Sosok Isaac Herzog, Presiden Baru Israel Cucu Eks Rabi Yahudi Palestina
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Isaac Herzog terpilih sebagai presiden baru Israel . Dia dikenal sebagai politisi veteran yang berbicara lembut dan kakeknya pernah menjadi kapala rabi atau imam Yahudi Palestina .
Pemilihan Isaac Herzog oleh anggota Parlemen atau Knesset sebagai presiden baru Israel, dengan latar belakang pertimbangan koalisi yang dapat mengakhiri cengkeraman lama Benjamin Netanyahu pada kekuasaan sebagai perdana menteri negara itu, adalah bagian yang simetris dan tentu saja simbolis.
Seperti yang ditulis Allison Kaplan Somer di surat kabar Haaretz yang berhaluan kiri, Herzog sedekat mungkin dengan “royalty” seperti yang dapat dibayangkan oleh sistem politik Israel, bagian dari elite Ashkenazi yang dulu dominan—mengacu pada orang Yahudi yang datang dari Eropa—yang membentuk negara Israel selama beberapa dekade setelah didirikan pada tahun 1948.
Isaac Herzog adalah putra dari Chaim Herzog kelahiran Irlandia, yang menjabat sebagai presiden Israel dari tahun 1983 hingga 1993. Mengutip The Guardian, Kamis (3/6/2021), kakeknya Rabi Yitzhak Halevi Herzog adalah kepala rabi pertama Irlandia selama lebih dari satu dekade, sebelum menjadi kepala rabi Palestina—saat itu masih bernama British Mandate of Palestine—, dan kemudian kepala rabi Israel sampai tahun 1959.
Pamannya; Abba Eban, merupakan diplomat paling terkenal di negara itu, yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan duta besar Israel untuk PBB dan Amerika Serikat (AS).
Total 120 anggota Knesset memilih Herzog daripada Miriam Peretz, yang dipandang lebih dekat dengan kubu politik konservatif dan nasionalis negara itu, untuk menggantikan Presiden Reuvin Rivlin yang populer—yang berasal dari partai Likud, separtai dengan Netanyahu.
Partai Buruh yang dulu kuat yang dipimpin oleh Herzog, seorang pengacara kaya, kehilangan pengaruh dalam rekonfigurasi politik Israel ke arah kanan di bawah Netanyahu.
Herzog tidak biasa di dunia politik Israel yang macho, sering kejam karena ia dianggap lebih lembut berbicara, hormat, dan bahkan hambar daripada banyak orang sezamannya.
Beberapa pengamat menyalahkan sifat ini atas kegagalannya mencapai ambisi pertamanya menjadi perdana menteri.
Karier politik Herzog dimulai sebagai sekretaris kabinet Ehud Barak antara 1999 dan 2000. Dia kemudian mencalonkan diri sebagai anggota Knesset dari Partai Buruh antara 2003 dan 2018, menaiki tangga dengan berbagai jabatan menteri hingga naik memimpin partai dari 2013-2018—membuatnya tidak berhasil mencalonkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2015.
Setelah kehilangan kepemimpinan partai, pada tahun 2018 dia diangkat sebagai ketua Badan Yahudi, sebuah badan profil tinggi yang menjadi penghubung antara Israel dan diaspora Yahudi, dalam peran yang membantunya terus memupuk koneksi politik dan tampil di panggung nasional dan internasional.
Netanyahu, yang tidak berhasil menentang ambisi Rivlin untuk peran yang sama, tidak mengungkapkan preferensi antara Herzog dan Peretz sebelum pemilihan. Beberapa pengamat menyatakan dia tidak ingin mendukung kuda yang salah untuk presiden, posisi yang memegang kekuasaan untuk mengampuni pelanggaran pidana di bawah "hukum dasar" negara itu.
Untuk saat ini, pertanyaannya adalah apakah pemilihan Herzog menandai tanda-tanda perubahan cuaca politik Israel—setidaknya, dalam hal politik dalam negeri.
Yang jelas ambisinya. Dalam pidato pertamanya setelah pemilihannya, Herzog mengatakan dia bermaksud “membangun jembatan” dalam masyarakat Israel dan dengan diaspora Yahudi dan “menjaga fondasi demokrasi Israel”—proses yang dituduh merusak oleh Netanyahu.
Pemilihan Isaac Herzog oleh anggota Parlemen atau Knesset sebagai presiden baru Israel, dengan latar belakang pertimbangan koalisi yang dapat mengakhiri cengkeraman lama Benjamin Netanyahu pada kekuasaan sebagai perdana menteri negara itu, adalah bagian yang simetris dan tentu saja simbolis.
Seperti yang ditulis Allison Kaplan Somer di surat kabar Haaretz yang berhaluan kiri, Herzog sedekat mungkin dengan “royalty” seperti yang dapat dibayangkan oleh sistem politik Israel, bagian dari elite Ashkenazi yang dulu dominan—mengacu pada orang Yahudi yang datang dari Eropa—yang membentuk negara Israel selama beberapa dekade setelah didirikan pada tahun 1948.
Isaac Herzog adalah putra dari Chaim Herzog kelahiran Irlandia, yang menjabat sebagai presiden Israel dari tahun 1983 hingga 1993. Mengutip The Guardian, Kamis (3/6/2021), kakeknya Rabi Yitzhak Halevi Herzog adalah kepala rabi pertama Irlandia selama lebih dari satu dekade, sebelum menjadi kepala rabi Palestina—saat itu masih bernama British Mandate of Palestine—, dan kemudian kepala rabi Israel sampai tahun 1959.
Pamannya; Abba Eban, merupakan diplomat paling terkenal di negara itu, yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan duta besar Israel untuk PBB dan Amerika Serikat (AS).
Total 120 anggota Knesset memilih Herzog daripada Miriam Peretz, yang dipandang lebih dekat dengan kubu politik konservatif dan nasionalis negara itu, untuk menggantikan Presiden Reuvin Rivlin yang populer—yang berasal dari partai Likud, separtai dengan Netanyahu.
Partai Buruh yang dulu kuat yang dipimpin oleh Herzog, seorang pengacara kaya, kehilangan pengaruh dalam rekonfigurasi politik Israel ke arah kanan di bawah Netanyahu.
Herzog tidak biasa di dunia politik Israel yang macho, sering kejam karena ia dianggap lebih lembut berbicara, hormat, dan bahkan hambar daripada banyak orang sezamannya.
Beberapa pengamat menyalahkan sifat ini atas kegagalannya mencapai ambisi pertamanya menjadi perdana menteri.
Karier politik Herzog dimulai sebagai sekretaris kabinet Ehud Barak antara 1999 dan 2000. Dia kemudian mencalonkan diri sebagai anggota Knesset dari Partai Buruh antara 2003 dan 2018, menaiki tangga dengan berbagai jabatan menteri hingga naik memimpin partai dari 2013-2018—membuatnya tidak berhasil mencalonkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2015.
Setelah kehilangan kepemimpinan partai, pada tahun 2018 dia diangkat sebagai ketua Badan Yahudi, sebuah badan profil tinggi yang menjadi penghubung antara Israel dan diaspora Yahudi, dalam peran yang membantunya terus memupuk koneksi politik dan tampil di panggung nasional dan internasional.
Netanyahu, yang tidak berhasil menentang ambisi Rivlin untuk peran yang sama, tidak mengungkapkan preferensi antara Herzog dan Peretz sebelum pemilihan. Beberapa pengamat menyatakan dia tidak ingin mendukung kuda yang salah untuk presiden, posisi yang memegang kekuasaan untuk mengampuni pelanggaran pidana di bawah "hukum dasar" negara itu.
Untuk saat ini, pertanyaannya adalah apakah pemilihan Herzog menandai tanda-tanda perubahan cuaca politik Israel—setidaknya, dalam hal politik dalam negeri.
Yang jelas ambisinya. Dalam pidato pertamanya setelah pemilihannya, Herzog mengatakan dia bermaksud “membangun jembatan” dalam masyarakat Israel dan dengan diaspora Yahudi dan “menjaga fondasi demokrasi Israel”—proses yang dituduh merusak oleh Netanyahu.
(min)