Pria Cacat Dikremasi Hidup-hidup, Gantikan Mayat Pria Kaya yang Minta Dikubur

Kamis, 15 April 2021 - 08:16 WIB
loading...
Pria Cacat Dikremasi Hidup-hidup, Gantikan Mayat Pria Kaya yang Minta Dikubur
Seorang pria cacat di China dikremasi hidup-hidup untuk menggantikan mayat pria kaya yang menolak dikremasi. Foto/South China Morning Post
A A A
BEIJING - Seorang pria China dengan sindrom Down diculik, dibius, dimasukkan ke dalam peti mati dan dikremasi hidup-hidup di tempat orang kaya. Orang kaya yang telah meninggal itu ingin dikubur, bukan dikremasi, dan plot jahat pertukaran tubuh pun dijalankan.

Pria kaya—yang hanya dikenal dengan nama belakangnya Huang—meninggal karena kanker pada Februari 2017, dan memberi tahu keluarganya sebelum dia meninggal bahwa dia ingin dimakamkan.



Keluarga tersebut lantas menyewa seseorang untuk menemukan jenazah pengganti yang dapat dikremasi untuk menggantikan jenazah pria kaya tersebut.

Tetapi tanpa mereka ketahui, seseorang yang mereka sewa melakukan pembunuhan untuk menyediakan jenazah pengganti.

Korban, seorang pria bernama Lin Shaoren yang saat itu berusia 36 tahun dan menderita sindrom Down—kelainan atau cacat bawaan yang didapatkan karena kelainan kromosom—, sedang memungut sampah di sepanjang jalan pada tanggal 1 Maret 2017, di dekat rumahnya di Lufeng. Saat itulah, Lin diculik dan dipaksa minum alkohol dalam jumlah besar.

Penculik itu kemudian menempatkan Lin dalam keadaan pingsan ke dalam peti mati dan menyegelnya dengan empat paku baja.

Peti mati itu kemudian ditukar dengan peti mati si pria kaya ketika akan dikirim untuk kremasi.

Lin dikremasi sementara tubuh Huang dibawa ke daerah terpencil untuk dimakamkan oleh keluarga secara tradisional.

Kerabat Huang membayar 107.000 yuan untuk plot jahat ini, di mana 90.000 yuan untuk si penculik yang nama pendeknya juga Huang, sementara sisanya untuk perantara yang diidentifikasi dengan nama belakang Wen.

Lin terdaftar sebagai orang hilang selama dua tahun sebelum keluarganya menemukan dia telah dibunuh pada November 2019, setelah polisi menggunakan rekaman surveillance untuk memecahkan misteri kejahatan tersebut.

Mengutip South China Morning Post, Kamis (15/4/2021), si penculik dijatuhi hukuman mati yang eksekusinya ditangguhkan oleh pengadilan, dan kasus itu menjadi terkenal minggu ini ketika muncul dalam laporan media China.



Penguburan dilarang di sebagian besar China, terutama di kota-kota besar.

Pihak berwenang berpendapat kremasi menghemat ruang lahan dan lebih ramah lingkungan.

Tetapi beberapa keluarga berusaha keras untuk menghindari kremasi, dengan banyak yang percaya penguburan adalah satu-satunya cara bagi orang mati untuk mendapatkan kedamaian.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1249 seconds (0.1#10.140)