Simulasikan Serangan, Kapal Selam Zionis Tak Tahu Israel dan Hamas Perang 11 Hari

Jum'at, 11 Juni 2021 - 10:52 WIB
loading...
Simulasikan Serangan, Kapal Selam Zionis Tak Tahu Israel dan Hamas Perang 11 Hari
Kapal selam Leviathan dan kapal selam lain milik Israel di sekitar pelabuhan Haifa, 9 Juni 2021. Foto/REUTERS/Amir Cohen
A A A
HAIFA - Ketika perang pecah 11 hari di Gaza bulan lalu dan ribuan roket menghujani Israel , orang-orang yang mengoperasikan kapal selam Leviathan Angakatan Laut Israel tidak tahu apapun yang terjadi di darat. Saat perang itulah, kapal selam tersebut menyelam untuk mensimulasikan serangan.

Militer Israel tidak memberitahu para kru kapal selam itu agar misi mereka tidak terganggu.



"Kami secara definisi diam-diam dan, sampai taraf tertentu, terisolasi di laut. Kinerja kami bergantung pada fokus kami," kata seorang perwira senior Angkatan Laut yang menolak diidentifikasi kepada Reuters di atas kapal Leviathan selama pelatihan.

Spekulasi telah menyeruak tentang peran armada lima kapal selam kelas Dolphin Israel, yang masing-masing harganya sekitar USD500 juta. Yang keenam dipesan dari pabrikan Jerman.

Beberapa analis menyatakan kapal selama ini diduga mampu meluncurkan rudal berhulu ledak nuklir.

Sekitar sepertiga ukuran raksasa kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat atau Rusia, dan dengan mesin diesel-listrik yang membatasi durasi bawah air hingga dua atau tiga minggu, kapal selam kelas Dolphin ini dirancang terutama untuk berpatroli di pantai Mediterania.

Namun pada 2019 Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga menugaskan Angkatan Laut untuk menangani musuh bebuyutan Israel; Iran.

Pada bulan Januari, sebuah kapal selam kelas Dolphin Israel melakukan kunjungan langka ke Laut Merah, di mana beberapa kapal yang terkait dengan Iran telah disabotase.



Bagian senjata bawah dek kapal selam Leviathan terlarangbagiReuters. Begitu juga diskusi tentang operasi yang sebenarnya.

Mengayunkan periskop untuk mengintip kapal kargo di atas, kapten memerintahkan penyelaman yang lebih dalam dan simulasi serangan. Tampilan ruang kontrol menunjukkan tabung torpedo Leviathan "kebanjiran" atau tanda siap diluncurkan.

Lantainya miring, kru ruang kontrol bersandar pada tanjakan. Beberapa puluh meter ke bawah, Leviathan beralih dari diesel ke tenaga listrik. Untuk menjaga ketenangan yang dihasilkan, para awak melewati penargetan dan perintah tembakan dalam gumaman, diperkuat dengan ketukan jari di punggung rekan-rekan.

Seorang pembicara menyiarkan sinyal sonar torpedo: seperti nyanyian jangkrik, meningkat secara mendesak lalu terdiam saat targetnya "tenggelam".

Perwira senior itu mengatakan jumlah kru operasional inti kepal selam kelas Dolphin adalah 45 orang, dengan usia rata-rata 22 tahun. Sepuluh orang atau lebih dapat "diperas" untuk pelatihan atau penempatan sebagai manusia katak.

Menurut perwira itu, di pelabuhan asal mereka di Haifa, sebuah hanggar terbenteng melindungi kapal-kapal selam kelas Dolphin dari serangan roket atau mata musuh. Awak kapal diperkirakan akan melaut dalam waktu yang sangat singkat.

Nama Leviathan diambil dari nama paus Alkitabiah. Makan, seperti di tempat lain di militer Israel, halal. Itu berarti peralatan dapur terpisah untuk daging dan susu yang, di Leviathan, mengakibatkan tumpahan peralatan makan disimpan di koridor.

Doa mendahului makan Sabat, dengan berkat atas jus anggur, bukan anggur. Air laut yang dimurnikan memungkinkan untuk mandi dan mencuci secara teratur dengan tangan. Sepeda statis, permainan papan, dan video mengulur waktu.

Tempat sempit berarti awak kapal selam junior berputar tiga ke tempat tidur. Dalam perjalanan yang lebih jauh, beberapa mengenakan pakaian kasual, dan semua orang menggunakan nama depan kecuali kapten dan first mate.

Kapal selam kelas Dolphin adalah di antara segelintir unit militer Israel yang personelnya harus kehilangan kewarganegaraan lain yang mereka miliki, tindakan pencegahan terhadap tekanan untuk memata-matai kekuatan asing.

Hampir tidak ada "pembagian" selama misi. Menurut perwira senior tersebut, awak diberi tahu tentang rencana rahasia untuk menciptakan rasa tujuan bersama.

Beberapa analis berspekulasi bahwa kapal selam dapat berfungsi sebagai apa yang disebut sebagai platform "serangan kedua" yang mampu meluncurkan rudal nuklir secara mandiri, pencegah terhadap serangan mendadak.

“Akan jauh lebih sulit untuk memastikan menghancurkan kapal selam yang tenggelam,” kata Norman Friedman, seorang sarjana di US Naval Institute.

"Jika Israel mengerahkan rudal yang diluncurkan dari kapal selam, saya akan menaruh uang saya untuk sebuah rudal jelajah," ujarnya yang dilansir Jumat (11/6/2021).

Israel, yang tidak mengonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, bertujuan untuk mencegah Iran mendapatkan persenjataan tersebut. Iran mengatakan program nuklirnya untuk tujuan damai, namun negara itu juga menyerukan kematian Israel.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1170 seconds (0.1#10.140)