Aktivis Anti-Perang Yahudi Lukis 'Sungai Darah' di Tangga Konsulat Israel

Sabtu, 22 Mei 2021 - 21:09 WIB
loading...
Aktivis Anti-Perang Yahudi Lukis Sungai Darah di Tangga Konsulat Israel
Aktivis anti perang Yahudi melukis sungai darah di tangga Konsulat Israel di Toronto, Kanada. Foto/Russia Today
A A A
TORONTO - Tangga di luar konsulat Israel di Toronto, Kanada , diberi percikan cat warna merah oleh kelompok anti-perang Yahudi dan aktivis perdamaian untuk melambangkan "darah di tangan Israel". Misi Israel pun mengecam aksi tersebut sebagai vandalisme.

Anggota Suara Yahudi Independen (IJV), World Beyond War dan kelompok aktivis lainnya berkumpul di Konsulat Israel pada Jumat waktu setempat untuk memprotes pertumpahan darah dari kekerasan Israel di Jalur Gaza , yang menyaksikan pertempuran 11 hari berturut-turut antara Tel Aviv dan militan Palestina .

“Kami di sini untuk memastikan bahwa darah di tangan Israel terlihat, jadi kami telah memasang simbol darah yang keluar dari pintu,” kata Rabbi David Mivasair, anggota IJV, dalam video di Facebook saat dia berdiri di luar konsulat.



"Tidak ada yang bisa masuk ke kantor pemerintah Israel ini di sini di Kanada tanpa melihat tentang apa Israel itu. Kami membuatnya terlihat," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (22/5/2021).

Protes itu terjadi kurang dari 24 jam setelah kesepakatan gencatan senjata dicapai antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza, yang dimediasi oleh Mesir dan mulai berlaku pada Jumat pagi. Para aktivis tetap mengutuk ledakan kekerasan, yang menyebabkan ratusan serangan udara IDF dan ribuan roket Hamas ditembakkan ke kota-kota Israel.

Rachel Small, seorang penyelenggara World Beyond War, mengatakan bahwa sementara kelompok itu didorong oleh gencatan senjata, mereka tidak akan membiarkan darah, kematian, kehancuran pemerintah Israel menjadi tidak terlihat.



Dalam sebuah pernyataan kepada CTV News Toronto, kepala Konsulat Israel, Galit Baram, mengutuk tindakan tersebut sebagai vandalisme. Ia menambahkan bahwa operasi Tel Aviv di Gaza untuk membela diri.

"Israel dipaksa untuk membela warganya," katanya. "Israel melakukannya dengan cara bedah, terkontrol, dalam upaya untuk menghilangkan infrastruktur teror Hamas, sambil melakukan upaya substansial untuk membatasi korban sipil," terangnya.

Menurut pejabat kesehatan Gaza setidaknya 232 warga Palestina tewas dalam pertempuran itu, termasuk 65 anak-anak. Sementara otoritas Israel mengatakan 12 warga tewas, di antaranya dua pemuda.



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada hari Jumat bahwa lebih dari 8.500 orang terluka di Gaza, sementara sekitar 30 rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya rusak atau hancur oleh serangan Israel. Blok apartemen, kantor media, kamp pengungsi yang ramai, serta situs pengujian dan vaksinasi virus Corona utama Gaza juga menjadi sasaran serangan udara.

Gejolak terbaru dimulai dengan sungguh-sungguh pada 10 Mei, menyusul serangkaian aksi protes panas atas penggusuran warga Palestina di Yerusalem Timur, yang menghadapi tindakan keras polisi dan menyebabkan ratusan orang terluka dalam bentrokan yang diakibatkannya. Serangan Israel ke Masjid Al Aqsa berfungsi sebagai titik hotspot utama, dengan polisi berusaha membubarkan pertemuan saat jamaah bertemu untuk sholat Tarawih di bulan Ramadhan. Tembakan roket pertama dari Gaza segera menyusul, memicu serangan udara dan artileri IDF.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0969 seconds (0.1#10.140)