Sosok 2 Capres Tersisa Iran Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili, Reformis vs Ultrakonservatif
loading...
A
A
A
TEHERAN - Masoud Pezeshkian, satu-satunya calon presiden (capres) reformis dalam pemilihan presiden (pilpres) Iran, akan menghadapi Saeed Jalili yang ultrakonservatif dalam putaran kedua pada 5 Juli mendatang.
Dalam pemungutan suara sebelumnya, Pezeshkian (69) memperoleh 42,4 persen suara. Sedangkan Jalili, mantan negosiator nuklir berusia 58 tahun, berada di urutan kedua dengan meraih 38,6 persen suara.
Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf, dari kubu konservatif, meraih 13,8 persen suara, sementara capres lainnya, ulama konservatif Mostafa Pourmohammadi, memperoleh kurang dari satu persen suara.
“Tidak ada kandidat yang bisa mendapatkan mayoritas absolut,” kata otoritas Pemilu Iran, yang mencatat bahwa Pezeshkian dan Jalili, yang menempati posisi pertama dan kedua, akan bersaing dalam putaran kedua pada 5 Juli.
Lebih dari 40 persen dari 61 juta pemilih yang memenuhi syarat berpartisipasi dalam putaran pertama hari Jumat—sebuah rekor jumlah pemilih yang rendah di Republik Islam Iran.
Sosok 2 Capres Tersisa yang Duel di Putaran Kedua
Pezeshkian, satu-satunya kandidat reformis Iran, telah bangkit dari ketidakjelasan menjadi memimpin putaran pertama pemilihan presiden.
Pezeshkian mengumpulkan lebih dari 10,4 juta suara pada putaran pertama pada hari Jumat yang membuatnya menghadapi tiga tokoh konservatif, semuanya bersaing untuk menggantikan almarhum Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan helikopter bulan lalu. Jalili mendapatkan lebih dari 9,4 juta suara.
Menjelang pemilu, koalisi reformis utama Iran mendukung Pezeshkian, di mana mantan presiden Mohammad Khatami dan Hassan Rouhani yang moderat mendukung pencalonannya.
Dalam pemungutan suara sebelumnya, Pezeshkian (69) memperoleh 42,4 persen suara. Sedangkan Jalili, mantan negosiator nuklir berusia 58 tahun, berada di urutan kedua dengan meraih 38,6 persen suara.
Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf, dari kubu konservatif, meraih 13,8 persen suara, sementara capres lainnya, ulama konservatif Mostafa Pourmohammadi, memperoleh kurang dari satu persen suara.
“Tidak ada kandidat yang bisa mendapatkan mayoritas absolut,” kata otoritas Pemilu Iran, yang mencatat bahwa Pezeshkian dan Jalili, yang menempati posisi pertama dan kedua, akan bersaing dalam putaran kedua pada 5 Juli.
Lebih dari 40 persen dari 61 juta pemilih yang memenuhi syarat berpartisipasi dalam putaran pertama hari Jumat—sebuah rekor jumlah pemilih yang rendah di Republik Islam Iran.
Sosok 2 Capres Tersisa yang Duel di Putaran Kedua
1. Masoud Pezeshkian
Pezeshkian, satu-satunya kandidat reformis Iran, telah bangkit dari ketidakjelasan menjadi memimpin putaran pertama pemilihan presiden.
Pezeshkian mengumpulkan lebih dari 10,4 juta suara pada putaran pertama pada hari Jumat yang membuatnya menghadapi tiga tokoh konservatif, semuanya bersaing untuk menggantikan almarhum Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan helikopter bulan lalu. Jalili mendapatkan lebih dari 9,4 juta suara.
Menjelang pemilu, koalisi reformis utama Iran mendukung Pezeshkian, di mana mantan presiden Mohammad Khatami dan Hassan Rouhani yang moderat mendukung pencalonannya.