Khamenei: Iran Ingin Tindakan, Bukan Janji Hidupkan Kesepakatan Nuklir
loading...
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Teheran menginginkan tindakan dan bukan janji dari enam kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
"Saya telah memberi tahu para perunding kami bahwa tindakan, bukan janji (oleh enam kekuatan), diperlukan untuk pemulihan kesepakatan nuklir," ujar Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi nasional Iran.
Teheran dan kekuatan global telah melakukan pembicaraan sejak awal April yang bertujuan mengembalikan Washington dan Teheran ke dalam kepatuhan penuh dengan kesepakatan nuklir 2015.
Mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 mengeluarkan AS dan kesepakatan itu lalu menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.
Sebagai reaksi terhadap sanksi, Teheran telah membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya.
Iran juga memperkaya uranium ke tingkat kemurnian fisil yang lebih tinggi dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.
Sementara utusan Uni Eropa yang mengoordinasikan pembicaraan pada Rabu mengatakan dia yakin kesepakatan akan dicapai pada putaran berikutnya mulai pekan depan.
Para diplomat senior lainnya mengatakan keputusan paling sulit ada di depan.
Israel dan Arab Saudi sangat menentang jika AS kembali ke kesepakatan nuklir tersebut.
AS sejak era Trump menuntut Iran membuat negosiasi baru yang lebih luas untuk menghentikan aktivitas Teheran di negara-negara lain di kawasan dan membatasi program rudalnya.
Iran menolak upaya AS membuat kesepakatan baru terkait aktivitas internasional Teheran dan program rudalnya.
"Saya telah memberi tahu para perunding kami bahwa tindakan, bukan janji (oleh enam kekuatan), diperlukan untuk pemulihan kesepakatan nuklir," ujar Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi nasional Iran.
Teheran dan kekuatan global telah melakukan pembicaraan sejak awal April yang bertujuan mengembalikan Washington dan Teheran ke dalam kepatuhan penuh dengan kesepakatan nuklir 2015.
Mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 mengeluarkan AS dan kesepakatan itu lalu menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.
Sebagai reaksi terhadap sanksi, Teheran telah membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya.
Iran juga memperkaya uranium ke tingkat kemurnian fisil yang lebih tinggi dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.
Sementara utusan Uni Eropa yang mengoordinasikan pembicaraan pada Rabu mengatakan dia yakin kesepakatan akan dicapai pada putaran berikutnya mulai pekan depan.
Para diplomat senior lainnya mengatakan keputusan paling sulit ada di depan.
Israel dan Arab Saudi sangat menentang jika AS kembali ke kesepakatan nuklir tersebut.
AS sejak era Trump menuntut Iran membuat negosiasi baru yang lebih luas untuk menghentikan aktivitas Teheran di negara-negara lain di kawasan dan membatasi program rudalnya.
Iran menolak upaya AS membuat kesepakatan baru terkait aktivitas internasional Teheran dan program rudalnya.
(sya)