Laporan Intelijen: Iran Dorong Program Senjata Pemusnah Massal
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran melakukan beberapa upaya untuk memperoleh teknologi pada 2020 untuk mendukung program senjata pemusnah massal (WMD) dan secara konsisten mencoba mengembangkan senjata atom.
Pernyataan itu diungkapkan dalam laporan intelijen Belanda yang baru dirilis.
“Badan Intelijen dan Keamanan Umum Belanda menerbitkan laporan pada April yang menyelidiki jaringan yang telah berusaha mendapatkan lebih banyak wawasan tentang materi dan pengetahuan untuk mengembangkan WMD,” papar laporan media berita online Fox News pada Selasa (4/5).
“Unit Kontra-proliferasi gabungan (UCP) dari AIVD (Badan Intelijen dan Keamanan Umum) dan MIVD (Badan Intelijen dan Keamanan Militer negara) sedang menyelidiki bagaimana negara-negara mencoba memperoleh pengetahuan dan barang yang mereka butuhkan untuk membuat senjata pemusnah massal,” ungkap laporan Belanda itu.
Badan tersebut mengatakan di bawah mandatnya, mereka "melakukan penyelidikan, memberikan informasi, dan memobilisasi pihak ketiga untuk menjaga tatanan hukum yang demokratis dan keamanan nasional, untuk secara aktif mengurangi risiko, dan untuk berkontribusi pada pembuatan kebijakan luar negeri."
"Negara-negara seperti Suriah, Pakistan, Iran, dan Korea Utara juga mencoba memperoleh barang dan teknologi tersebut di Eropa dan Belanda tahun lalu," ungkap laporan itu.
Meskipun laporan tersebut menjelaskan masalah di bidang ini, namun tidak memberikan perincian tentang berbagai upaya oleh negara-negara nakal untuk menemukan dan mengamankan teknologi dan persenjataan untuk pemusnah massal.
Laporan itu juga tidak memberikan informasi tentang sifat hukum akuisisi peralatan dan teknologi oleh Iran untuk program nuklirnya.
Pada Februari, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menulis tweet bahwa, "Berdasarkan fundamental Islam dan perintah yang melarang senjata yang digunakan untuk membunuh orang biasa, Iran tidak lagi mengejar senjata nuklir atau membangun perangkat senjata nuklir.”
Namun, temuan dari penelitian yang dilakukan tiga badan intelijen Eropa pada 2021 bertentangan dengan pernyataan Khamenei.
Menurut Fox News, temuan ini diperkirakan akan memicu perdebatan tentang posisi Amerika Serikat (AS) sehubungan dengan kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan mantan presiden AS Donald Trump.
“Rezim Iran tidak pernah berhenti mencari senjata pemusnah massal untuk digunakan melawan Amerika dan sekutu kita. Namun demikian, pemerintahan Joe Biden, seperti pemerintahan Barack Obama, berkomitmen membongkar semua tekanan yang berarti terhadap rezim dan membanjirinya dengan ratusan miliar dolar,” papar juru bicara Senator Ted Cruz pada Fox News.
"Senator Cruz telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mencegah hal itu terjadi, dan terus menekankan kesepakatan apa pun dengan Iran yang tidak dibawa ke Senat sebagai perjanjian dan disahkan Senat, dapat dan akan dibatalkan oleh pemerintahan di masa depan," ungkap dia.
Pada April, laporan yang dikeluarkan badan setara FBI di Jerman, Kantor Bavaria untuk Perlindungan Konstitusi, menunjukkan, “Iran berusaha menjalin hubungan dengan kontak Jerman yang terlibat dalam bidang teknologi tinggi dalam upaya memperoleh pengetahuan yang diperlukan, bagaimana dan komponen yang sesuai, untuk menghindari sanksi yang telah dijatuhkan pada mereka dan untuk memenuhi tujuan produksi mereka.”
"Negara-negara yang relevan dengan proliferasi seperti Iran, Korea Utara, Suriah, dan Pakistan melakukan upaya memperluas persenjataan konvensional mereka melalui produksi atau modernisasi terus-menerus senjata pemusnah massal," papar laporan intelijen Jerman.
Pernyataan itu diungkapkan dalam laporan intelijen Belanda yang baru dirilis.
“Badan Intelijen dan Keamanan Umum Belanda menerbitkan laporan pada April yang menyelidiki jaringan yang telah berusaha mendapatkan lebih banyak wawasan tentang materi dan pengetahuan untuk mengembangkan WMD,” papar laporan media berita online Fox News pada Selasa (4/5).
“Unit Kontra-proliferasi gabungan (UCP) dari AIVD (Badan Intelijen dan Keamanan Umum) dan MIVD (Badan Intelijen dan Keamanan Militer negara) sedang menyelidiki bagaimana negara-negara mencoba memperoleh pengetahuan dan barang yang mereka butuhkan untuk membuat senjata pemusnah massal,” ungkap laporan Belanda itu.
Badan tersebut mengatakan di bawah mandatnya, mereka "melakukan penyelidikan, memberikan informasi, dan memobilisasi pihak ketiga untuk menjaga tatanan hukum yang demokratis dan keamanan nasional, untuk secara aktif mengurangi risiko, dan untuk berkontribusi pada pembuatan kebijakan luar negeri."
"Negara-negara seperti Suriah, Pakistan, Iran, dan Korea Utara juga mencoba memperoleh barang dan teknologi tersebut di Eropa dan Belanda tahun lalu," ungkap laporan itu.
Meskipun laporan tersebut menjelaskan masalah di bidang ini, namun tidak memberikan perincian tentang berbagai upaya oleh negara-negara nakal untuk menemukan dan mengamankan teknologi dan persenjataan untuk pemusnah massal.
Laporan itu juga tidak memberikan informasi tentang sifat hukum akuisisi peralatan dan teknologi oleh Iran untuk program nuklirnya.
Pada Februari, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menulis tweet bahwa, "Berdasarkan fundamental Islam dan perintah yang melarang senjata yang digunakan untuk membunuh orang biasa, Iran tidak lagi mengejar senjata nuklir atau membangun perangkat senjata nuklir.”
Namun, temuan dari penelitian yang dilakukan tiga badan intelijen Eropa pada 2021 bertentangan dengan pernyataan Khamenei.
Menurut Fox News, temuan ini diperkirakan akan memicu perdebatan tentang posisi Amerika Serikat (AS) sehubungan dengan kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan mantan presiden AS Donald Trump.
“Rezim Iran tidak pernah berhenti mencari senjata pemusnah massal untuk digunakan melawan Amerika dan sekutu kita. Namun demikian, pemerintahan Joe Biden, seperti pemerintahan Barack Obama, berkomitmen membongkar semua tekanan yang berarti terhadap rezim dan membanjirinya dengan ratusan miliar dolar,” papar juru bicara Senator Ted Cruz pada Fox News.
"Senator Cruz telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mencegah hal itu terjadi, dan terus menekankan kesepakatan apa pun dengan Iran yang tidak dibawa ke Senat sebagai perjanjian dan disahkan Senat, dapat dan akan dibatalkan oleh pemerintahan di masa depan," ungkap dia.
Pada April, laporan yang dikeluarkan badan setara FBI di Jerman, Kantor Bavaria untuk Perlindungan Konstitusi, menunjukkan, “Iran berusaha menjalin hubungan dengan kontak Jerman yang terlibat dalam bidang teknologi tinggi dalam upaya memperoleh pengetahuan yang diperlukan, bagaimana dan komponen yang sesuai, untuk menghindari sanksi yang telah dijatuhkan pada mereka dan untuk memenuhi tujuan produksi mereka.”
"Negara-negara yang relevan dengan proliferasi seperti Iran, Korea Utara, Suriah, dan Pakistan melakukan upaya memperluas persenjataan konvensional mereka melalui produksi atau modernisasi terus-menerus senjata pemusnah massal," papar laporan intelijen Jerman.
(sya)