KJRI Chicago Ulik Potensi Industri Kendaraan Listrik Nasional
loading...
A
A
A
CHICAGO - Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional Indonesia, KJRI Chicago adakan webinar dengan tema "Menuju Industri 4.0: Kebangkitan Mobil Listrik Nasional Indonesia" (20/5).
Indonesia telah memiliki peta jalan (road map) Industri 4.0 di mana industri otomotif termasuk kendaraan listrik menjadi salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan.
Selain itu juga telah diterbitkan Peraturan Presiden No.55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, yang tentunya diharapkan membuka jalan bagi Indonesia menuju penguasaan teknologi kendaraan listrik nasional di masa depan.
"Penting untuk melihat bagaimana keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh industri kendaraan listrik di luar negeri, khususnya Amerika Serikat dan peluang investasi serta bisnis yang dimilikinya dapat dipertemukan dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia dapat menjadi aktor global supply chain atas kebutuhan industri manufaktur kendaraan listrik dunia, yang selama ini banyak dikuasai oleh Tiongkok," kata Konjen RI di Chicago, Meri Binsar Simorangkir.
Menyambung Konjen Meri, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu RI, Dubes Ngurah Swajaya dalam keynote speech-nya menyampaikan beberapa hal hal utama.
Pertama, dalam menghadapi era Industri 4.0, Pemerintah Indonesia telah siap tidak hanya dengan roadmap dan aturan-aturan pendukung sebagai payung hukum, tetapi juga membangun infrastruktur, termasuk menyiapkan kawasan industri terpadu, pemberian insentif dan tax breaks serta mendorong perguruan tinggi untuk melakukan terobosan dan inovasi.
Kedua, dalam pengembangan industri kendaraan listrik (EV) penyediaan baterai menurutnya menjadi komponen utama yang krusial. Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar di dunia sudah semestinya juga menjadi produsen baterai lithum terbesar di dunia.
Dua kawasan industri di Weda Bay Halmahera dan Morowali, Sulawesi Tengah diketahui memiliki kemampuan produksi nikel yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pasar dalam negeri Indonesia, namun juga untuk kebutuhan ekspor.
Lebih lanjut Dubes Ngurah Swajaya menjelaskan, "Sekarang merupakan saat yang tepat untuk menarik investasi dan kerja sama guna menguatkan kapasitas industri kendaraan listrik nasional. Bermodal SDM yang handal, potensi pasar yang besar, kepastian hukum, insentif dan cadangan nikel yang melimpah sudah seharusnya Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi Amerika Serikat. Berbicara mengenai investasi, maka yang dapat ditawarkan Indonesia tidak hanya akses ke pasar domestik Indonesia saja, tetapi juga potensi 600 juta penduduk dari pasar bersama ASEAN."
Narasumber pertama, Dr. Danet Suryatama sebagai pencipta kendaraan listrik menjelaskan teknologi yang dibutuhkan pasca pandemi Covid-19 adalah teknologi yang ramah lingkungan, termasuk di dalamnya pembangkit listrik dengan energi terbarukan, serta EV dan kendaraan hydrogen fuel cell.
Narasumber kedua, Profesor Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki ekosistem yang kondusif untuk EV, antara lain ketersediaan infrastruktur seperti charging station/stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), ketersediaan pasar, serta komponen industri, dan kualitas baterai yang bagus, dengan high power density dan kemampuan fast charging.
BPPT dalam persiapan ekosistem bagi kendaraan listrik ditugaskan secara khusus untuk menjadikan program tersebut sebagai flagship prioritas nasional.
BPPT telah membangun SPKLU sejak 5 Desember 2018 dan saat ini telah terdapat 10 titik SPKLU di Jabodetabek. Ke depannya akan dibuat di Bandung dan Bali, hingga sepanjang jalur utara Pulau Jawa pada tahun 2022. Kemampuan pengisian SPKLU juga terus ditingkatkan dari semula 2 jam, hingga nanti mampu mengisi EV hanya dalam waktu 30 menit.
Narasumber ketiga, Dr Nur Yuniarto juga menyarankan agar dalam era Industri 4.0 dapat dikembangkan model produksi Distributed Direct Digital Manufacturing (D2DM) yang lebih memberdayakan sumber daya lokal dalam memproduksi dan mendistribusikan EV. (Baca Juga: Pesawat Pakistan Jatuh, Kemlu: Untuk Sementara Tidak Ada Korban WNI)
Konsep D2DM mensyaratkan adanya sinergi dan peran serta seluruh komponen industri, termasuk kalangan akademisi dan masyarakat dalam penyediaan design serta product marketing.
Kegiatan diadakan bekerjasama dengan Kemlu, Kemenristek/ Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, dan diikuti lebih dari 380 peserta dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pengusaha, peneliti maupun perwakilan pemerintah, baik yang berasal dari Indonesia dan Amerika Serikat maupun Kanada, Singapura serta berbagai negara lainnya di dunia. (Baca Juga: China Berlakukan UU Keamanan, Pompeo: Lonceng Kematian Otonomi Hong Kong)
Indonesia telah memiliki peta jalan (road map) Industri 4.0 di mana industri otomotif termasuk kendaraan listrik menjadi salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan.
Selain itu juga telah diterbitkan Peraturan Presiden No.55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, yang tentunya diharapkan membuka jalan bagi Indonesia menuju penguasaan teknologi kendaraan listrik nasional di masa depan.
"Penting untuk melihat bagaimana keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh industri kendaraan listrik di luar negeri, khususnya Amerika Serikat dan peluang investasi serta bisnis yang dimilikinya dapat dipertemukan dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia dapat menjadi aktor global supply chain atas kebutuhan industri manufaktur kendaraan listrik dunia, yang selama ini banyak dikuasai oleh Tiongkok," kata Konjen RI di Chicago, Meri Binsar Simorangkir.
Menyambung Konjen Meri, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu RI, Dubes Ngurah Swajaya dalam keynote speech-nya menyampaikan beberapa hal hal utama.
Pertama, dalam menghadapi era Industri 4.0, Pemerintah Indonesia telah siap tidak hanya dengan roadmap dan aturan-aturan pendukung sebagai payung hukum, tetapi juga membangun infrastruktur, termasuk menyiapkan kawasan industri terpadu, pemberian insentif dan tax breaks serta mendorong perguruan tinggi untuk melakukan terobosan dan inovasi.
Kedua, dalam pengembangan industri kendaraan listrik (EV) penyediaan baterai menurutnya menjadi komponen utama yang krusial. Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar di dunia sudah semestinya juga menjadi produsen baterai lithum terbesar di dunia.
Dua kawasan industri di Weda Bay Halmahera dan Morowali, Sulawesi Tengah diketahui memiliki kemampuan produksi nikel yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pasar dalam negeri Indonesia, namun juga untuk kebutuhan ekspor.
Lebih lanjut Dubes Ngurah Swajaya menjelaskan, "Sekarang merupakan saat yang tepat untuk menarik investasi dan kerja sama guna menguatkan kapasitas industri kendaraan listrik nasional. Bermodal SDM yang handal, potensi pasar yang besar, kepastian hukum, insentif dan cadangan nikel yang melimpah sudah seharusnya Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi Amerika Serikat. Berbicara mengenai investasi, maka yang dapat ditawarkan Indonesia tidak hanya akses ke pasar domestik Indonesia saja, tetapi juga potensi 600 juta penduduk dari pasar bersama ASEAN."
Narasumber pertama, Dr. Danet Suryatama sebagai pencipta kendaraan listrik menjelaskan teknologi yang dibutuhkan pasca pandemi Covid-19 adalah teknologi yang ramah lingkungan, termasuk di dalamnya pembangkit listrik dengan energi terbarukan, serta EV dan kendaraan hydrogen fuel cell.
Narasumber kedua, Profesor Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki ekosistem yang kondusif untuk EV, antara lain ketersediaan infrastruktur seperti charging station/stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), ketersediaan pasar, serta komponen industri, dan kualitas baterai yang bagus, dengan high power density dan kemampuan fast charging.
BPPT dalam persiapan ekosistem bagi kendaraan listrik ditugaskan secara khusus untuk menjadikan program tersebut sebagai flagship prioritas nasional.
BPPT telah membangun SPKLU sejak 5 Desember 2018 dan saat ini telah terdapat 10 titik SPKLU di Jabodetabek. Ke depannya akan dibuat di Bandung dan Bali, hingga sepanjang jalur utara Pulau Jawa pada tahun 2022. Kemampuan pengisian SPKLU juga terus ditingkatkan dari semula 2 jam, hingga nanti mampu mengisi EV hanya dalam waktu 30 menit.
Narasumber ketiga, Dr Nur Yuniarto juga menyarankan agar dalam era Industri 4.0 dapat dikembangkan model produksi Distributed Direct Digital Manufacturing (D2DM) yang lebih memberdayakan sumber daya lokal dalam memproduksi dan mendistribusikan EV. (Baca Juga: Pesawat Pakistan Jatuh, Kemlu: Untuk Sementara Tidak Ada Korban WNI)
Konsep D2DM mensyaratkan adanya sinergi dan peran serta seluruh komponen industri, termasuk kalangan akademisi dan masyarakat dalam penyediaan design serta product marketing.
Kegiatan diadakan bekerjasama dengan Kemlu, Kemenristek/ Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, dan diikuti lebih dari 380 peserta dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pengusaha, peneliti maupun perwakilan pemerintah, baik yang berasal dari Indonesia dan Amerika Serikat maupun Kanada, Singapura serta berbagai negara lainnya di dunia. (Baca Juga: China Berlakukan UU Keamanan, Pompeo: Lonceng Kematian Otonomi Hong Kong)
(sya)