Menlu Retno: Laut China Selatan 'Ujian' bagi Hubungan China-ASEAN
loading...
A
A
A
BEIJING - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menuturkan, Laut China Selatan merupakan ujian bagi hubungan ASEAN dan China. Hal itu diungkapkan Retno pasca menghadiri pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN-China di Chongqing.
Berbicara saat menggelar konferensi pers virtual, Retno menuturkan, dalam pertemuan itu dia menekankan bahwa kemampuan mengelola Laut China Selatan akan menjadi ujian bagi hubungan kedua pihak.
"ASEAN dan China harus segera melanjutkan pembahasan Code of Conduct yang kemajuannya saat ini sangat lambat. Kita berharap perundingan ini cepat selesai dengan hasil yang efektif dan substantif," ucapnya pada Senin (7/6/2021).
Terkait dengan hal ini, Retno menyatakan bahwaIndonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan negosiasi Code of Conduct di Jakarta dalam waktu dekat.
Retno mengatakan bahwa Indonesia juga mendorong agar semua pihak terus mematuhi pelaksanaan Declaration of Conduct (DOC) termasuk menahan diri.
"Saya mengulangi kembali bahwa kemampuan kita mengelola Laut China Selatan akan dapat memperkuat kemitraan kita yang setara, saling menguntungkan dan sangat diperlukan bagi perdamaian dan stabilitas global," ujarnya.
Semua, jelas Retno, harus dilakukan sesuai dengan Konvensi PBBtentang Hukum Laut atau UNCLOS 1982.
Berbicara saat menggelar konferensi pers virtual, Retno menuturkan, dalam pertemuan itu dia menekankan bahwa kemampuan mengelola Laut China Selatan akan menjadi ujian bagi hubungan kedua pihak.
"ASEAN dan China harus segera melanjutkan pembahasan Code of Conduct yang kemajuannya saat ini sangat lambat. Kita berharap perundingan ini cepat selesai dengan hasil yang efektif dan substantif," ucapnya pada Senin (7/6/2021).
Terkait dengan hal ini, Retno menyatakan bahwaIndonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan negosiasi Code of Conduct di Jakarta dalam waktu dekat.
Retno mengatakan bahwa Indonesia juga mendorong agar semua pihak terus mematuhi pelaksanaan Declaration of Conduct (DOC) termasuk menahan diri.
"Saya mengulangi kembali bahwa kemampuan kita mengelola Laut China Selatan akan dapat memperkuat kemitraan kita yang setara, saling menguntungkan dan sangat diperlukan bagi perdamaian dan stabilitas global," ujarnya.
Semua, jelas Retno, harus dilakukan sesuai dengan Konvensi PBBtentang Hukum Laut atau UNCLOS 1982.
(ian)