Beranikah Turki Balas AS dengan Akui Genosida Suku Indian Amerika?

Kamis, 29 April 2021 - 00:10 WIB
loading...
A A A
Namun, beranikah Erdogan mendeklarasikan genosida penduduk asli Amerika termasuk suku Indian oleh migran Eropa yang sekarang berkuasa di Amerika Serikat?

Sekadar diketahui, orang Amerika pada abad ke-19 tidak malu dengan keyakinan mereka atau melakukan diskriminasi dalam taktik mereka untuk menaklukkan berbagai suku di tanah yang diklaim AS sebagai miliknya.

Kurang dari 20 tahun setelah Trail of Tears menewaskan 4.000 orang Cherokee dalam perjalanan mereka ke barat, Peter Burnett, gubernur pertama California, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa "perang pemusnahan" yang akan "terus dilancarkan antara dua ras sampai ras Indian menjadi punah harus diharapkan."

Beberapa orang mencoba untuk berpendapat bahwa apa yang terjadi di AS seharusnya tidak memenuhi syarat sebagai genosida, mengingat penduduk asli benua Amerika masih tinggal di sana. Lagi pula, pada sensus 2010, 5,2 juta orang yang diidentifikasi sebagai Indian Amerika dan Penduduk Asli Alaska tinggal di AS, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan satu atau lebih ras lain. Itu lebih banyak daripada orang yang tinggal di Irlandia atau Selandia Baru.

Tetapi Raphael Lemkin, yang menciptakan kata "genosida", sudah jelas sejak awal bahwa suatu bangsa tidak perlu dimusnahkan sepenuhnya agar kata "genosida" dapat diterapkan.

"Butuh berabad-abad, jika tidak ribuan tahun, untuk menciptakan budaya nasional, tetapi genosida dapat menghancurkan budaya secara instan, seperti api dapat menghancurkan sebuah bangunan dalam satu jam," tulis Lemkin dalam sebuah artikel.

Orang kulit putih Amerika adalah api yang diperingatkan Lemkin, menerobos lusinan budaya pribumi benua Amerika sampai hanya struktur yang paling tangguh yang tersisa, dikelilingi di semua sisi oleh abu dan bingkai yang terbakar.

Dari beberapa dekade pemindahan paksa hingga sejumlah perjanjian yang dibuat dan dipatahkan, sejarah Amerika dikotori dengan upaya untuk memberantas kelompok pribumi dari perbatasan Amerika, kebijakan pembersihan etnis dan amnesia budaya paksa yang berlangsung hingga abad ke-20.

Mantan Senator Rick Santorum, secara tidak sengaja membuat kebijakan penghapusan yang sangat jelas pada hari Jumat dalam pidatonya tentang kebebasan beragama di forum Young America's Foundation. Santorum, membandingkan AS dengan negara-negara yang lebih tua seperti Italia dan China, mengeklaim bahwa Amerika berbeda karena budaya mereka berkembang perlahan dari waktu ke waktu. Sebaliknya, orang Amerika "melahirkan bangsa dari ketiadaan."

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1429 seconds (0.1#10.140)
pixels