Migran Palestina Bandingkan Lockdown Covid-19 dengan Pendudukan Israel
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Seorang imigran Palestina yang tinggal di Malaysia mengatakan, perintah tinggal di rumah untuk mengekang penyebaran virus Corona mengingatkannya pada kehidupan di bawah pendudukan Israel. Malaysia menerapkan Movement Control Order (MCO) sejak tanggal 18 Maret lalu untuk menghalau penyebaran Covid-19.
Muslim Imran, ketua Organisasi Kebudayaan Palestina Malaysia (PCOM), mengatakan pembatasan pergerakan dan hidup di bawah jam malam adalah bagian dari kehidupannya dan ribuan kehidupan sehari-hari warga Palestina lainnya saat masih berada di negara asal mereka.
"Ini bukan hal baru bagi kami. Banyak dari kami hidup di bawah pendudukan dan jam malam Israel," kata Imran dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (19/4/2020).
Dia mengatakan bahwa bagi rakyat Palestina di Tepi Barat dan Gaza, pasokan listrik yang tidak terputus adalah mimpi yang sangat tidak masuk akal, karena sanksi Israel yang menghambat pasokan bahan bakar.
Pria itu, yang pindah ke Malaysia pada 2003 pada usia 17, mengingat bagaimana pasukan Israel membatasi warga Palestina untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa. Meskipun berada dekat dengan masjid. Warga di bawah usia 50 tahun harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari otoritas Israel untuk bisa beribadah di Masjdi Al-Aqsa.
"Setiap hari di Palestina kami mengalami hal-hal yang lebih buruk daripada MCO," kata Imran.
Dia mengatakan bahwa sebagai akibat dari pembatasan, banyak warga Palestina hidup di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar menganggur.
Namun, Imran mengatakan bahwa dia memahami kehidupan di bawah penguncian juga tidak mudah bagi orang Malaysia, karena transportasi umum dan pergerakan orang dibatasi. "Kami, warga Palestina, berdoa agar pandemi ini segera berlalu," tambahnya.
Muslim Imran, ketua Organisasi Kebudayaan Palestina Malaysia (PCOM), mengatakan pembatasan pergerakan dan hidup di bawah jam malam adalah bagian dari kehidupannya dan ribuan kehidupan sehari-hari warga Palestina lainnya saat masih berada di negara asal mereka.
"Ini bukan hal baru bagi kami. Banyak dari kami hidup di bawah pendudukan dan jam malam Israel," kata Imran dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (19/4/2020).
Dia mengatakan bahwa bagi rakyat Palestina di Tepi Barat dan Gaza, pasokan listrik yang tidak terputus adalah mimpi yang sangat tidak masuk akal, karena sanksi Israel yang menghambat pasokan bahan bakar.
Pria itu, yang pindah ke Malaysia pada 2003 pada usia 17, mengingat bagaimana pasukan Israel membatasi warga Palestina untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa. Meskipun berada dekat dengan masjid. Warga di bawah usia 50 tahun harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari otoritas Israel untuk bisa beribadah di Masjdi Al-Aqsa.
"Setiap hari di Palestina kami mengalami hal-hal yang lebih buruk daripada MCO," kata Imran.
Dia mengatakan bahwa sebagai akibat dari pembatasan, banyak warga Palestina hidup di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar menganggur.
Namun, Imran mengatakan bahwa dia memahami kehidupan di bawah penguncian juga tidak mudah bagi orang Malaysia, karena transportasi umum dan pergerakan orang dibatasi. "Kami, warga Palestina, berdoa agar pandemi ini segera berlalu," tambahnya.
(esn)