Inggris Amankan Komitmen G7 Soal Perubahan Iklim dan Hentikan Hilangnya Keanekaragaman Hayati

Selasa, 25 Mei 2021 - 22:23 WIB
loading...
Inggris Amankan Komitmen G7 Soal Perubahan Iklim dan Hentikan Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Menteri Lingkungan dan Iklim G7 berkomitmen untuk melindungi daratan dan lautan demi mengurangi kurva hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030. Foto/REUTERS
A A A
LONDON - Menteri Lingkungan dan Iklim G7 berkomitmen untuk melindungi daratan dan lautan demi mengurangi kurva hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030. Mereka juga berkomitmen untuk menghentikan bantuan baru langsung dari pemerintah untuk bahan bakar fosil internasional.

Semua anggota G7 menandatangani inisiatif global '30x30' untuk melestarikan atau melindungi setidaknya 30 persen daratan dunia dan setidaknya 30 persen lautan dunia pada tahun 2030, serta berkomitmen untuk '30x30' secara nasional.

Tahun ini sudah menjadi 'G7 nol bersih' yang pertama, dengan semua negara berkomitmen untuk mencapai emisi nol karbon paling lambat pada tahun 2050, dengan target pengurangan emisi yang signifikan pada tahun 2020-an.

Melangkah lebih jauh dengan mendukung transisi ke energi hijau di luar G7, kelompok tersebut juga setuju untuk menghentikan pendanaan pemerintah untuk proyek bahan bakar fosil secara global, menyusul komitmen utama yang dibuat oleh Inggris pada bulan Desember.

Sebagai langkah pertama, negara-negara G7 akan mengakhiri semua pembiayaan baru untuk tenaga batu bara pada akhir tahun 2021, diimbangi dengan peningkatan dukungan untuk alternatif energi bersih seperti matahari dan angin. Juga disepakati untuk mempercepat transisi dari kapasitas batu bara yang masih kuat ke sistem tenaga dekarbonisasi yang sangat besar pada tahun 2030-an.

G7 telah sepakat untuk meningkatkan jumlah pendanaan untuk aksi iklim, termasuk untuk alam, guna memenuhi target $100 miliar per tahun untuk mendukung negara-negara berkembang.

Selain itu, G7 telah berkomitmen untuk memperjuangkan berbagai target keanekaragaman hayati global yang ambisius dan efektif, termasuk kesepakatan kerangka keanekaragaman hayati global yang ambisius dan efektif pada Konvensi Keanekaragamanhayati (CBD) COP15 akhir tahun ini.

Langkah-langkah untuk mengatasi deforestasi global juga diamankan, dengan G7 berkomitmen untuk meningkatkan dukungan bagi rantai pasokan berkelanjutan yang memisahkan produksi pertanian dari deforestasi dan degradasi hutan, termasuk produksi yang berasal dari konversi lahan ilegal.

Menteri Inggris untuk Urusan Lingkungan, Pangan dan Pedesaan Inggris, George Eustice mengatakan bahwa untuk pertama kalinya G7 berkomitmen untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030.

Menurut Eustice, ini adalah langkah maju yang besar sebelum Inggris menjadi tuan rumah G7 di Cornwall bulan depan dan merupakan tanda dedikasi untuk mempercepat tindakan dalam G7, dan seterusnya untuk mengatasi tantangan ganda perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

“Kami telah melihat kemajuan luar biasa minggu ini dan sangat gembira melihat negara-negara bekerja sama untuk meningkatkan ambisi kami dan memimpin dengan tauladan dengan memainkan peran masing-masing," ujar Eustice, seperti dikutip Sindonews dari siaran pers Kedutaan Besar Inggris di Jakarta pada Selasa (25/5/2021).

Sementara itu Presiden Terpilih COP26 Alok Sharma mengatakan bahwa ini adalah net zero pertama G7.

“Di bawah Kepresidenan kerajaan Inggris Raya, G7 menunjukkan kepemimpinan yang hebat dalam menangani perubahan iklim dan memastikan mereka yang paling terkena dampaknya terlindungi dengan lebih baik. Saat kita pulih dari pandemi, kita fokus kembali pada pembangunan yang lebih hijau - menciptakan lapangan kerja dan kemakmuran, tanpa merusak planet ini," ungkap Sharma.

“Kami sadar bahwa kita harus meninggalkan penggunaaan batu bara dan G7 telah mengambil langkah besar menuju sistem tenaga dekarbonisasi. Tindakan yang kami ambil di luar Inggris, sama seperti yang kami lakukan di dalam negeri, yaitu dengan sepakat menghentikan pendanaan bahan bakar fosil internasional, dimulai dengan batu bara - tonggak penting lain di tahun yang juga penting untuk aksi iklim," sambungnya.

Sharma berharap dapat melanjutkan pekerjaan ini seiring dengan kemajuan yang dicapai menjelang COP26 di Glasgow akhir tahun ini dan mempertahankan target 1,5 derajat dalam jangkauan.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0890 seconds (0.1#10.140)