga sipil dalam tahap akhir perang separatis, yang merenggut lebih dari 100.000 jiwa secara total antara tahun 1972 dan 2009.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)