Pentagon Siap Hadapi Serangan Taliban selama Penarikan Pasukan AS

Jum'at, 30 April 2021 - 21:04 WIB
loading...
Pentagon Siap Hadapi...
Tentara Jerman Bundeswehr terlihat di kamp Afghanistan. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Pentagon sedang mempersiapkan kemungkinan serangan Taliban terhadap Amerika Serikat (AS) dan pasukan koalisi saat mereka menarik diri dari Afghanistan .

1 Mei adalah tanggal semua pasukan AS dan asing lainnya meninggalkan Afghanistan berdasarkan kesepakatan Februari 2020 antara Taliban dan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.

Sebagai bagian dari perjanjian itu, Taliban menghentikan serangan terhadap pasukan AS, dan tidak ada yang terbunuh sejak saat itu.



Tetapi Taliban mengatakan akan menganggap Amerika Serikat melanggar perjanjian karena melewatkan tenggat waktu untuk penarikan penuh. Perwakilan Taliban tidak jelas tentang apakah mereka berniat menyerang mulai 1 Mei.



Keputusan Presiden AS Joe Biden untuk melanjutkan dengan penarikan namun tertunda itu menambah elemen baru risiko keamanan saat 2.500 hingga 3.500 tentara Amerika, bersama sekitar 7.000 pasukan koalisi dan ribuan kontraktor, mulai tinggalkan Afghanistan.



Biden mengatakan semua pasukan akan pergi pada 11 September, tanggal serangan teroris 2001 yang mendorong AS menginvasi Afghanistan.

"Kami harus berasumsi bahwa penarikan ini akan ditentang," ujar sekretaris pers Pentagon John Kirby saat menjelaskan mengapa Menteri Pertahanan Lloyd Austin memutuskan mempertahankan satu kapal induk di Timur Tengah dan memindahkan empat pembom B-52 dan sebagian dari Satgas Ranger Angkatan Darat ke wilayah tersebut sebagai tindakan pencegahan.

"Tidaklah bertanggung jawab bagi kami untuk tidak berasumsi bahwa penarikan dan penarikan pasukan ini, baik Amerika maupun dari sekutu NATO kami, dapat diserang Taliban," ujar Kirby.

Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley mengatakan kepada wartawan yang bepergian bersamanya bahwa penarikan itu "rumit dan bukannya tanpa risiko."

Militer biasanya merencanakan skenario terburuk untuk menghindari keterkejutan. Penarikan diri dari Afghanistan melibatkan pergerakan pasukan di darat dan udara, persediaan dan peralatan yang rentan terhadap serangan.

Untuk alasan keamanan, rincian penarikan tidak dipublikasikan, tetapi Gedung Putih dan beberapa pejabat pertahanan mengonfirmasi penarikan telah dimulai.

Pejabat pertahanan, berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pergerakan sensitif, mengatakan dalam beberapa hari terakhir beberapa pasukan, "lusinan", dan peralatan militer telah meninggalkan Afghanistan.

Departemen Luar Negeri (Deplu) AS juga sedang mengambil tindakan pencegahan. Pada Selasa, Deplu menginstruksikan semua personel kedutaan di Kabul untuk pergi kecuali pekerjaan mereka mengharuskan mereka berada di Afghanistan.

Perintah tersebut melampaui pembatasan staf yang biasa dilakukan untuk alasan keamanan dan keselamatan.

Bahkan analis AS yang paling berpengalaman tentang konflik Afghanistan tidak yakin apa yang diharapkan dari Taliban.

Bruce Riedel, analis Timur Tengah di Brookings Institution dan mantan analis CIA, menulis pekan ini bahwa tidak jelas apakah Taliban akan berusaha mengganggu penarikan itu, tetapi dia mengatakan mereka mungkin akan meningkatkan perang.

Seth Jones, ahli kontraterorisme dan Afghanistan sebagai direktur program keamanan internasional di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, mengatakan Pentagon bijaksana untuk mempersiapkan serangan, meskipun menurutnya Taliban kemungkinan akan menahan diri.

“Mereka hanya ingin kita pergi,” ujar dia dalam wawancara.

"Dan apa pun yang mulai memperumit yang setidaknya berisiko menjadi bumerang. Antara lain, membunuh orang Amerika dapat mendorong pemerintahan Biden untuk memikirkan kembali penarikan itu, yang sudah sangat tidak populer di antara banyak Partai Republik," tutur dia.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Kepala Pentagon: China...
Kepala Pentagon: China Dapat Tenggelamkan Seluruh Kapal Induk AS dalam 20 Menit
Taliban Eksekusi 4 Pria...
Taliban Eksekusi 4 Pria di Stadion Afghanistan yang Penuh Sesak
Kenapa Bendera Timnas...
Kenapa Bendera Timnas Afghanistan Tidak Diganti Bendera Taliban di Event Internasional?
Rusia Hapus Taliban...
Rusia Hapus Taliban dari Daftar Teroris, Afghanistan Perluas Kerja Sama
Heboh, Menhan AS Pete...
Heboh, Menhan AS Pete Hegseth Pamer Tato Bertuliskan Kafir
Ini Respons Bos Pentagon...
Ini Respons Bos Pentagon setelah Rencana Perang AS Melawan Houthi Bocor
Gawat, Trump Bakal Gunakan...
Gawat, Trump Bakal Gunakan Opsi Militer untuk Rebut Terusan Panama
Rudal China Bisa Tenggelamkan...
Rudal China Bisa Tenggelamkan Seluruh Armada Kapal Induk AS Hanya dalam 20 Menit
Terkunci saat Siram...
Terkunci saat Siram Tanaman, Perempuan Ini Terjebak di Balkon Apartemen 2 Hari
Rekomendasi
Lolos SNBP, 66 Siswa...
Lolos SNBP, 66 Siswa MAN 13 Jakarta Diterima di Perguruan Tinggi Negeri Favorit
Persada Hospital Malang...
Persada Hospital Malang Berhentikan Oknum Dokter Pelaku Pelecehan Seksual ke Pasien
Pramugari Wings Air...
Pramugari Wings Air Laporkan Anggota DPRD Sumut ke Polisi Buntut Cekcok di Pesawat
Berita Terkini
Emir Qatar Tiba di Moskow,...
Emir Qatar Tiba di Moskow, Bertemu Putin Bahas Ukraina dan Timur Tengah
8 jam yang lalu
Uni Eropa Tegaskan Barat...
Uni Eropa Tegaskan Barat Tidak Ada Lagi, AS Bukan Mitra Terpenting
9 jam yang lalu
Balas Perang Tarif Trump,...
Balas Perang Tarif Trump, Presiden China Xi Jinping Galang Kekuatan di ASEAN
9 jam yang lalu
Eks Pejabat Mossad Ungkap...
Eks Pejabat Mossad Ungkap Netanyahu akan Dipaksa Terima Gencatan Senjata Tahap Kedua
10 jam yang lalu
AS Mulai Tarik Pasukan...
AS Mulai Tarik Pasukan dari Pangkalan Utama di Dekat Ladang Gas Terbesar Suriah
10 jam yang lalu
Qatar Siap Menengahi...
Qatar Siap Menengahi Konflik Rusia dan Ukraina
12 jam yang lalu
Infografis
AS Luncurkan Serangan...
AS Luncurkan Serangan Militer Dahsyat terhadap Houthi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved