AS Tarik Sistem Rudal Patriot dari Arab Saudi, Riyadh Tunjukkan Kekuatannya
loading...
A
A
A
RIYADH - Militer Riyadh menunjukkan kekuatannya setelah Amerika Serikat (AS) menarik sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD dari Arab Saudi. Sebagai pembuktiannya, militer kerajaan telah menembak jatuh sekitar 17 drone bersenjata yang diluncurkan pemberontak Houthi Yaman dalam satu hari.
Washington pada hari Jumat pekan lalu mengatakan pihaknya mengurangi jumlah pasukan dan unit pertahanan udara yang dikerahkan ke Timur Tengah, termasuk baterai sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD, dari Arab Saudi.
“Ini tidak akan memengaruhi pertahanan udara Saudi,” kata pejabat militer Arab Saudi, Turki al-Maliki, yang juga menjabat juru bicara Koalisi Arab pimpinan Saudi.
“Kami memiliki pemahaman yang kuat dengan...sekutu kami tentang ancaman di kawasan ini. Kami memang memiliki kemampuan untuk membela negara kami," ujarnya.
Penarikan tentara, jet tempur dan sistem pertahanan rudal AS dari Arab Saudi, Yordania, Kuwait dan Irak terjadi ketika pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha meredakan ketegangan dengan Iran.
Maliki tidak mengungkapkan berapa banyak baterai sistem Patriot yang dimiliki kerajaan saat ini.
Pada bulan April, Yunani mengatakan akan meminjamkan baterai sistem Patriot ke Arab Saudi untuk melindungi infrastruktur energi kritisnya.
Arab Saudi, yang telah memimpin koalisi militer melawan Houthi Yaman sejak 2015, sangat bergantung pada sistem perahanan rudal Patriot buatan AS untuk mencegat rudal dan drone yang ditembakkan ke kerajaan hampir setiap hari oleh pemberontak Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran.
Maliki, seperti dikutip AFP, Senin (21/6/2021), mengatakan pertahanan udara Arab Saudi mencegat total 17 drone Houthi pada hari Sabtu. Itu merupakan jumlah tertinggi dalam satu hari sejak konflik dimulai.
Awal bulan ini, sebuah pesawat tak berawak bermuatan bom yang diluncurkan oleh Houthi menabrak sebuah sekolah perempuan di provinsi Asir selatan, Arab Saudi. Tidak ada cedera yang dilaporkan dalam serangan itu.
Tetapi selama tur media pada hari Minggu di sekolah itu, yang atapnya dipenuhi pecahan pecahan kaca, bantalan bola dan logam bengkok, para pejabat mengatakan beberapa orang tua yang ketakutan menolak mengirim anak-anak mereka untuk menghadiri kelas.
"Arab Saudi tidak dapat menutupi seluruh negara dengan Patriot," kata seorang pejabat setempat.
"Tidak ada target militer di sini...jelas Houthi sengaja menyerang warga sipil," katanya lagi.
Eskalasi itu terjadi ketika dorongan diplomatik oleh PBB, Amerika Serikat dan negara-negara regional untuk mengamankan gencatan senjata di Yaman setelah lebih dari enam tahun konflik yang menghancurkan telah gagal.
Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths pada hari Selasa pekan lalu mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa usahanya selama tiga tahun terakhir untuk mengakhiri perang telah sia-sia.
Yaman telah dihancurkan oleh perang saudara antara pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi dan pasukan pemberontak Houthi yang didukung Iran sejak 2014. Menurut PBB, jutaan warga sipil di negara itu berada di ambang kelaparan.
Washington pada hari Jumat pekan lalu mengatakan pihaknya mengurangi jumlah pasukan dan unit pertahanan udara yang dikerahkan ke Timur Tengah, termasuk baterai sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD, dari Arab Saudi.
“Ini tidak akan memengaruhi pertahanan udara Saudi,” kata pejabat militer Arab Saudi, Turki al-Maliki, yang juga menjabat juru bicara Koalisi Arab pimpinan Saudi.
“Kami memiliki pemahaman yang kuat dengan...sekutu kami tentang ancaman di kawasan ini. Kami memang memiliki kemampuan untuk membela negara kami," ujarnya.
Penarikan tentara, jet tempur dan sistem pertahanan rudal AS dari Arab Saudi, Yordania, Kuwait dan Irak terjadi ketika pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha meredakan ketegangan dengan Iran.
Maliki tidak mengungkapkan berapa banyak baterai sistem Patriot yang dimiliki kerajaan saat ini.
Pada bulan April, Yunani mengatakan akan meminjamkan baterai sistem Patriot ke Arab Saudi untuk melindungi infrastruktur energi kritisnya.
Arab Saudi, yang telah memimpin koalisi militer melawan Houthi Yaman sejak 2015, sangat bergantung pada sistem perahanan rudal Patriot buatan AS untuk mencegat rudal dan drone yang ditembakkan ke kerajaan hampir setiap hari oleh pemberontak Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran.
Maliki, seperti dikutip AFP, Senin (21/6/2021), mengatakan pertahanan udara Arab Saudi mencegat total 17 drone Houthi pada hari Sabtu. Itu merupakan jumlah tertinggi dalam satu hari sejak konflik dimulai.
Awal bulan ini, sebuah pesawat tak berawak bermuatan bom yang diluncurkan oleh Houthi menabrak sebuah sekolah perempuan di provinsi Asir selatan, Arab Saudi. Tidak ada cedera yang dilaporkan dalam serangan itu.
Tetapi selama tur media pada hari Minggu di sekolah itu, yang atapnya dipenuhi pecahan pecahan kaca, bantalan bola dan logam bengkok, para pejabat mengatakan beberapa orang tua yang ketakutan menolak mengirim anak-anak mereka untuk menghadiri kelas.
"Arab Saudi tidak dapat menutupi seluruh negara dengan Patriot," kata seorang pejabat setempat.
"Tidak ada target militer di sini...jelas Houthi sengaja menyerang warga sipil," katanya lagi.
Eskalasi itu terjadi ketika dorongan diplomatik oleh PBB, Amerika Serikat dan negara-negara regional untuk mengamankan gencatan senjata di Yaman setelah lebih dari enam tahun konflik yang menghancurkan telah gagal.
Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths pada hari Selasa pekan lalu mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa usahanya selama tiga tahun terakhir untuk mengakhiri perang telah sia-sia.
Yaman telah dihancurkan oleh perang saudara antara pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi dan pasukan pemberontak Houthi yang didukung Iran sejak 2014. Menurut PBB, jutaan warga sipil di negara itu berada di ambang kelaparan.
(min)